Monday, 18 September 2017

PASCA JOKOWI 2017

Oleh : Sri-Bintang Pamungkas

Jadi, Trisakti Jokowi yg Pertama, kiranya adalah Gerakan Kebangkitan PKI. Para simpatisan gerakan itu mengadakan Pertemuan di YLBHI, rencananya pada 16-17 September ini, membahas tema tentang Pembelaan terhadap para Keluarga dan Simpatisan PKI dalam Peristiwa G30S 1965, dg menyebut dirinya sebagai Korban Orde Baru...

Kontan, ribuan masa Anti Komunis, di dalamnya ada Jenderal-jenderal mantan TNI-AD di jaman Orde Baru, menggeruduk Kantor YLBHI untuk membubarkan Pertemuan tersebut. Pertemuan hari pertama itu akhirnya dilarang Polda Metro Jaya dg alasan belum ada pemberitahuan. Tentu alasan Polda itu salah besar, karena bukan "pemberitahuan" atau "ijin" dari Polri yg menjadi masalah, tetapi "PKI"-nya! PKI dan segala kegiatannya melalui Tap MPR memang dilarang sejak 1966... dan mulai 1998 termasuk sebagai Kejahatan terhadap Keamanan Negara.


Tentulah Jokowi dianggap yg paling bertanggungjawab dalam soal ini, karena Gerakan Kebangkitan PKI ini justru muncul kembali dalam periode Jokowi. Jokowi pun dikaitkan dg Gerakan Cinaisasi, atau Gerakan Pro-Cina Anti-Pribumi. Kiranya ini menjadi Trisaktinya Jokowi yg Ke Dua.

Tidak lama setelah dilantik, masih di tahun 2014, Jokowi menyampaikan rencananya membangun infrastruktur berupa Tol Laut dan Poros Maritim di Konferensi APEC di Bejing. Jokowi pun ikut menjadi pendiri Bank Pembangunan Infrastruktur Internasional bersama RRC. Indonesia pun mendapat gelontoran ribuan trilyun USD dari RRC. Sampai sekarang tidak kurang dari USD 50 milyar... belum lagi dana talangan berupa Turn-Key Projects.

Rupanya Tol Laut dan Poros Maritim Jokowi ini dianggap sesuai dg Program RRC, One Belt One Road (OBOR), dalam rangka membangun Jalan Sutera Laut untuk menguasai Laut Cina Selatan, dari Pantai Asia Tenggara, Asia Selatan sampai Pantai Afrika Timur.

Gelontoran Utang Luar Negeri dari RRC ini ternyata diikuti oleh Program Migrasi Orang-orang Cina RRC yg disebut sebagai buruh. Buruh-buruh Cina Migran itu, selain mengerjakan proyek-proyek infrastruktur dg dana pinjaman RRC, juga dipersiapkan untuk menjadi buruh yg bekerja di pabrik-pabrik yg mereka kerjakan. Termasuk menjadi petani-petani untuk sawah dan perkebunan yg mereka buat dengan cara menguasai tanah-tanah Negara dan lahan-lahan pertanian penduduk. Semua dilakukan di depan hidung dan mata kepala Jokowi.

Proyek-Proyek infrastruktur yg didengung-dengungkan itu ternyata sebagian besar adalah berupa pelabuhan-pelabuhan laut dan proyek-proyek pengeboran minyak dan penggalian minerba. Proyek-proyek pelabuhan Tol Laut itu adalah sebagai batu loncatan atau entry points masuknya Cina-Cina migran RRC ke Indonesia. Sekaligus dengan proyek-proyek lainnya adalah untuk menguras kekayaan alam Indonesia dan mengangkutnya ke RRC lewat pelabuhan-pelabuhan itu. Semua proyek dan utang-utang itu adalah untuk kepentingan RRC...

