Indonesian Free Press -- Berbagai analisis berkembang terkait dengan pemutusan hubungan diplomatik ramai-ramai oleh tujuh negara Arab/Islam atas Qatar. Media terkemuka Israel Haaretz menyebut adanya faktor Iran dalam konflik terbaru ini.
Seperti diberitakan media-media internasional sejumlah besar negara Arab/Islam, Saudi Arabia, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Libya, Yaman, Sudan hingga Mauritania, dimulai dengan hari Senin (5 Juni) dan terus bertambah sampai hari ini, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, negara kecil namun kaya dan berpengaruh di Teluk Parsia. Tidak hanya itu, para pemimpin Palestina yang tinggal di Qatar juga dikabarkan telah meninggalkan Qatar, berkaitan dengan hal itu.
Sebagai bagian dari krisis ini, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Bahkan dan Mesir juga telah menutup jalur transportasi darat, laut dan udara yang menghubungkan Qatar.
Negara-negara koalisi pimpinan Saudi Arabia itu menuduh Qatar sebagai pendukung terorisme, sebagai alasan pemutusan hubungan tersebut. Namun Haaretz menyebutkan 'faktor Iran' sebagai penyebab krisis diplomatik ini.
"Krisis ini terjadi hanya beberapa hari setelah munculnya kabar, yang dibantah oleh Qatar sebagai 'kabar palsu', bahwa penguasa Qatar Sheikh Tamim Bin-Hamad telah mengecam langkah-langkah permusuhan negara-negara Teluk dan Amerika terhadap Iran," tulis laporan itu.
Meski otoritas Qatar membantah kabar tentang 'perselingkuhan Qatar dan Iran' tersebut, fakta-fakta tidak bisa dibantah bahwa Qatar dan Iran tengah melakukan pendekatan hubungan. Apalagi, setelah pemerintah Iran juga mengecam langkah negara-negara Arab tersebut kepada Qatar dengan menyebutnya sebagai 'langkah sia-sia'.
Pada bulan April lalu 2017, Qatar mencabut penghentian kerjasama dengan Iran dalam proyek pembangunan kilang gas terbesar di dunia yang dimiliki bersama kedua negara. Langkah Qatar ini untuk mengantisipasi pasar gas alam (LNG) yang semakin kompetitif dengan masuknya suplai baru secara massif dari Amerika dan Australia. Tidak hanya itu, Rusia juga telah mengumumkan rencana menjadi suplier LNG terbesar di dunia.
Pada tahun 2005 Qatar mengumumkan moratorium (penghentian) pembangunan kilang LNG North Field untuk memberi waktu bagi Doha mempelajari dampak produksi kilang tersebut terhadap pasar LNG dunia.
Dengan pembangunan kilang tersebut, kapasitas produksi LNG dunia mencapai lebih dari 300 juta ton setahun, sementara jumlah perdagangan LNG dunia pada tahun 2016 saja hanya 268 juta ton.
Sementara itu Iran yang sempat mengalami krisis ekonomi akibat sanksi telah melakukan dengan cepat pembangunan kilang LNG dari ladang South Pars sebagai prioritas utama, dan untuk itu Iran telah menandatangani kerjasama dengan perusahaan migas Perancis Total pada November 2016 untuk melakukan pembangunan kilang South Pars II.
Menteri energi Iran pada bulan Maret lalu juga telah mengumumkan untuk memulai produksi kilang LNG yang merupakan kerjasama dengan Qatar.
"Produksi gas Iran di South Pars bisa melebihi produksi Qatar sebelum berakhirnya tahun baru Iran (berakhir pada Maret 2018]," kata Menteri Energi Iran Zanganeh kepada Tasnim News.
