Indonesian Free Press -- Drama penangkapan marinir-marinir Amerika oleh Tentara Pengawal Revolusi Iran (IRGC) akhirnya berakhir dengan 'happy ending'. Setelah mendapat perlakuan manusiawi, para personil militer Amerika itu dibebaskan, dan Menlu Amerika John Kerry pun berterima kasih kepada Iran dan memuji sikap Iran.
Namun tidak semua 'drama' penangkapan itu diketahui masyarakat, termasuk bagian-bagian yang menegangkan. Tidak lama setelah penangkapan itu situasi sebenarnya berada pada kondisi sangat kritis, bahkan bisa dikatakan hampir sama dengan kondisi Krisis Kuba tahun 1960-an, ketika Amerika memblokade Kuba setelah negeri itu diketahui memasang rudal-rudal Rusia yang mengancam Amerika.
Situs News Brief tanggal 13 Januari merilis laporan tentang ketegangan yang terjadi antara militer Amerika dan Iran. Mengutip kantor berita Iran Fars News Agency (FNA) laporan itu menyebutkan bahwa Amerika dan Perancis mengirim kapal-kapal induknya mendekati Iran paska penangkapan para marinir tersebut. FNA kemudian melaporkan bahwa sitem pertahanan Iran kemudian 'mengunci' kapal-kapal induk tersebut dan telah siap untuk menembaknya.
Mengutip komandan AL IRGC Rear Admiral Ali Fadavi, FNA menyebutkan bahwa Iran memberitahu 'status' kapal-kapal induk tersebut yang berada dalam posisi berbahaya.
"Untungnya mereka kemudian menyadari bahwa kami (AL IRGC) yang memberikan keputusan akhir dalam situasi ini. Kapal-kapal induk Amerika dan Perancis berada dalam jangkauan kami, dan jika mereka terus maju dengan cara-cara yang tidak profesional, mereka akan mengalami bencana yang tidak pernah terjadi dalam sejarah," kata Fadavi.
Menurut Fadavi, ketika ditangkap, para marinir AS yang berada di dalam dua kapal patroli cepat itu berada tiga mil di dalam wilayah Iran, dan penyelidikan singkat memastikan mereka tidak sengaja memasuki Iran.
Namun tentang status para marinir yang ditahan, keputusan berada di tangan Presiden Rouhani, yang tidak ingin situasi bertambah buruk dan menuju konfrontasi.
Seperti telah ditulis di blog ini, Iran telah berkembang jauh dari saat mereka dikalahkan Amerika dalam perang laut tahun 1988. Ini Iran telah memiliki senjata-senjata yang bisa membuat kapal-kapal perang Amerika di Teluk Parsia sebagai sasaran empuk. Iran telah memiliki rudal ballistik anti-kapal 'Khalij Fars' yang sangat presisi. Iran juga memiliki torpedo 'Houd' yang merupakan torpedo tercepat di dunia, yang mampu bergerak dengan kecepatan 360 km/jam di dalam air.(ca)
krew us mariner menangis semasa di tahan
ReplyDeleteketua komando seorang wanita?
kesalahan gps menyebabkan mereka tersesat--atau di jamming iran
bot us di tawan oleh bot iran yang lebih kecil
banyak hal yg masih terutup dr media. Namun, langkah IRGC dlm menegakan kedaulatan IRan adalah aksi yg membanggakan.
ReplyDelete