Thursday, 15 October 2015

Konflik Palestina-Israel adalah Konflik Agama

Indonesian Free Press -- Menganggap konflik Palestina-Israel sebagai konflik agama tentu bukan sikap yang 'bijak' bagi kebanyakan orang. Salah satu alasan penolakan pendapat tentang 'perang agama' dalam konflik Palestina-Israel adalah fakta bahwa rakyat Palestina yang terlibat dalam konflik itu tidak seluruhnya beragama Islam, melainkan juga Kristen. Alasan lainnya adalah pendapat bahwa alasan rakyat Palestina menuntut negara sendiri di tanah airnya tidak memerlukan dalih agama, sehingga memandang faktor agama sebanyak penyebab konflik tidak akan mengundang simpati publik dunia.

Namun bagi Gilad Atzmon, aktifis pro-Palestina dan anti-zionisme terkenal, menolak memandang konflik Palestina-Israel sebagai 'perangagama' adalah sebuah 'ilusi' belaka, yang tidak melihat realitas sebenarnya dalam konflik tersebut.

Menurut Atzmon dalam artikel terakhirnya di blognya Golad.co.uk tanggal 13 Oktober lalu berjudul 'Israel Palestine Conflict Is Now A Religious War', alasan menganggap agama sebagai faktor utama penggerak konflik Palestina-Israel adalah berasal dari pihak zionis Israel sendiri, yang merupakan pengejawantahan pemahaman agama yahudi.

"Konflik agama adalah suatu konflik yang tindakan-tindakan dan retorika-retorikanya didominasi oleh idiologi agama, argumentasi dan simbol-simbol agama. Ini tidak berarti seluruh atau sebagian besar yang terlibat dalam konflik itu adalah orang-orang yang religius. Mungkin mayoritas rakyat Israel menentang tindakan-tindakan provokasi dari para pemukim yahudi di Masjid Al Aqsa, yang menjadi pemicu ketegangan saat ini. Namun faktanya serangan-serangan orang-orang ekstremis yahudi menjadi pembentuk konflik ini," tulis Atzmon.

Namun di pihak Palestina sendiri motif agama juga menjadi pendorong mereka untuk terlibat dalam konflik. Meski sebagian warga Palestina adalah penganut Kristen, mereka semua melihat Al Aqsa sebagai pemersatu mereka dalam menghadapi Israel.

Di Al Aqsa lah dahulu Mariam bunda Isa Al Masih yang masih remaja, setiap malam bermunajad kepada Allah dan Allah menghadiahinya makanan dari surga yang dikirimkan langsung oleh malaikat Jibril. Ketika Nabi Zakharia, yang tidak lain adalah bapak angkat Mariam, melihat hal itu, ia juga ikut bermunajad di mighrab Mariam memohon kepada Allah untuk diberikan keturunan. Allah pun mengabulkan permohonan itu sehingga Zakharia (Zachary) yang sudah uzur pun diberi putra bernama Yahya, seorang nabi terakhir sebelum Isa dan Muhammad (dalam Kristen disebut Johannes Sang Pembabtis).

Menurut Atzmon, apa yang dilakukan orang-orang yahudi adalah berdasarkan tuntunan agama mereka yang tertulis di dalam kitab-kitab suci mereka seperti Perjanjian Lama dan Talmud.

"Seperti apakah negara Israel sekarang dan ke depannya? Armageddon adalah jawaban yang jelas dan tegas. Ini adalah jawaban yang diberikan para pemukim yahudi yang menyerang Al Aqsa. Misi mereka adalah mewujudkan perang total. .... Bagi orang-orang yahudi fanatik yang menyerang Al Aqsa, hidup berdampingan dengan bangsa lain adalah bukan sebuah pilihan. Bagi mereka merayakan mereka sebagai umat pilihan adalah interpretasi dari 'panggilan yahudi'. Inilah yang menjadi pembentuk dari konflik saat ini," tulis Atzmon lagi.

Untuk itu, menurut Atzmon, untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel
masyarakat dunia harus mengubah cara pandangnya dengan 'secara terbuka menyerukan dibubarkannya negara Israel. Elemen kanker ini telah mengacaukan seluruh kawasan Timur Tengah dan menjadi ancaman terbesar perdamaian dunia," tulis Atzmon lagi.(ca)

No comments:

Post a Comment