Suatu hari paska lengsernya Pak Harto dari jabatan Presiden Indonesia, Pak Probosutedjo, adik kandung Pak Harto, berada di Orchard Road, Singapura. Tanpa diduga ia bertemu dengan seorang pejabat Indonesia di Singapura yang juga adik kandung dari seorang pejabat tinggi yang paling disayangi Pak Harto. Secara naluri, Pak Probosutedjo pun menegur sang pejabat tersebut, karena keduanya memang telah saling mengenal cukup dekat. Namun betapa kecewanya Pak Probo, karena ternyata sang pejabat itu melengos dan meninggalkannya seolah tidak mengenal Pak Probo.
Itu adalah sebagian dari isu buku memoar Pak Probosutedjo, "Saya dan Mas Harto" yang ditulis oleh Alberthiene Endah.
Demikian, imbalan yang harus diterima Pak Harto setelah beliau lengser dari jabatannya tahun 1998. Bahkan orang yang paling dekat, yang seharusnya tahu diri untuk membalas jasa, justru menganggap Pak Harto sebagai "sampah" yang harus dijauhi. Meski Pak Probo tidak menyebutkan nama orang tersebut demi menjaga nama baik, saya (blogger) sangat yakin ia adalah (alm) J, mantan dubes Indonesia di Singapura yang tidak lain adalah adik kandung menteri kesayangan Pak Harto yang menggantikan jabatan beliau sebagai presiden. Ketika Pak Harto masih menjadi presiden, orang itu bahkan telah diangkatnya menjadi dirjen di kementrian perhubungan.
Alhamdulillah, saya tidak termasuk orang yang "dibutakan" oleh pencitraan negatif yang diberikan berbagai pihak kepada Pak Harto. Tanpa menghapuskan berbagai kelemahan yang dimiliki Pak Harto sebagai manusia, sebagai pemimpin saya nilai beliau adalah seorang yang memiliki visi, keberanian serta empati yang cukup besar kepada rakyatnya. Itu adalah 3 modal terpenting yang harus dimiliki para pemimpin, yang sayangnya belum saya temukan di antara nama-nama calon
presiden Indonesia mendatang.
Ketajaman visi Pak Harto terlihat dari konsep trilogi pembangunan yang beliau canangkan. Menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global yang berbasis pertanian adalah sebuah visi yang cerdas. Bukan hanya terbatas pada visi yang abstrak, Pak Harto juga mewujudkannya melalui program-program pembangunan yang realistis, efektif dan efisien.
Selain itu ketegasan sikap Pak Harto dalam memimpin negara ini telah mampu membuat kondisi sosial politik sangat kondusif bagi terselenggaranya program-program pembangunan. Di samping itu Indonesia juga mampu tampil sebagai bangsa yang dihormati oleh bangsa-bangsa internasional. Harus diakui hampir semua infrastruktur dasar Indonesia saat ini adalah warisan dari kepemimpinan Pak Harto: transportasi, telekomunikasi, energi, pertanian, kesehatan hingga pendidikan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ketahanan demografi yang diberikan Pak Harto melalui program transmigrasinya.
Jika saja program pembukaan lahan pertanian 1 juta hektar di Kalimantan sempat diselesaikan Pak Harto, Indonesia pasti akan menjadi kekuatan pangan terpenting di dunia. Apalagi jika itu disertai dengan program pembangunan infrastruktur transportasi besar-besaran di luar Jawa, Indonesia pasti akan menjadi negara yang luar biasa makmur.
Sebagai perbandingan, saat ini kita tidak pernah mengetahui visi negara ini. Pemerintah berkoar-koar: "Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2050" namun tidak bisa menjelaskan bagaimana tahapan-tahapannya dan program-program pembangunan yang mengiringinya. Yang dilakukan pemerintah Indonesia paska reformasi tidak lebih dari pembangunan sporadis yang bersifat parsial. Lebih parah lagi semua program-program pembangunan itu lebih cenderung ditujukan untuk memberikan kesejahteraan kepada sekelompok elit penguasa, bukan untuk kesejahtaraan rakyat.
