Indonesian Free Press -- Ahmadinejad, mantan presiden Iran yang 'fenomenal' kembali muncul di muka umum hingga menimbulkan spekulasi kuat bahwa dirinya akan kembali ke panggung politik. Ia masih dianggap sebagai kandidat yang paling potensial bagi kubu konservatif untuk membendung pengaruh kubu reformis setelah mundur dari kursi kepresidenan.
Di atas podium yang didekor sebagai bunker bawah tanah pasukan Iran dalam Perang Iran-Irak, minggu lalu, Ahmadinejad dielu-elukan para pendukungnya setelah berpidato keras mengecam Amerika dan Israel. Di akhir acara yang digelar di kota Jiroft untuk memperingati salah satu perang terbesar setelah perang dunia itu, orang-orang pun berteriak, "Slogan untuk semua orang adalah Ahmadinejad telah kembali!" Demikian laporan Reuters pada 12 Mei lalu.
Setelah hampir tiga tahun menghilang dari hadapan publik setelah berakhirnya kekuasaannya selama dua periode, secara mengejutkan Ahmadinejad melakukan sejumlah pemunculan dalam beberapa minggu terakhir, mengisyaratkan kesiapannya untuk kembali bersaing dalam pencalonan presiden tahun depan. Sejauh ini tokoh berusia 59 tahun ini belum mengumumkan pencalonannya.
Ahmadinejad masih dianggap figur yang populer untuk mengimbangi penerusnya dari kubu reformormis-pragmatis Hassan Rouhani, yang bertamah populer setelah keberhasilan perundingan program nuklir Iran dengan negara-negara besar.
“Dalam kampanye kepresidenan figur individual sangat penting dan kelompok politik tidak begitu penting. Dalam kenyataannya, seorang individu bisa melakukan perubahan besar," kata Massoud Mirkazemi, mantan menteri perminyakan di bawah Ahmadinejad, kepada situs Asr-e-Iran, Rabu pekan lalu (13 Mei), seperti dilansir Reuters sehari kemudian.
“Siapapun yang bisa membuat langkah-langkah besar, ia akan mendapatkan dukungan. Ahmadinejad telah memulai langkah ini," tambahnya, seraya menyebutkan bahwa Ahmadinejad bakal mengalahkan Rouhani.
Ahmadinejad tidak bisa bersaing dalam pemilu terakhir karena dihalangi oleh konstitusi Iran yang membatasi periode kepresidenan hanya dua kali. Akibatnya dalam pemilu tahun 2013 kubu reformis pragmatis berhasil meraih kemenangan. Ahmadinejad diperkirakan bisa mengembalikan popularitas kubu konservatif, meski hubungannya dengan sejumlah tokoh konservatif, khususnya pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kurang harmonis dalam periode terakhir kepemimpinannya.
“Orang-orang garis keras menganggap Ahmadinejad sebagai satu-satunya orang yang bisa menghadapi kubu reformis dan kandidat-kandidat mereka,” kata said Saeed Leylaz, analis politik Iran yang pernah menjadi penasihat presiden Mohammad Khatami.
“Aktifitasnya telah berkembang banyak, dan telah menimbulkan kegemparan di sejumlah tempat," tambahnya, seperti laporan Reuters.
Selama 8 tahun memimpin Iran, Ahmadinejad telah berkali-kali membuat kegemparan masyarakat internasional karena pernyataan-pernyataannya yang sangat anti-Amerika dan Israel. Ia dikenal tidak berkompromi atas program nuklir Iran dan terus mengolok-olok 'Holocaust'. Para pendukungnya memuji sikapnya yang anti-barat dan sangat membela nilai-nilai tradisi Iran. Namun para penentangnya di Iran mengecam kinerja ekonominya serta praktik korupsi yang menjerat orang-orang dekatnya, tulis Reuters.
Dalam pidatonya di Jiroft tersebut, lagi-lagi Ahmadinejad mengecam keras Amerika.
"Saya bertanya, mengapa Anda (Amerika) memulai kampanye militer di Iraq dan Afghanistan dan membunuh 1 juta orang? Demokrasi berarti rakyat berhak menentukan memilih kebebasannya sendiri. Namun mereka membunuhi orang-orang dan memuji-muji dirinya sendiri," kata Ahmadijenad.
Sejak kemunculannya kembali, perang media sosial terjadi antara pendukung-pendukung Ahmadinejad dan lawan-lawannya dari kubu reformis-pragmatis. Para penentang Ahmadinejad juga berusaha melakukan tuntutan hukum terhadapnya.
“Ahmadinejad harus diadili terlebih dahulu, baru kemudian mendaftarkan diri sebagai kandidat pemilu,” kata Ali Mottahari, anggota parlemen dari kubu moderat, seperti ditulis Reuters.
Dukungan kubu garis keras
Pada tahun 2011 Ahmadinejad terlibat 'perselisihan' dengan patron kubu konservatif, yaitu Ayatollah Ali Khamenei. Ahmadinejad dianggap telah 'lancang' mengurusi isyu-isyu keagamaan dan beberapa pendukungnya ditangkap aparat keamanan. Kemudian ketika Khamenei menganulir keputusan Ahmadinejad untuk memecat menteri urusan inteligen, Ahmadinejad membalas dengan memboikot rapat-rapat kabinet. Hal ini sampai memancing Pasukan Pengawal Revolusi (IRGC) yang loyal kepada Khamenei untuk mengancam menangkap Ahmadinejad.
Namun, kali ini IRGC telah memberi sinyal untuk mendukung Ahmadinejad. Pada bulan Maret lalu, Basij News, corong IRGC, memuji kunjungan Ahmadinejad di Pulau Kish untuk menghormati korban perang Iran-Irak. Pada saat yang sama media ini mengecam Presiden Rouhani yang dianggap tidak menunjukkan penghormatan kepada para korban perang.
Ali Tajernia, seorang anggota parlemen kubu moderat-reformis-pragmatis, mengatakan kepada koran Arman-e-Emrouz bulan ini bahwa 'seorang tokoh penguasa' telah mengirim pesan kepada Rouhani untuk tidak ikut pemilihan presiden tahun depan.
Sementara Amir Mohebian, seorang analis-strategis kubu konservatif mengatakan kepada Reuters bahwa "Ahmadinejad memiliki basis khusus dukungan publik yang bisa dimobilisasikannya."
Dengan isyu ekonomi menjadi pokoknya, Rouhani tampaknya akan memanfaatkan kesuksesan perundingan program nuklir Iran memompa kembali perekonomian Iran melalui pencabutan-pencabutan sejumlah sanksi luar negeri. Namun, jika gagal, Ahmadinejad akan memanfaatkan isyu-isyu kesejahteraan sosial ke segala penjuru negeri.
Sebaliknya, Rouhani bisa memukul balik dengan isyu korupsi yang menjerat kepemimpinan Ahmadinejad. Korupsi menjadi isyu utama kampanye Rouhani tahun 2013 dan pada Maret lalu seorang pengusaha 'dekat' Ahmadinejad dihukum mati karena korupsi.(ca)
Ahmadinejad memang masih pnya "nama", & pny potensi kuat menjadi pemimpin Iran lagi bla tak hanya lantang ke dominasi barat tetapi jg berhasil membangun Iran di segala bidang khususnya Perekonomian..
ReplyDelete