Indonesian Free Press -- Orang-orang yang masih berfikiran sehat pasti akan menganggap tindakan Saudi Arabia yang telah mengeksekusi mati ulama Shiah ternama, Sheikh Nimr, sebagai tindakan 'bodoh'.
Apa yang diharapkan pemerintahan Saudi Arabia dengan tindakan itu, kecuali kekacauan yang bisa berujung pada pemakzulan regim keluarga Saud?
Jim W Dean, editor senior Veterans Today, terkait dengan tindakan Saudi itu menulis:
"Untuk pemerintah Saudi, jika mereka berfikir masyarakat dunia telah melupakan tanggungjawab Saudi atas pembantaian keji jemaah haji di Mekkah baru-baru ini, mereka keliru. Kehormatan kerajaan Saudi tengah meluncur jatuh."
Hal senada ditulis oleh media terkemuka Inggris The Independent: "Bagaimanapun menyebalkannya regim itu (Saudi), keruntuhannya akan lebih buruk lagi dampaknya. Maka kita harus membantunya melakukan reformasi. Penguasa Saudi itu harus disadarkan, bahwa jika mereka ingin tetap bertahan, mereka harus mengubah cara-caranya," tulis media ini pada tanggal 4 Januari lalu.
Pembunuhan ulama Shiah Sheikh Nimr al-Nimr semakin menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah yang sebelumnya telah memanas karena konflik bernuansa sektarian antara kelompok Shiah dengan Wahabi dengan patronnya masing-masing, Iran dan Saudi Arabia.
Seperti diketahui, kedua negara ini telah terlibat perang proxi di Suriah, Lebanon dan Yaman. Dan setelah jatuhnya Irak, negara yang selama puluhan tahun di bawah kendali regim Sunni Saddam Hussein, ke dalam pengaruh Iran, akibat kesalahan strategi Amerika, kebencian Saudi kepada Iran semakin kuat. Apalagi dengan keberhasilan diplomasi Iran yang berhasil memaksa Amerika dan negara-negara besar lainnya untuk mengakui program nuklir Iran, dan sekaligus menghentikan sanksi ekonomi yang sangat memukul perekonomian Iran.
Kebencian, atau ketakutan Saudi terhadap Iran, bahkan telah sampai pada tahap yang irasional, seperti persekutuan Saudi dengan zionis internasional. Tidak hanya membuat Saudi harus menyerahkan kekuasaan pengelolaan ibadah haji kepada perusahaan keamanan zionis G4S, Saudi diduga kuat telah bekerjasama dengan zionis internasional merancang Tragedi Mina tanggal 24 September lalu, untuk membunuh pejabat-pejabat sipil dan militer Iran yang ikut dalam rombongan haji.
Serangan Saudi terhadap Yaman adalah tindakan tidak rasional lainnya yang dilakukan karena motif 'kebencian dan ketakutan' Saudi terhadap Iran. Khawatir dengan pengaruh Iran di Yaman yang berbatasan langsung dengan Saudi, Saudi pun menggalang kekuatan untuk menghancurkan Yaman demi mengembalikan kekuasaan regim dukungannya, Mansour Hadi.
"Penguasa Saudi, dalam banyak hal adalah menyebalkan. Namun kita tidak ingin melihat, apalagi memprovokasi kejatuhan keluarga kerajaan Saudi. Sebagai penjaga dua tempat suci Islam Mekkah dan Madinah, penguasa Saudis menikmati penghormatan dari umat Islam di seluruh dunia. Kita juga mengetahui dari pengalaman pahait di Iraq dan Libya bahwa tumbangnya pengusasa tiran di Timur Tengah hanya menciptakan kekacauan. Terlebih di Saudi, ISIS dan al-Qaeda sangat haus untuk menguasai dua tempat suci. Inilah hal paling penting yang harus dicegah.
Penguasa Saudi itu harus disadarkan, bahwa jika mereka ingin tetap bertahan, mereka harus mengubah cara-caranya. Khususnya, provokasi berdarah yang dilancarkan Raja Salman sejak berkuasa setahun lalu, harus dihentikan," tulis The Independent lagi.(ca)
Keterangan gambar: Sheikh Nimr saat ditangkap aparat keamanan Saudi tahun 2012. Ia terluka parah karena pukulan-pukulan dan tembakan.
ReplyDeleteAssaud membuka pintu neraka kepada regimnya sendiri
http://original.antiwar.com/Giorgio_Cafiero/2016/01/08/saudi-arabia-executed-a-nonviolent-shiite-cleric-its-going-to-cost-them-big/
Nuri al-Maliki, who served as Iraq’s prime minister from 2006 to 2014 – and is still thought to be close with Iranian-backed militias operating in the country – likewiseissued a condemnation of Saudi Arabia’s “detestable sectarian practices” against its Shiite minority. He predicted that the “crime of executing Sheikh al-Nimr will topple the Saudi regime” and likened al-Nimr’s death to Saddam Hussein’s execution of a prominent Iraqi Shiite cleric, Muhammad Baqir al-Sadr, in 1980. While speaking on Palestine Street in Baghdad, Ahmed al-Shahmani, a prominent Iraqi cleric, declaredthat “The House of Saud has opened the gates of hell on its own regime.”
In Bahrain, a Shiite-majority country ruled by a Saudi-backed Sunni monarchy, Shiites held protests on the restive island of Sitra and in al-Daih, a village situated west of Manama, where they chanted that al-Nimr is “our martyr.” The island kingdom’s interior ministry announced that Bahraini authorities had arrested “several rioters and vandals,” as well as “a small number of people who misused social media for illegal purposes” in response to al-Nimr’s execution.