Indonesian Free Press -- Rusia tengah mempertimbangkan untuk menempatkan kembali pesawat-pesawat tempurnya di Iran dan menjual pesawat-pesawat tempur SU27 ke negara tersebut.
Seperti laporan The Duran, 1 Februari lalu, Dubes Rusia untuk Iran Levan Dzhagaryan mengatakan bahwa Rusia kemungkinan akan kembali mengirim pesawat-pesawat tempurnya ke pangkalan udara Shahid Nojed di dekat Hamadan, Iran. Rusia pernah menempatkan pesawat-pesawat pembomnya di pangkalan itu pada Agustus tahun lalu. Namun kemudian menarik kembali pesawat-pesawat yang sedianya digunakan dalam operasi udara di Suriah, karena adanya protes dari Parlemen Iran, mengingat konstitusi Iran melarang adanya kekuatan militer asing di wilayah Iran. Kecuali dilakukan amandemen, Rusia tidak bisa menempatkan kekuatan militernya di Iran yang menjadi sekutu utamanya di kawasan.
Mengutip laporan kantor berita Rusia TASS, laporan itu menyebutkan bahwa Dzhagaryan juga menyinggung tentang rencana penjualan pesawat-pesawat tempur SU-27 ke Iran. Seperti diketahui, meski Iran telah memiliki kekuatan militer yang cukup kuat, angkatan udara Iran memiliki kelemahan signifikan karena hanya diperkuat oleh senjata-senjata kuno, utamanya buatan Amerika seperti pesawat F-14 dan helikopter Cobra. Dibanding saingan Iran, Saudi, kekuatan udara Iran sangat jauh tertinggal.
Tahun lalu Rusia telah memenuhi kewajibannya mengirimkan rudal-rudal S-300 pesanan Iran yang sempat tertunda beberapa tahun. Kedua negara juga menjalin persekutuan dalam mengatasi konflik di Suriah. Iran dan Rusia juga tengah dalam penjajakan penjualan senjata Rusia senilai $10 miliar mencakup senjata-senjata modern termasuk tank-tank dan pesawat tempur.
Para pengamat internasional saat ini berspekulasi tentang kemungkinan Rusia meninggalkan Iran dan Cina, setelah Amerika dipimpin presiden baru Donald Trump. Namun, tampaknya spekulasi tersebut tinggal halusinasi belaka, mengingat bahwa Trump, yang pada masa kampanye memperlihatkan sikap bersahabat dengan Rusia, memperlihatkan sikap sebenarnya Amerika terhadap Rusia dengan mengirim kekuatan militer ke perbatasan Rusia dan mengintensifkan campur tangannya dalam konflik di Donbass (Ukraina timur).
Rusia Bom Tentara Turki karena Sabotase Amerika
Sementara itu Rusia membantah telah sengaja membom pasukan Turki di Suriah yang menewaskan 3 tentara Turki. Menurut Rusia, pemboman yang dilakukan Rusia dilakukan berdasarkan panduan yang diberikan Turki sendiri.
Dmitry Peskov, jubir pemerintah Rusia mengatakan 10 Februari, kedua negara telah sepakat bahwa insiden tersebut terjadi secara tidak sengaja akibat kesalahan data yang diberikan Turki.
Insiden pemboman ini terjadi di utara Suriah, Kamis (9 Februari). Selain 3 prajurit yang tewas, 11 lainnya mengalami luka-luka.
"Tentang alasan-alasan terjadinya insiden sudah sangat jelas. Tidak ada kontroversi. Fakta yang terjadi, militer kami mengikuti data yang diberikan mitra Turki, dan seharusnya tidak ada pasukan Turki dalam radius yang ditetapkan," kata Peskov seperti dikutip kantor berita Rusia Sputnik News.
Peskov juga menyebutkan bahwa Presiden Vladimir Putin telah mendiskusikan insiden ini dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan melalui telepon.
“Diskusinya berlangsung rinci dan produktif,” katanya seraya menambahkan bahwa selain insiden tersebut, keduanya juga membahas hubungan kedua negara secara lebih luas.
Dalam percakapan itu Putin juga menyampaikan dukacitanya atas meninggalnya prajurit Turki.(ca)
Buruknya informasi dan koordinasi berakibat sngt fatal..
ReplyDeleteAU Iran adalah matra militer Iran yg pling lmah. Modernisasi slit dlkukan krn blokade brat.
MiG 35 dan Yak130 bs mnjdi tawaran Rusia yg plng dnnti AU Iran