Sunday, 21 June 2015

Dunia di Penghujung Umur, Rusia-AS Terlibat Lomba Senjata

Anda boleh menganggap Gary Moore 'lebay' dengan menulis lagu 'The End of the World', hanya karena patah hati. Namun kali ini anggapan tersebut harus dibuang jauh-jauh. 'The End of the World' kini telah menjadi sebuah keniscayaan, setelah Rusia terlibat 'lomba senjata' dengan Amerika dan NATO di Eropa. Dan apalagi ujung dari suatu persaingan semacam itu, selain perang nuklir?

Dalam pernyataan pers di sebuah fasilitas latihan menembak di Alabino, Moskow minggu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia akan segera menerima lebih dari 40 rudal ballistik antar benua baru yang menurutnya 'sanggup menembus semua sistem pertahanan lawan'.

Pernyataan tersebut sekaligus menjadi peringatan kepada AS dan negara-negara Eropa barat bahwa Rusia memiliki kemampuan nuklir yang harus dipertimbangkan AS dan sekutu-sekutunya itu sebelum melakukan konfrontasi dengan Rusia.

"Tahun ini, kekuatan nuklir kita akan mendapatkan lebih dari 40 rudal ballistik antar benua yang sanggup menembus semua sistem pertahanan yang ada, bahkan yang paling canggih sekalipun," kata Putin.

Putin juga kembali menegaskan bahwa negaranya akan terus melanjutkan program peningkatan kemampuan militernya secara besar-besaran, kendati kondisi ekonomi Rusia kini tengah dalam kesulitan karena merosotnya harga minyak yang menjadi sumber pendapatan negara serta sanksi ekonomi barat.


Pernyataan Putin tersebut menyusul pernyataan Deputi Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov, bahwa Rusia kini telah dipaksa untuk melakukan 'lomba senjata' oleh NATO.

Ia merujuk pada rencana AS untuk menempatkan pesawat-pesawat tempur generasi kelima F-22 Raptor di Eropa Timur yang berdekatan dengan Rusia. Rencana ini menyusul sejumlah peningkatan kekuatan militer AS dan NATO di negara-negara yang berdekatan dengan Rusia dalam setahun terakhir, menyusul terjadinya konflik di Krimea dan Ukraina.

“Saya percaya bahwa rencana AS ini harus dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sama akhir-akhir ini," kata Antonov, merujuk pada sejumlah rencana AS untuk mengirimkan peralatan-peralatan militernya ke Eropa Timur.

“Beberapa hari yang lalu, sejumlah laporan menyebutkan bahwa rudal-rudal AS akan ditempatkan di beberapa lokasi dan sejumlah depot amunisi akan dibangun di negara-negara Eropa timur dan Baltik. Tampaknya teman-teman kita dari negara-negara NATO tengah mendorong kami untuk terlibat perlombaan senjata," tambah Antonov.

Pada hari Sabtu (13/6) media berpengaruh Amerika New York Times melaporkan bahwa Dephan AS akan menempatkan sejumlah tank tempur, kendaraan-kendaraan tempur dan senjata-senjata berat lainnya dan ditambah 5.000 personil tempur di negara-negara Eropa timur dan Baltik.

Hal ini disusul oleh pernyataan Menhan Polandia Tomasz Siemoniak sehari kemudian bahwa ia dan Menhan Amerika Ash Carter telah menggelar pertemuan-pertemuan membahas penempatan senjata-senjata berat Amerika di Polandia. Hal yang sama dikatakan oleh pejabat Lithuania, yang mengatakan negaranya tengah terlibat pembicaraan untuk menempatkan peralatan-peralatan militer Amerika.

Rusia menentang keras rencana-rencana tersebut, menyebut langkah tersebut akan menciptakan ketidakstabilan di Eropa.

“Amerika menciptakan ketegangan dan dengan sengaja menciptakan sentimen anti-Rusia di antara sekutu-sekutu Eropanya untuk menggunakan situasi sulit sekarang demi meningkatkan kekuatan militer dan pengaruhnya di Eropa," demikian pernyataan Kemenlu Rusia, hari Senin (15/6).

Dalam pernyataan di Alabino, Putin juga menyebut sejumlah persenjataan baru Rusia, seperti tank generasi terbaru Armata, yang menurutnya tidak tertandingi oleh tank-tank manapun. Ia juga menyebut sistem radar jarak jauh terbaru Rusia yang mampu memonitor pergerakan militer barat.

