Tuesday 2 August 2016

Ada Apa Dengan Pengakuan Freddy Budiman?

Indonesian Free Press -- Lagi-lagi kekhawatiran saya terbukti, yang sekaligus mengindikasikan regim Jokowi hanyalah regim proksi aseng-asing dan yang tidak bisa difahami para kecebong 'bahlul'. Dan ini semua terjadi pada saat kondisi sosial-ekonomi semakin memburuk, ketika para buruh di-PHK digusur tenaga kerja Cina, harga-harga barang melambung tinggi dengan harga gula pasir eceran di Medan mencapai Rp 18.000 per-kg. Padahal ketika Jokowi belum naik ke kursi ke kekuasaan harganya belum mencapai angka Rp 10.000 per-kg.

Paska pengakuan mengejutkan gembong narkoba Fredy Budiman yang dipublis oleh ketua LSM Kontras baru-baru ini, tidak ada respons serius dari para pemangku kepentingan atas masalah yang sangat-sangat-sangat serius ini. Tidak ada pidato ber-api-api Jokowi, para pejabat di jajarannya dan para pimpinan DPR yang berjanji akan menumpas habis mafia narkoba. Tidak ada tindakan nyata pemerintah dan DPR berupa pembentukan tim pencari fakta untuk mengungkap kebenaran pernyataan Fredy Budiman tentang keterlibatan lembaga-lembaga negara BNN, Polri dan TNI dalam mafia narkoba.

Yang ada adalah pernyataan Polri bahwa pihaknya telah bertemu dan 'kongkow-kongkow' dengan pimpinan LSM Kontras membicarakan pengakuan Fredy Budiman, serta pernyataan 'prematur' tentang kesehatan mental Fredy Budiman, sekaligus mengubur tindakan yang seharusnya dilakukan kepolisian, yaitu melakukan penyidikan resmi atas masalah ini.

Yang mengherankan juga, BNN, yang secara telak telah dipermalukan oleh pengakuan Fredy Budiman, tidak mengeluarkan pernyataan apapun. Semuanya seolah baik-baik saja, dan kehancuran bangsa Indonesia akibat narkoba pun berjalan dengan lancar.

Bagi Indonesian Free Press (IFP), pengakuan Fredy Budiman yang dipublis oleh LSM Kontras memberikan petunjuk kuat bahwa konspirasi jahat para penyembah dajjal global di Indonesia, telah sampai pada tahap akhir. Pada tahap ini, seluruh kebusukan yang selama ini ditutup-tutupi sengaja dibuka. Hal ini adalah untuk menimbulkan rasa apatis dan putus asa masyarakat sehingga mereka pasrah saja ketika orang-orang yang dikenal jahat, baik yang asing maupun komprador lokalnya, menjadi penguasa negara ini.

Sejalan dengan hal ini, sebuah status Facebook milik saudara M Arief Pranoto dari lembaga kajian international, The Global Institute, menjadi penguat pandangan IFP. Dan berikut ini adalah status tersebut yang kami copaskan.(ca)


MEMBACA YANG TERSIRAT DIBALIK STATEMENT HARRIS/KONTRAS

Oleh: M Arief Pranoto

Membaca kegaduhan media atas "brodcast berantai"-nya Harris Azhar dari Kontras atas (katanya) testimoni terpidana mati Freddy Budiman, saya jadi teringat ajaran guru dulu tentang eksistensi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia. Bahwa keberadaan LSM merupakan "corong asing" guna menggiring opini rakyat agar tidak percaya pada pemerintahan dan aparatnya. Itu yang utama. Tidak semua LSM memang, karena masih banyak LSM yang merah putih, benar-benar ingin menegakkan keadilan dan kebenaran.

Terkait kegaduhan akibat statement Harris, barangkali itu tujuan pokoknya. Kenapa? Segenap tumpah darah kembali digiring untuk sibuk dan gaduh pada tataran hilir sehingga lupa terhadap persoalan hulu bangsa yaitu penguasaan ekonomi dan pencaplokan sumber daya (alam) oleh asing dengan berbagai modus melalui sistem negara. Hal ini yang justru diabaikan. Masuknya ribuan (tentara?) tenaga asing Cina baik melalui Turnkey Project Management (TPM) maupun secara illegal misalnya, jadi tenggelam --- topik "Kuda Troya" ala Cina tertutup beritanya Harris dan Freddy, atau abai ketika ratusan hektar tanah Indonesia telah dirambah Malaysia, dan seterusnya.

Terlepas benar atau tidaknya broadcast Harris, itu tidak penting. Yang utama bagi LSM yang berafiliasi ke asing, bahwa tugasnya membuat turun atau hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dan aparat negara, telah sukses digulirkan via media. Inilah yang kini berlangsung. Dan lagi-lagi, kita terus menari-nari dalam irama gendang yang ditabuh oleh asing..

Pojok S, 29/7/2016

No comments:

Post a Comment