Maka bisa dilihat, jika pemerintah membangun satu ruas jalan, misalnya, proyek itu dijalankan oleh kroni pemerintah dengan anggaran yang dimark-up setinggi langit. Semakin tinggi kesejahteraan para kroni penguasa, semakin rendah kesejahteraan rakyat dan semakin lebar jurang ekonomi antara penduduk Indonesia. Di sisi lain, asing semakin banyak menguasai asset-asset strategis Indonesia, dari perbankan, industri manufaktur, properti, telekomunikasi, hingga sumber-sumber air bersih di pegunungan. Maka tidak heran jika kini banyak rakyat yang merindukan kembalinya jaman kekuasaan Pak Harto.
sebagai bacaan juga bang,
ReplyDeletehttp://indocropcircles.wordpress.com/2013/05/29/bongkar-konspirasi-antara-sukarno-suharto-dan-freeport/
To e-gloose
ReplyDeleteSudah sy sebutkan dalam tulisan pertama bahwa Soeharto memang terlibat dalam konspirasi menjatuhkan Soekarno, langsung ataupun tidak. Tapi kita ambil hikmahnya saja. Kalau Soeharto tidak bertindak, Indonesia kemungkinan besar akan jatuh ke kekuasaan komunisme yg konsekuensinya akan sangat-sangat pahit. Silakan baca sejarah hitam revolusi Bolshevik, atau kekejaman Mao Zedong dan Pol Pot.
Kalau sudut pandangnya materialis memang seperti itu...mengabaikan hak hak keyakinan dan cita cita umat Islam yg notabene mayoritas dinegeri ini dan punya andil besar dalam sejarah...
ReplyDeleteTo warkop
ReplyDeletePak Harto sudah bertobat, disimbolkan dengan naik haji dan mengubah orientasi politiknya ke Islam.
Justru umat Islam harus bersyukur karenanya Indonesia tdiak jatuh ke dalam jurang komunisme.
suka tidak suka suharto dekat dengan barat..anda di pihak yang mana ? anti amerika atau justru pendukungnya ?
ReplyDeleteanda tau freeport ? siapa yang memberikan ijin pengelolaannya kepada perusahaan perampok bangsa itu selain suharto ?
suharto disokong AS yang liberal dan "demokratis"..namun kenyataannya negara demokratis macam apa yang dipimpin 1 orang dalam 32 tahun ? bukankah itu justru ciri komunisme..? bukankah suharto itu otoriter ?
masyarakat sudah mulai pintar..kelas menengah di indonesia mulai tumbuh..kami mampu menilai yang baik dan yang salah..
To viekar
ReplyDeleteHarap jgn emosional dlm menilai sesuatu. Pak harto banyak kekurangan, penulis sudah mengakuinya. Tapi lihatlah dalam konteks Perang Dingin kala itu, mau jadi komunis seperti Uni Sovyet dan kamboja dimana puluhan juta orang kelas menengah, intelek dan agamawan dibantai, atau seperti yang diberikan Pak Harto. kalau Anda menolak Pak Harto, apa lantas Anda jadi pendukung komunisme? Lagipula secara fair saja, kondisi Orba masih lebih baik daripada regim neoliberalisme sekarang ini. Sya juga kelas menengah, tapi saya setuju dengan sebagian besar rakyat indonesia saat ini yg percaya bahwa Orde Baru masih leibh baik dari orde reformasi. Banyak survey yg menunjukkan hal itu.
Apakah anda berfikir Reformasi bukan kerjaannya George Soros dan antek-anteknya di Indonesia?
Demokrasi hanya ilusi. Apa gunanya demokrasi jika rakyat miskin dan bangsa tidak memiliki harga diri? Saya lebih memilih Rusia yang dipimpin pemimpin yg kuat seperti Putin, dibanding Amerika.
Anda tahu, selama 10 ribu sejarah manusia, demokrasi baru dikenal 400 th lalu. Kalau saja Charles II mengikuti permintaan George Washington untuk menjadi raja Amerika, mungkin bahkan tidak pernah ada demokrasi seperti sekarang.
Hadechh cak yono kali ini anda salah.. Soeharto telah buat negeri ini telat 50taun.. Semua yg terjadi sekarang adlh karena warisan nya aparat pejabat korup dan foedal..
ReplyDeleteHadechh cak yono kali ini anda salah.. Soeharto telah buat negeri ini telat 50taun.. Semua yg terjadi sekarang adlh karena warisan nya aparat pejabat korup dan foedal..
ReplyDeleteHadewhh cak yono demokrasi itu sunnah.. Gusti kanjeng nabi berkenan ketika disanggah atoe keritisi bahkan di hina.. Dan jngn lupa gusti kanjeng nabi suka bemusyawarah.. Dngn sahabat atoe musuh nya
ReplyDelete