Indonesian Free Press -- Pembangunan pangkalan militer Cina di pulau karang Fiery Cross Reef di Kepulauan Spratly, Laut Cina, telah selesai dan siap digunakan. Demikian laporan lembaga kajian Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) yang merupakan bagian dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington sebagaimana dilansir The Guardian, 28 Maret.
"Cina telah menyelesaikan tiga fasilitas militer utama di Laut Cina yang mencakup fasilitas pertahanan rudal laut, udara dan radar, menurut lembaga kajian Amerika," tulis The Guardian mengutip AMTI.
“Beijing kini dapat mengoperasikan asset-asset militernya, termasuk pesawat tempur dan peluncur rudal mobil, ke Kepulauan Spratly, setiap saat,” tambahnya.
Dalam laporan itu juga ditampilkan tiga gambar yang diambil bulan ini di Laut Cina yang menunjukkan 'tiga pangkalan besar' di Pulau Subi, Mischief, dan Fiery Cross.
Dengan tiga pangkalan di Kepulauan Spratlys ini, ditambah satu pangkalan lain di Pulau Woody di Kepulauan Paracels memungkinkan pesawat-pesawat militer Cina beroperasi di seluruh kawasan Laut Cina Selatan, lapor AMTI.
Cina membantah telah membangun fasilitas-fasilitas militer di Laut Cina yang diketahui kaya dengan kandungan minyak dan gas dan menjadi jalur pelayaran separoh perdagangan dunia. Pembangunan di pulau-pulau karang oleh Cina juga dituduh telah merusak ekosistem Laut Cina Selatan.
Beijing mengklaim sebagian besar Laut Cina seluas 3,5 juga km persegi, yang juga diklaim oleh Vietnam, Taiwan, Malaysia, Brunei, Filipina dan Jepang. Pembangunan militer Cina di Laut Cina juga menjadi isyu utama dalam pemerintahan Donald Trump.
Di bawah Barack Obama Amerika menyatakan netral atas konflik di Laut Cina, namun melakukan sejumlah patroli laut dan udara yang berulangkali berselisihan dengan klaim Cina. Sementara Donald Trump melakukan langkah yang lebih keras. Selain memerintahkan kapal induk untuk berpatroli di Laut Cina, Menlu Rex Tillerson bulan Januari lalu mengatakan bahwa Amerika perlu untuk memblokade Cina daratan dari pulau-pulau di Laut Cina.
Namun Cina tidak gentar. Minggu lalu Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bahwa peralatan pertahanan telah dipasang di pulau-pulau Cina untuk 'menjaga kebebasan navigasi'.
Kapal-kapal Cina berkali-kali mengeluarkan peringatan kepada kapal-kapal dan pesawat Amerika untuk menjaduh. Bulan lalu sebuah pesawat militer Cina terlibat 'manuver berbahaya' dengan pesawat pengamat Amerika, kata US Pacific Command.
AMTI menyebutkan Cina telah memasang sistem pertahanan udara HQ-9 serta rudal-rudal anti-kapal di pulau-pulau di Laut Cina. Cina juga telah membangun hangar yang cukup untuk menampung puluhan pesawat tempur dan pembom.
"Gambar-gambar menunjukkan adanya radar-radar baru di Pulau Fiery Cross dan Subi. Jadi mari kita tunggu perkembangan berikutnya," kata Greg Poling, Direktur AMTI.(ca)
Tantangan bagi armada VII AS. Hegemoninya smkin terusik.
ReplyDeleteLonceng kesempatan bagi JSDF utk meningkatkan kekuatan militernya
Nice Post Gan :D .
ReplyDeleteNitip Yah
Update Film Terbaru
Share Lagu
Amerika bisa menggertak saja namun tak berani perang cina sudah beda klas tidak sekelas Somalia . Afganistan dan Irak .Kalo ngancam Iran sudah 30 tahun lebih sampai sekarang tak punya nyali untuk menyerang atau tak punya kemampuan untuk menyerang.apalagi dg cina sudah masuk negara maju technologi persenjataan berani cuma berkoar koar . Amerika sudah jadi macan ompong .Berani nyerang keroyokan .Dan negara lemah . Somalia Irak dan Afghanistan.sungguh mental pecundang
ReplyDeleteCepat atau lambat perang nuklir akan terjadi jg.. Negara ktiga tetap trkena dampak. Populasi penduduk di dunia akan brkurang scr signifikan krn perang n' penyakit akibat dr senjata kimia n' biologi. Wait n' see..
ReplyDelete