Indonesian Free Press -- Turki berusaha memanaskan situasi di kawasan Timur Tengah dengan menuduh Rusia melanggar wilayah udaranya, di tengah keputus-asaannya menghadapi kegagalan ambisi untuk menguatkan pengaruh di Suriah dan kawasan akibat keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah.
Pengamat politik dan mantan analis Kementrian Pertahanan Amerika Michael Maloof mengatakan kepada kantor berita Iran Press TV baru-baru ini.
"Tuduhan pelanggaran wilayah udara ini adalah pertanda bahwa Turki tengah berusaha memanaskan situasi karena kegagalannya menentang posisi Rusia yang mendukung orang-orang Kurdi dan juga Presiden Suriah Bashar al-Assad,” kata Michael Maloof kepadsa Press TV, Minggu (31 Januari).
"Turki memanfaatkan kesempatan disini hanya untuk memanaskan situasi. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah kehilangan kontrol dan bekerjasama dengan Saudis, sehingga ia memiliki agenda tersendiri dengan membuat situasi panas pada saat situasi sudah sangat panas," katanya lagi.
Pada hari Sabtu (30 Januari) Turki menuduh pesawat SU-34 Rusia telah memasuki wilayah Turki dan mengabaikan peringatan yang dikeluarkan. Namun Kementrian Pertahanan Rusia melalui Jubir Mayjend Igor Konashenkov membantah tuduhan itu dan balik menuduh Turki sengaja melakukan propaganda.
Di sisi lain, sekutu Turki, NATO dan Amerika mendukung klaim Turki tersebut dan mendesak Rusia untuk menghormati kedaulatan Turki.
"Kami prihatin dengan laporan-laporan dan bisa memastikan bahwa hari Sabtu kemarin, sebuah pesawat tempur Rusia telah melanggar wilayah udara Turki dan NATO," kata Jubir Kementrian Pertahanan Amerika Mark Wright kepada media Rusia, RIA Novosti.
Perkembangan terakhir ini semakin memanaskan hubungan Turki dengan Rusia setelah penembakan pesawat SU-24 Rusia oleh Turki bulan November 2015 lalu. Menyusul insiden itu Rusia menggelar dua sistem pertahanan paling canggihnya, S-300 yang berada di geladak kapal jelajah Moskva yang berada di lepas pantai Suriah, serta S-400 yang dipasang di dekat pangkalan udara Rusia di Latakia, Suriah barat-laut. Pemasangan dua sistem pertahanan udara ini secara efektif telah membuat Rusia menguasai wilayah udara Turki selatan dan menghentikan operasi udara Turki dan NATO, hingga Amerika pun menarik pesawat-pesawat F-15-nya dari pangkalan udara Incirlik.
"Penggelaran besar-besaran senjata Rusia di Suriah ini telah membuat situasi menjadi kacau (bagi Turki dan NATO)," tulis The National Interest, mengutip komentar seorang perwira Angkatan Udara Amerika, pada 7 Desember 2015 lalu.
Situasi semakin tidak menguntungkan Turki setelah gerilyawan Kurdi melintasi Sungai Eufrat dan berhasil menguasai wilayah barat garis damarkasi yang ditetapkan Turki itu. Hal ini membuat wilayah kekuasaan Kurdi di perbatasan Turki semakin luas, dan peluang terbentuknya wilayah Kurdistan yang membentang dari Irak hingga Suriah sekaligus dan mengancam Turki, semakin besar.(ca)
Kali ini bukan F16 Turki yg menunggu mangsa, tetap Su 35S yang giliran mencari mangsa
ReplyDeletehttp://kasamago.com/sanggupkah-f-3-jepang-mengalahkan-f-22-raptor/