Saturday, 4 March 2017

Selamat Tinggal Iran, I Love Indonesia (3)

Indonesian Free Press -- Saya masih tetap bisa melihat Iran dalam gambaran besar. Iran adalah negara musuh Israel-Amerika paling konsisten. Iran adalah pendukung utama Palestina dan pembebas Lebanon dari pendudukan Israel. Iran adalah penggagal rencana zionis untuk menumbangkan pemimpin Suriah Bashar al Assad.

Tidak hanya itu, semangat anti-zionis dan dominasi barat membuat para pejabat Iran tidak mau mengenakan dasi dan hanya cukup mengenakan jas. Selain itu hampir tidak ada pejabat publik Iran yang memiliki latar belakang belajar atau bekerja di Amerika dan negara-negara barat. Semangat 'religius' di Iran juga terakomodasi dengan bentuk negara Iran yang religius-demokratis. Ya, hanya Iranlah satu-satunya negara demokratis di dunia yang sekaligus juga religius, dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh para ulama, namun demokrasi modern juga benar-benar diterapkan dengan pemilihan umum yang teratur, langsung, jujur dan adil serta adanya pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif sangat jelas.


Namun, sebaik apapun bangunan yang didirikan di atas pondasi yang rapuh, suatu saat pasti akan roboh juga. Iran, jujur saja saya nilai sebagai negara paling ideal di dunia saat ini. Namun, seperti sudah saya tulis sebelumnya, Iran kini tengah bergerak ke bawah sebelum jatuh ke jurang terdalam. Aksi-aksi kerusuhan paska pemilu tahun 2009 yang nyaris menghancurkan Iran menunjukkan tentang bagaimana rapuhnya Iran. Hanya karena ambisi kekuasaan, seorang tokoh revolusi dan pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Hashemi Rafsanjani dan para pendukungnya, rela membawa negaranya ke jurang kehancuran.

Korupsi juga telah mulai menjangkiti aparat birokrasi Iran. Tahun lalu Presiden Rouhani dipermalukan oleh kasus korupsi yang melibatkan para pembantu dekatnya. Mereka ketahuan telah menaikkan gaji sejumlah pejabat publik di luar batas kewajaran. Sebelumnya pada bulan Maret 2016 lalu seorang pengusaha super kaya, Babak Zanjani, dijatuhi hukuman mati atas dakwaan mengkorupsi pendapatan negara dari penjualan minyak. Zanjani ditangkap tahun 2013 setelah sebelumnya sering memamerkan kekayaannya kepada publik, seperti kendaraan mewah hingga pesawat pribadi. Ia bahkan pernah mengklaim kekayaannya mencapai $14 miliar sehingga menarik perhatian aparat penegak hukum.

Di negara yang perekonomiannya dikuasai oleh negara seperti Iran, kekayaan pribadi sebesar itu hanya mungkin diperoleh Zanjani dengan bekolusi dengan para pejabat pemerintah. Namun, hingga ia dihukum mati, tidak seorang pun pejabat Iran yang turut dijatuhi hukuman. Zanjani ditangkap tidak lama setelah Rouhani terpilih sebagai Presiden dan setelah cukup lama dalam pengawasan aparat penegak hukum Iran era Presiden Ahmadinejad. Rouhani sendiri yang berasal dari kelompok 'reformis', sering menuduh regim Ahmadinejad yang dari kelompok 'garis keras' sebagai korup.

Rapuhnya pondasi negara Iran dibangun sejak revolusi tahun 1979. Jauh dari semangat keagamaan, revolusi dilancarkan dengan mengorbankan ribuan rakyat Iran yang tidak berdosa. Dan jauh dari pikiran banyak rakyat Iran sendiri juga sebagian besar masyarakat dunia, revolusi dilancarkan hingga berhasil dengan restu Amerika.

Ya, pada 27 Januari 1979, ketika aksi-aksi kerusuhan melanda Iran, Ayatollah Khomeini mengirim surat kepada Presiden Amerika Jimmy Carter, memintanya untuk menekan militer Iran yang loyal kepada Raja Shah Pahlevi dan membenci Khomeini, untuk membiarkan para pendukung Khomeini menjungkalkan Raja Shah. Sebagai imbalan, Khomeini berjanji akan menjadi sekutu Amerika.(ca)


Bersambung.

7 comments:

  1. Kemana idealisme penulis blok ini sekarang?
    Shah reza pahlevi memang sekutu amerika sampai ia disingkirkan...bwt apa amerika membuang orang yg loyal kpd mereka ditengah demonstrasi dan tuntutan besar utk menjungkalkannya?

    ReplyDelete
  2. sudah dibayar.. ikut ke cipretan duit saudi..

    ReplyDelete
  3. Bagaimanapun tk ada sistem pemerintahan yg sempurna selama itu dijalankan oleh manusia..

    ReplyDelete