Indonesian Free Press -- Iran meresmikan sistem pertahanan udara Bavar 373 yang oleh para pengamat dianggap setingkat dengan buatan Rusia S-300. Kantor berita AFP melaporkan, kemarin (21 Agustus).
Pemerintah Iran, hari Minggu (21 Agustus), merilis gambar-gambar yang menunjukkan Presiden Rouhani dan Menhan Hossein Dehghan berdiri di dekat sistem persenjataan Bavar 373, yang dibuat Iran selama negara itu menjalani sanksi internasional.
Sistem persenjataan ini didisain untuk menyergap rudal-rudal jelajah, drone, pesawat tempur hingga rudal ballistik, demikian Iran menyebutkan tentang kemampuan rudal ini. Senjata ini dibangun Iran sebagai alternatif kegagalan Iran mendapatkan senjata sejenis buatan Rusia, S-300, karena sanksi PBB atas program nuklir Iran.
Pada tahun 2010 Presiden Rusia Dimitri Medvedev membatalkan pengiriman S-300 ke Iran yang kontraknya ditandatangani tahun 2007. Hal ini karena protes Amerika dan Israel yang memaksa PBB mengeluarkan keputusan melarang penjualan senjata ini ke Iran. Namun pada bulan April 2015 Presiden Rusia Vladimir Putin melanjutkan lagi pengiriman S-300 ke Iran. Nanun hingga saat ini Iran baru menerima sebagian dari sistem persenjataan ini.
“Kami tidak bermaksud membuat S-300 versi Iran, kami ingin membuat sistem Iran sendiri, dan kami melakukannya,” kata Dehghan kepada kantor berita Iran IRNA, Minggu (21 Agustus).
Sebelumnya dalam kutbah sholat JUmat (19 Agustus), Dehghan mengatakan, "Kekuatan rudal kita telah sampai pada tingkatan mampu menghancurkan seluruh sasaran pada semua jarak.”
Sistem pertahanan udara Bavar 373 menggunakan rudal Sayad 3 yang mulai diujicoba pada bulan September 2014.
Sementara itu Rouhani mengatakan bahwa anggaran belanja Iran telah meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
“Jika kita bisa berdiskusi dengan negara-negara besar di dunia, ini karena kekuatan nasional kita, karena persatuan negara kita," kata Rouhani.
Pada hari yang sama Rouhani juga meluncurkan mesin turbo-jet pertama buatan Iran, yang disebut-sebut mampu menerbangkan pesawat hingga ketinggian 50.000 kaki.
“Republik Islam Iran adalah satu dari hanya delapan negara yang memiliki teknologi ini,” kata Rouhani.
Dehghan menambahkan bahwa Iran kini juga tengah membangun rudal jelajah yang mampu terbang dengan kecepatan supersonik.
Iran Ijinkan Rusia Gunakan Lebih Banyak Pangkalan Udara
Sementara itu kantor berita Cina Xinhua, hari Sabtu (20 Agustus) melaporkan bahwa Iran akan mengijinkan Rusia menggunakan lebih banyak pangkalan udara di Iran untuk melancarkan operasi militer melawan terorisme. Hal itu berdasarkan pernyataan Menhan Iran Hossein Deqhan pada hari yang sama.
"Saat ini penggunaan lebih banyak pangkalan udara untuk Rusia masih di luar agenda, namun jika dibutuhkan, keputusan yang relavan akan diberikan," kata Deqhan kepada Tehran Times, terkait dengan penggunaan pangkalan udara Hamadan oleh Rusia.
Tentang penggunaan pangkalan Hamadan itu, Deqhan menyebutkan bahwa Iran memberikan bantuan ringan berupa perbaikan-perbaikan, namun bisa juga bantuan yang lebih besar. Ia menyebut kerjasama ini sebagai sesuatu yang 'strategis' untuk menjamin keamanan dan perdamaian di kawasan.
Pada hari Selasa (16 Agustus) Rusia melancarkan serangan udara ke Suriah dengan pesawat-pesawat pembom strategis TU-22M3 dan pembom serbaguna Su-34 dari pangkalan udara Hamadan yang terletak di Iran tengah.
Para Diplomat Barat Lakukan Kegiatan Inteligen di Iran
Di sisi lain media independent Veterans Today, hari Minggu (21 Agustus) melaporkan bahwa sejumlah diplomat negara-negara barat melakukan kunjungan ke Provinsi Kermanshah di timur Iran. Hal itu, sebut Veterans Today, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi inteligen tentang pangkalan udara Hamedan yang digunakan Rusia dalam operasi militer di Suriah.
"Perjanjian militer Rusia dan Iran bersifat rahasia, namun pemindahan sejumlah besar peralatan militer ke pangkalan udara itu dalam beberapa minggu terakhir telah menarik semua orang sehingga sejumlah diplomat dari Inggris dan Perancis berusaha mengambil sejumlah gambar dan mengumpulkan informasi inteligen (tentang pangkalan udara Hamedan) dengan dalih melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kermanshah. Namun mereka dihentikan oleh aparat keamanan Iran dan dikembalikan ke hotel mereka,” tulis laporan tersebut, mengutip laporan Sputnik News edisi bahasa Persia, Sabtu (20 Agustus).
Sputnik menulis: “Ketika penerbangan pesawat-pesawat pembom Rusia itu menimbulkan kegoncangan, kita bisa menunggu kemungkinan kegoncangn-kegoncangan lainnya yang akan muncul, yang tidak diketahui musuh-musuh Iran”.
“Fakta bahwa pangkalan udara itu berdekatan dengan kota Mosul di Irak, banyak pengamat memperkirakan pangkalan udara Iran itu akan digunakan juga dalam operasi melawan ISIS di Mosul," tambah laporan itu.(ca)
Saya percaya, meski s300 gagal dikirim k Iran. Russia tetap memberikan dukungan dlm bentuk ToT S300. Jdilah Bavar 373..
ReplyDeleteSemoga Indonesia dpt sgra mencontoh lngkah Iran memproduksi S300 ny sendiri..
Kalo sofware aku yakin para ahli Iran jagonya terbukti s 200 saja ahli Rusia mengakui hasil upgrade Iran begitu canggihnya makannya rusia mau kerjasama dg Iran cuma hard ware jadi Iran butuh s 300 hanya hard ware itu yang sulit dibuat kalo sistem kendali dan radar iran punya sendiri yg lebih canggih makanya Iran pesan hard ware mobil dan peluncur saja elektronik Iran disain sendiri karena letak kecanggihan rudal di perangkat elektronik Iran sudah pengalaman merombak S 200 makanya varian S 300 dipilih Iran karateristik nya tak jauh beda dg s200 secara elektronis secara hard ware memang berbeda S300 lebih kompatibel hanya keberatan Rusia secara psikologis nantinya S,300 Iran mungkin lebih canggih dari punya Rusia terbukti s200 Iran jauh lebih canggih dari punya Rusia
ReplyDelete