Saturday, 18 March 2017

Amerika Bantah Bom Masjid di Suriah, Bukti-Bukti Berkata Lain

Indonesian Free Press -- Amerika sepertinya akan mengulangi dosanya membomi warga sipil tak berdosa, membantah pada awalnya namun akhirnya mengakuinya.

Dalam kasus pemboman masjid di Desa Al-Jina di utara Suriah, Kamis (16 Maret), Amerika telah membantahnya. Namun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya. Sebagaimana pemboman rumah sakit di Kunduz, Afghanistan tahun 2015 lalu, Amerika awalnya membantah sebagai pelakunya. Namun setelah bukti-bukti menunjukkan sebaliknya, Amerika pun mengakuinya.

"Area telah diawasi dengan ketat sebelum dilakukannya serangan demi mengurangi korban sipil. Kami tidak pernah dengan sengaja menargetkan masjid," kata Jubir Kemenhan Amerika Captain Jeff Davis seraya menunjukkan sebuah bangunan utuh yang diklaimnya sebagai masjid yang masih berdiri utuh di antara bangunan lainnya yang runtuh.


Davis mengklaim puluhan anggota kelompok teroris Al Qaida tewas dalam pemboman tersebut. Namun bagi para aktifis dan warga setempat, foto tersebut mengatakan hal yang lain.

"Para aktifis dan warga mengatakan bangunan yang menjadi target sasaran adalah bagian dari kompleks masjid, dan bangunan yang hancur itu adalah tempat dimana 300 orang tengah beribadah saat bom-bom menghancurkannya," tulis situs The Intercept Unofficial Sources, Sabtu (18 Maret).

Sebanyak 42 orang warga sipil tewas dalam pemboman itu, kata para aktifis dan warga yang memberikan pertolongan dan melakukan pencarian korban, termasuk kelompok White Helmets.

Menurut pejabat Dephan Amerika yang tidak disebutkan namanya kepada media ternama Amerika Washington Post, dua drone bersenjata 'Reaper' menembakkan seluruh rudal-rudal Hellfire yang dibawanya dan dilanjutkan dengan menjatuhkan bom seberat 200 kg lebih.

Sementara itu kelompok aktifis Airwars mengatakan berdasarkan penuturan warga bahwa bangunan yang diserang merupakan perluasan dari kompleks masjid yang menyatu dengan sekolah agama (madrasah), yang dikembangkan beberapa tahun yang lalu. Warga mengklaim jamaah yang menjadi korban tidak berhubungan dengan kelompok politik atau kelompok bersenjata manapun.

Adapun kelompok The Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris dan terkenal sebagai pengamat konflik Suriah, menyebutkan serangan tersebut sebagai 'pembantaian yang terjadi di antara kota Idlib dan Aleppo'.

Rusia melalui Jubir Kemenhannya, Mayjend Igor Konashenkov, pada hari Jumat mendesak Amerika untuk mengklarifikasi foto-foto yang beredar di berbagai media yang menunjukkan pecahan-pecahan rudal 'Hellfire' di lokasi serangan.

"Foto yang menunjukkan pecahan rudal AGM-114 Hellfire telah muncul. Hal ini tidak bisa membuat koalisi pimpinan Amerika diam membisu," kata Konashenkov.

"Saya rasa kita perlu menuntut komentar dari Amerika dengan segera," tambahnya.(ca)

2 comments:

  1. Pembunuh kawanan sendiri bukan permainan baru-,sang munafik banyak helah,usah Di tipu

    ReplyDelete