Pada bulan Februari lalu AS mengirim pesawat-pesawat serang darat A-10 Thunderbolts ke negara-negara Eropa Timur seperti Lithuania, Estonia, Latvia dan Polandia. Namun yang mendorong Rusia menyinggung-nyinggung tentang isyu 'perlombaan senjata' adalah rencana AS menempatkan pesawat-pesawat F-22 Raptor.

F-22 Raptor adalah pesawat generasi terbaru dan paling canggih Amerika. Rusia sendiri baru memiliki pesawat prototip dengan kualifikasi yang sama, T-50, yang memiliki kemampuan manuver tinggi, bersifat siluman dan dilengkapi kemampuan perang elektronik. Rusia baru akan menerima skuadron pertama T-50 akhir tahun 2016 atau awal 2017.

Rencana penempatan F-22 itu pun sontak mengundang kekhawatiran para pejabat Rusia. Jubir Kementrian Pertahanan Rusia, Jendral Yuriy Yakubov menyebut rencana tersebut sebagai 'langkah paling agresif AS sejak era Perang Dingin'.

Karena itulah, Rusia akan meresponnya dengan peningkatan kekuatan militernya di perbatasan, termasuk menempatkan rudal-rudal jarak pendek Iskander di Kaliningrad, wilayah Rusia yang terjepit di antara Polandia dengan negara-negara Baltik.

"Kelompok-kelompok pasukan di sepanjang perbatasan barat Rusia akan diperkuat dengan formasi-formasi baru tank, artileri dan skuadron-skuadron pesawat tempur," kata Yakubov.

Terkait dengan ketegangan politik dengan negara-negara barat, Rusia telah menarik diri dari perjanjian Treaty on Conventional Armed Forces in Europe (TCAFE), yang berarti Rusia tidak terikat dengan barat untuk menggelar kekuatan militernya di wilayahnya sendiri, terutama di perbatasan.

Secara konvensional Rusia memang tertinggal dibandingkan Amerika dan sekutu-sekutu NATO-nya. Sebagai perbandingan jumlah personil militer aktif Amerika (belum ditambah anggota NATO lainnya) mencapai 1,4 juta personil sementara Rusia hanya 766 ribu personil. Jumlah pesawat tempur Amerika mencapai 14.000 unit, sementara Rusia hanya 3.500 unit. Amerika juga unggul dalam jumlah kapal perang yang mencapai 473 unit termasuk 20 kapal induk, sedangkan Rusia hanya 352 unit termasuk 1 unit kapal induk.

Rusia hanya unggul dalam kekuatan artileri dan tank. Jumlah tank Rusia mencapai 15.400 unit dibanding Amerika yang hanya 8.850 unit. Namun Rusia juga unggul dalam kekuatan nuklirnya. Federation of American Scientists memperkirakan Rusia memiliki 4.650 hulu-ledak nuklir, sementara Amerika hanya memiliki 2.468 hulu-ledak nuklir.

Selain itu, Rusia juga memiliki persenjataan strategis yang lebih unggul dibandingkan AS. Kapal selam nuklir Rusia, misalnya, merupakan yang paling canggih, dengan kemampuan meluncurkan rudal balistik nuklir jarak jauh Bulava yang sulit ditangkal oleh sistem pertahanan udara lawan. Rusia juga unggul dalam sistem pertahanan udara dengan senjata-senjata andalan S-300, S-400 hingga S-500 yang semuanya mampu menembak jatuh puluhan rudal ataupun pesawat musuh seketika.

Rudal ballistik jarak pendek Iskander SS-26 juga telah terbukti keampuhannya dengan memporak-porandakan pasukan Ukraina yang mencoba menginvasi wilayah Ossetia Utara tahun 2008 lalu. Bila hulu-ledaknya diganti dengan nuklir, maka satu rudal ini bisa menghancurkan seluruh pasukan gerak cepat NATO.

Lebih dari itu, bangsa Rusia terkenal dengan mental determinannya yang tinggi. Pernah mengalami 2 kali agrasi militer asing besar-besaran, yaitu pasukan Napoleon Bonaparte dan NAZI Jerman, Rusia pada akhirnya berhasil mengalahkan kedua agresor tersebut.(ca)


No comments:

Post a Comment