Monday 4 April 2016

Sentil Tokoh Reformis, Khamenei Tegaskan Masa Depan Iran Tergantung pada Kekuatan Rudal

Indonesian Free Press -- Pemerintahan Presiden Rouhani bisa saja mengklaim berhasil memaksa Amerika dan sekutu-sekutunya untuk menerima program nuklir Iran sekaligus mencabut sanksi ekonomi. Namun dengan implementasi yang masih belum sepenuhnya berjalan dan ancaman-ancaman sanksi yang terus dikeluarkan Amerika, pernyataan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei sangat patut dihargai tinggi.

"Mereka yang percaya bahwa masa depan Iran tergantung pada negosiasi dan bukan rudal, maka mereka adalah bodoh atau pengkhianat," kata Khamenei di situs resminya hari Rabu (30 Maret).

“Jika Republik Islam Iran mengejar negosiasi daripada kekuatan pertahanan, maka Iran sudah harus menyerah pada negara lemah," tambahnya.

Pernyataan ini tampak sekali ditujukan pada mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, tokoh yang diketahui sebagai pemimpin kelompok 'moderat', yang minggu lalu mengatakan di akun Twitternya bahwa "masa depan Iran ada pada dialog, bukan rudal". Presiden Rouhani juga termasuk dalam kelompok 'moderat', yang dalam peta politik Iran terlibat persaingan sengit dengan kelompok 'garis keras' yang dipimpin Khameini. Kelompok moderat menghendaki pendekatan dialog dengan Amerika sementara kelompok garis keras menolak dialog selama Amerika tidak mengubah kebijakan politiknya di Timur Tengah.

Rafsanjani mendukung aksi demonstrasi menolak hasil pemilu tahun 2009 yang dimenangkan Mahmoud Ahmadinejad dari kelompok 'garis keras', yang menjerumuskan Iran ke dalam krisis yang sangat serius. Putri Rafsanjani ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara karena keterlibatannya dalam aksi-aksi demonstrasi berdarah. Rafsanjani sendiri 'selamat' dari tuntutan hukum karena kedudukannya yang dianggap strategis sebagai Ketua Dewan Ulama serta pengaruhnya yang luas sebagai salah satu orang terkaya di Iran.

Pernyataan Rafsanjani muncul di tengah-tengah perselisihan Iran dengan Amerika terkait dengan ujicoba-ujicoba rudal ballistik Iran yang oleh Amerika dituduh melanggar kesepakatan perjanjian program nuklir Iran dengan negara-negara maju.

Ujicoba tersebut dilakukan oleh Tentara Pengawal Revolusi (IRGC) yang secara hirarkis berada langsung di bawah komando Ayatollah Ali Khameini, bukan di bawah Presiden Rouhani. Bisa difahami jika IRGC tetap meneruskan ujicoba rudal ballistiknya, meski diprotes Amerika.

Sejak keberhasilan ujicoba rudal ballistik Emad bulan Oktober 2015 lalu, Amerika dan sekutu-sekutunya melakukan tekanan keras terhadap Iran dengan disertai ancaman sanksi-sanksi baru kepada Iran. Hal ini bisa difahami, karena pengembangan rudal dan radar Iran telah sampai pada tahap canggih sehingga mampu menetralkan setiap ancaman militer terhadap Iran, sekaligus menghancurkan mimpi Israel untuk menghancurkan kekuatan militer Iran.

Khamenai mendukung perundingan program nuklir yang dilakukan Presiden Rouhani tahun lalu, namun berulangkali mengingatkan untuk tidak terlalu percaya pada Amerika, yang sudah terkenal dengan kebiasaannya tidak menghormati perundingan. Khamenai juga mendukung IRGC untuk meneruskan program-program rudalnya.

IRGC menegaskan bahwa ujicoba rudal-rudal ballistiknya merupakan demonstrasi kekuatan non-nuklir Iran. Namun Amerika dan sekutu-sekutunya menentang ujicoba rudal-rudal ballistik Iran karena dianggap bisa membawa nuklir dan karenanya melanggar perjanjian nuklir antara Iran dengan negara-negara maju.

Di sisi lain Sekjen PBB Ban Ki-moon menyebut ujicoba rudal ballistik Iran merupakan 'lampu kuning' bagi keamanan dunia dan Dewan Keamanan PBB akan memutuskan apakah sanksi akan diberikan kepada Iran. Namun Rusia menegaskan bahwa ujicoba itu tidak melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

"Anda bisa suka ataupun tidak terhadap peluncuran rudal-rudal ballistik Iran, namun ini adalah cerita lain. Kenyataannya tidak ada resolusi PBB yang dilanggar,” kata Menteri Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi Mikhail Ulyanov, kepada Interfax.(ca)

1 comment:

  1. Salut atas Iran menegakan prinsip, komitmen, integritas dan visi ny. Khamenei tahu, mau dialog apapun Barat ttp brusaha meruntuhkan Republik Islam Iran.

    Msh penasaran, diantara tentara reguler vs Garda republik, mnakah yg pling kuat scara alutsista??

    Kasamago.com

    ReplyDelete