Thursday, 23 March 2017

Eskalasi Baru Perang Suriah, Ratusan Tewas di Suriah Selatan

Indonesian Free Press -- Pemberontak Suriah kembali melancarkan serangan besar-besaran dengan dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan, terutama Qatar dan Yordania. Ratusan orang tewas dalam eskalasi baru konflik Suriah ini.

Senin, 20 Maret 2016, pesawat-pesawat pembom tempur F-16 koalisi pimpinan Amerika menyerang Desa al Mansourah, menghancurkan sebuah bangunan yang menampung pengungsi dari sekitar Aleppo. Sebanyak 143 warga terutama pengungsi tewas akibat serangan itu dan 500 orang terluka.

Bangunan itu dihantam dengan bom yang dikendalikan dengan sinar laser yang dijatuhkan pesawat F-16.

Sebelumnya pada hari Jumat pekan lalu, ratusan pemberontak yang baru saja mendapatkan suplai senjata dari Israel dan Qatar, menyerbu Damaskus. Mereka berusaha mendobrak kepungan militer Suriah di distrik Jobar. Sementara itu sebanyak 50 teroris menyusup ke tengah kota Damaskus, menyerang fasilitas-fasilitas militer di kota ini dan menimbulkan kekacauan selama beberapa jam sebelum operasi khusus digelar militer Suriah untuk melumpuhkan para teroris. Diperkirakan puluhan orang tewas dalam aksi tersebut.


Veterans Today menyebutkan, Selasa (21 Maret), bahwa dua serangan itu dilancarkan untuk memperkuat offensif besar-besaran pemberontak di wilayah Dara, provinsi di selatan Damaskus. Menurut sumber inteligen Rusia di Damaskus, Qatar, Saudi Arabia dan Yordania terlibat langsung dalam operasi ini dengan dukungan Israel yang melancarkan serangan udara terhadap posisi-posisi militer Suriah.

Diperkirakan lebih dari 30.000 pemberontak yang dilatih Amerika dan Israel di Yordania, dikerahkan dalam operasi itu.

Berkaitan dengan itu, pasukan Suriah berhasil menahan sebuah kontainer berisi rudal anti-pesawat Stinger II. Kontainer yang berasal dari Qatar itu membawa rudal yang dilengkapi dengan peralatan baru sehingga bisa menjatuhkan pesawat sipil yang sebelumnya tidak bisa dijangkau dengan rudal Stinger versi lama.

NATO melarang rudal ini dijual ke negara non-NATO karena khawatir jatuh ke tangan teroris.

Sumber-sumber inteligen mengatakan kepada Veterans Today bahwa pemerintah Qatar baru saja menandatangani kontrak pembelian senjata senilai $1,1 miliar dengan produsen senjata Amerika Raython. Namun, alih-alih Qatar mengalihkannya untuk para pemberontak di Suriah.(ca)

No comments:

Post a Comment