Indonesian Free Press -- Kebakaran hebat melanda sebagian besar wilayah Israel sejak Selasa (22 November). Ini adalah kebakaran hebat terbesar sejak tahun 2010 lalu ketika lebih dari 40 orang tewas akibat kebakaran. Namun, alih-alih melakukan introspeksi untuk mencegah bencana serupa berulang lagi, Israel justru sibuk menyalahkan warga Palestina sebagai penyebabnya.
Seperti dilaporkan The New York Times kemarin (25 November), 22 warga Palestina ditangkap polisi Israel karena tuduhan menyebabkan kebakaran. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan menyebut aksi kebakaran itu sebagai 'terrorisme'.
"Ada harga yang harus dibayar untuk kejahatan, terror dan hasutan, dan kami akan memastikan hal itu," kata Netanyahu tentang tuduhan 'terorisme' itu.
“Perintah-perintah yang diberikan adalah menuntut siapapun yang melakukan tindakan-tindakan ini sehingga semua orang bisa melihat bahwa siapapun yang berusaha membakar Israel akan menerima hukuman keras," tambah Netanyahu kepada wartawan dalam kunjungan ke pangkalan militer Hatzor, kemarin.
"Kami sepakat bahwa ini adalah kebakaran yang disengaja," kata Menteri Keamanan Publik, Gilad Erdan, kepada wartawan pada hari yang sama.
Menurutnya, pihaknya menemukan bensin dalam kebakaran di Zikhron Yaaqov, kota kecil di utara Israel. Terkait hal ini seorang warga Jerussalaem telah ditangkap. Pejabat Israel juga menuduh sebagian titik api berasal dari perbatasan Lebanon dan diduga sengaja dibakar supaya merembet ke wilayah Israel.
Salah satu dari 22 orang yang ditangkap, seorang di antaranya adalah warga Palestina yang dituduh melakukan pembakaran di kawasan hutan di dekat kota Beit Meir di dekat Jerusalem, Jumat. Namun tidak ada laporan tentang jalannya pemeriksaan kepada mereka.
Menghadapi tuduhan-tuduhan tersebut para pemimpin warga Arab di Israel balik menuduh hal itu sebagai upaya mencari 'kambing hitam' yang tidak disertai bukti. Menurutnya tuduhan-tuduhan telah diarahkan para pejabat Israel sebelum dilakukannya penyelidikan.
"Ini sangat disayangkan, ketika para pejabat memilih untuk menciptakan keterpecah-belahan di Israel dan menambahkan minyak ke dalam api," kata Jamal Zahalka, anggota parlemen Israel dari kelompok Arab yang meliputi 20% dari seluruh warga Israel yang berjumlah 8 juta jiwa.
New York Times menulis, jika tuduhan itu benar maka ini adalah taktik baru yang berbahaya yang dilakukan perlawanan Palestina terhadap Israel.Namun, sejumlah pihak di internal Israel juga menyayangkan tuduhan terlalu cepat itu. Meski tidak wajar, namun tidak baik untuk menimbulkan kegaduhan, demikian kata Alex Fishman, analis militer di media terkemuka Israel Yediot Aharonot.
"Setiap upaya untuk menggambarkan kejadian ini sebagai intifada api adalah upaya para politisi untuk mengintimidasi dan mengalihkan perhatian," katanya.
Kebakaran yang telah berlangsung selama empat hari sejak Selasa lalu telah menyebar ke segala penjuru negara Israel, dari utara hingga selatan. Ratusan rumah, kendaraan dan fasilitas umum hancur dan puluhan ribu warga harus diungsikan.
Para penjinak api berhasil memadamkan puluhan titik api dan warga kota terbesar ketiga yang terletak di utara Israel, Haifa, telah kembali ke kotanya dari pengungsian. Namun, titik api terus bermunculan, terutama di Jerussalem dan Gelilea. Ratusan warga kota Nataf di dekat Jerusalem, diungsikan pada hari JUmat.
Pada JUmat petang pesawat pemadam api Boeing 747 Supertanker tiba dari Amerika bersama 50 petugas pemadam kebakaran. Media-media Israel melaporkan. Bantuan pemadaman juga datang dari sejumlah besar negara, termasuk Rusia, Yordania, Mesir hingga Palestina.
Udara panas dan kering serta angin yang berembus kencang turut membantu penyebaran api dengan cepat.
Di banyak kasus para ekstremis Yahudi menggunakan api untuk mengusir warga Palestina dengan membakar rumah, kebun-kebun jeruk dan zaitun milik warga Palestina. Pada bulan Juli tahun 2015, seorang bayi Palestina meninggal akibat luka bakar yang dipicu oleh pembakaran yang dilakukan pemukim liar yahudi di Duma, Tepi Barat Palestina.
Bencana kebakaran ini mendorong sejumlah warga Arab dan Palestina untuk bergembira dan mengunggahnya ke sosial media. Hal ini memicu kemarahan para pejabat Israel dan mengundang kekhawatiran para tokoh masyarakat dan agama.
Pemerintah Otoritas Palestina dikabarkan mengirimkan delapan tim penjinak api, termasuk empat tim ke Beit Meir.
Pada tahun 2010 kebakaran sejenis melanda Israel selama empat hari tanpa henti, menewaskan lebih dari 40 orang. Sebagian besar dari mereka adalah petugas keamanan penjara yang tengah berusaha menyelamatkan para tahanan.(ca)
Cpt ato lmbat, kebenaran akn terungkap..
ReplyDelete