Indonesian Free Press -- Sekitar 80 personil militer "New Syrian Army" yang dibentuk Amerika tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan kelompok ISIS di Suriah. Beberapa personil pasukan khusus Amerika, Inggris dan 'penasihat militer' Yordania tertangkap dalam serangan itu. Demikian Veterans Today melaporkan, Jumat (1 Juni).
Dalam laporan itu disebutkan, musibah tersebut terjadi karena 'peran' Israel, Turki, Yordania dan Saudi Arabia, yang terlibat dalam perencanaan operasi, namun diduga telah membocorkan informasinya kepada kelompok ISIS.
"Sebuah operasi gabungan pasukan khusus Amerika dan Inggris di wilayah terpencil di Suriah Timur, di dekat mata air Sungai Euphrates di dekat perbatasan Irak, berakhir buruk dan tidak akan dibiarkan muncul ke publik. Sejumlah 'teknisi' Amerika dan Inggris tertangkap, bersama-sama dengan beberapa penasihat militer Yordania dan 20 anggota 'New Syrian Army' yang tersisa," tulis laporan itu.
Insiden terjadi di antara kota Bukamal dan al Qa’im.
Sumber-sumber laporan menyebutkan operasi tersebut telah berjalan selama dua hari menempuh perjalanan sejauh lebih dari 200 mil dari pangkalan di dekat perbatasan Yordania. Misi operasi adalah menghancurkan pangkalan ISIS. Pasukan khusus Amerika dan Inggris diterjunkan ke lokasi serangan.
Operasi dimulai pada waktu dinihari tanggal 30 Juni dengan pasukan New Syrian Army merebut pangkalan udara kecil di Bukamal. Ini diikuti dengan serangan bom Amerika atas sejumlah target di wilayah itu. Amerika menjatuhkan liflet yang meminta warga lokal untuk pergi. Namun ISIS tidak pergi, bahkan mereka telah menunggu.
Ketika pasukan New Syrian Army, Amerika, Inggris dan Yordania bisa melakukan konsolidasi, sekitar 400 personil ISIS muncul dari beberapa tempat persembunyian dan dengan cepat meringkus pasukan gabungan tersebut.
Selain para tawanan, ISIS juga berhasil menyita sejumlah peralatan transportasi, komunikasi dan senjata.
Para pejabat keamanan kini curiga kuat bahwa pasukan ISIS yang terlibat dalam serangan itu dilatih oleh perusahaan-perusahaan jasa keamanan Amerika L3 Corporation, Dyncorp dan lain-lain, yang selama bertahun-tahun membentuk pasukan untuk melindungai negara-negara Teluk.
Personil-personil perusahaan jasa keamanan itu disebut mendapat gaji hingga $350.000, atau sekitar Rp5 miliar per-tahun. Pasukan inilah yang terlibat dalam serangan kantor konsulat Amerika di Benghazi, Libya, yang menewaskan Dubes Amerika, dan kini menjadi pasukan inti ISIS.
"Tidak perlu terkejut dengan apa yang bisa dilakukan ISIS, karena standar latihan mereka yang tinggi setara pasukan khusus Amerika, dengan dana puluhan juta dollar. Veterans Today mengetahui siapa saja yang bekerja dalam proyek ini," tulis Veterans Today.
Menurut Veterans Today, meski Erdogan buruk dalam krisis Suriah, ia sendiri merasa 'ketakutan' dengan proyek ISIS ini, dan kini berusaha menjauhkan diri sejauh mungkin dari rencana Amerika di Suriah dan Irak dengan mendekati Suriah dan Rusia.
"Ada upaya menutup-nutupi informasi ini secara total, sebuah kegagalan besar bagi Presiden Obama. Siapapun yang mengetahui informasi ini telah ditahan atau 'dibungkam', sedemikian karena seriusnya masalah ini," tulis Veterans Today lagi.(ca)
Ane jdi ruwet nyerna beritanya, ISIS bentukan amerika tpi ISIS menangkap dn mmbunuh US army dlm sbuah operasi. Bukannya seharusnya didukung dn dikasih jalan bebas masuk syria...
ReplyDeleteBenih yg disemai sendiri.. Dikira vitamin, ternyata virus
ReplyDelete