Total perusahaan migas Barat pertama yang menandatangani kerjasama dengan Iran setelah dicabutkan sanksi-sanksi internasional paska kesepakatan program nuklir Iran tahun 2015 lalu. Sementara CEO
Qatar Petroleum's Saad al-Kaabi mengatakan keputusan untuk mencabut moratorium proyek LNG tidak ada hubungannya dengan keputusan Iran untuk meningkatkan produksi LNG di ladang yang dimiliki bersama itu.
"Apa yang kami lakukan hari ini adalah sesuatu yang baru dan kami tentu akan membagikan informasi kepada mereka (Iran)," kata Kaabi.
"Ekonomi Qatar, negara calon tuan rumah Piala Dunia dengan populasi 2,6 juta orang, telah ditekan oleh kartel minyak dunia sehingga pada tahun 2015 Qatar Petrolium harus memecat ribuan pekerja dan telah membuat rencana divestasi besar-besaran. Qatar Petrolium tengah menggabungkan dua divisi LNG, Qatargas dan RasGas, untuk menyelamatkan ratusan juta dollar," tulis Haaretz.
The South Pars/North Dome adalah ladang cadangan gas alam yang terletak di Teluk Parsi yang sampai saat ini dicatat sebagai cadangan gas alam terbesar di dunia. Iran dan Qatar memiliki bersama cadangan yang diperkirakan mengandung 51 trilion meter kubik gas alam dan 50 miliar barrel kondensat gas alam. Ladang ini mencakup wilayah seluas 9.700 kilometer persegi dimana sebanyak 3.700 km persegi (South Pars) berada di wilayah Iran dan seluas 6.000 km persegi berada di wilayah Qatar.[ca]
Rakan us menuduh Russia hacked e Mel Qatar, Russia akan dipersalahkan .operasi perang dua mata
ReplyDeleteTak perlu Meres otak kalo bang Cahyono sudah konspirasi dengan zionis dan Saudi dari copas berita saja dari media zionis tak usah panjang lebar latnatullah sudah melanda Qatar akibat dukungannya pada teroris dan KUTUKAN PRESIDEN ASAAD PADA PERUSAK SURIAH TINGGAL TURKY SEMOGA ALLAH MEMPERCEPAT BERLAKUNYA KUTUKAN RAKYAT SURIAH KEPADA PENDUKUNG TERORIS QATAR KE IRAN DAN RUSIA KARENA SUDAH KEJEPIT SUDAH MAU DI QADAFI KAN OLEH LIGA RAB ATAU DI LIBYAKAN BARU CARI PERTOLONGAN SUDAH TERKUCIL DAN IRAN SUDAH LAMA MEMUTUSKAN HUBUNGAN DG QATAR SUNGGUH BODOH LIGA ARAB TAK BISA MEMBEDAKAN TEMAN ATAU LAWAN SEMUA ASET QATAR AKAN DI MAKAM OLEH INGGRIS DAN PERANCIS DAN AMERIKA SAMA SEPERTI LIBYA UNTUK MENUTUPI DEPISIT UNI EROFA SEMUA ASET DI PRANCIS DAN INGGRIS AMERIKA AKAN DI BEKUKAN IBLIS SUDAH MINTA TUMBAL DARI PENGKUTNYA SEOGA DAN SEMOGA KUTUKAN ASSAD MELANDA KAUM PENGHIANAT ISLAM DAN PENGHIANAT KEMANUSIAAN AZAB ALLAH MULAI BERLAKU
ReplyDeletePengikut dadjjal yahudi
ReplyDelete2negara membunuh qaddafi-,sekarang mereka Cuba bwrperang? KenapA? Mereka belum berjaya mengaut khazanah Libya,
ReplyDeleteLaporan uae terlibat melanggar sekatan senjata pbb dilibya Dan melantik pelobi UK bagi menuduh Qatar terlibat dengan terrorist
Semua proksi ligat menukar lidah
Qatar menjadi bagian dr perang antar dua adidaya...
ReplyDeletemenarik melihat bgmna strategi Qatar melepaskan diri dari jerat penzaliman