Terbetiklah berita, bahwa pada 15 Februari 2015, Waperdam Liu Yandong dari RRC dalam ceramahnya di FISIP-UI telah menyampaikan rencananya ttg Pertukaran Pemuda RRC dan RI sebanyak 10 juta. Tentulah itu bukan pertukaran "Dua Pihak" melainkan "Satu Pihak" RRC. Bagaimana semua "perjanjian" dg RRC ini terjadi tidak ada yg tahu... Yg jelas DPR tidak bergeming, karena sejak Jokowi naik, DPR selalu diobok-obok. Pada awalnya dibentuk DPR tandingan, lalu dihancurkan citranya sebagai Wakil Rakyat dan korup. DPR digelontori dg milyaran uang dan kasus-kasus kejahatan mereka, sehingga tidak punya waktu untuk menilai dan mengendalikan ulah Jokowi. Sehingga semua rencana Jokowi yg tidak berpihak kepada Rakyat, Bangsa dan Negara, bahkan Agama Islam, dan melanggar Konstitusi, bisa lolos dg mudah. Dasarnya memang DPR adalah hasil dari demokrasi prosedural dan transaksional...

Jokowi tidak peduli dg pengangguran yg ada di Indonesia, tapi malahan mengimpor buruh dari RRC. Buruh yg direncanakan mencapai sepuluh jutaan itu, bahkan dipersilahkan untuk menetap di Indonesia dg fasilitas yg sudah dipersiapkan, seperti visa gratis di semua Konsulat, KTP seumur hidup dan rumah atau apartemen serta upah tinggi. Pada awalnya Jokowi tidak mengaku adanya migrasi besar-besaran itu, dg mengatakan mereka adalah turis... Dari beberapa kasus yg terungkap, orang-orang RRC yg disamarkan sebagai buruh migran itu sangat mungkin adalah penjahat-penjahat penghuni penjara dan kam-kam kerja paksa di RRC... dan tentara-tentara merah komunis yg menyamar. Seakan-akan pihak Imigrasi, Dalam Negeri, Ketenagakerjaan dan TNI semua menutup mata terhadap kenyataan yg ada. Mereka tidak sadar, bahwa para Dutabesar Negara-negara Asing memperhatikan sepakterjang mereka. Sungguh memalukan!

Seorang tokoh aktivis dan pergerakan, Ki Gendeng Pamungkas, yg mengungkapkan Cinaisasi yg dimiripkannya dg Penjajahan Mafia Cina terhadap NKRI, ditangkap, ditahan dan sekarang diadili dg tuduhan menyebar kebencian. Masih banyak lagi aktivis yg mengalami nasib sama gara-gara menyampaikan kritik dan peringatannya terhadap bahaya Cinaisasi. Apabila sepuluh juta Cina benar datang di era Jokowi, maka orang-orang Cina bisa menjadi suku nomor dua sesudah suku Jawa dg jumlah 13%, dibanding suku Sunda yg turun dari 11% menjadi 9% dan suku Jawa yg turun dari 45% menjadi 43% penduduk.

Aktivis-aktivis lain yg memberikan kritiknya terhadap Xong "Ahok" Wansie serta menggalang kekuatan untuk membendungnya menjadi Gubernur DKI-Jakarta, ditangkap dg tuduhan yg dibuat-buat, termasuk tuduhan Makar Palsu terhadap Jokowi.... lalu diadili dan dipenjara. Demikian pula perempuan dan Ibu-ibu Aktivis yg menggalang kekuatan Ulama dan Pemeluk Islam, pada akhirnya ditangkap dan ditahan, karena menjadi penyebab kekalahan Ahok dalam Pilkada di DKI Jakarta, dan dipenjarakannya Ahok selama dua tahun karena menista Islam. Akibat dendam Ahok dan para Ahokers ini, bahkan seorang Ulama Besar dalam garis keturunan Rasulullah terpaksa harus mengasingkan diri bersama keluarganya ke luar negeri, karena tuduhan yg dibuat-buat oleh pihak Polri.

Belum lagi Terhitung puluhan ribu penduduk Pribumi dari Keluarga Miskin Jakarta yg sempat digusur Calon Gubernur Gagal Xong "Ahok" Wansie... Jadi, Cinaisasi tidak hanya menunjukkan kepedulian rezim Pro-Cina Jokowi kepada Cina-cina RRC, tetapi sekaligus menunjukkan Anti-Pribumi dg cara menggusur dan memiskinkan mereka. Belasan ribu Kepala Keluarga yg rumahnya dihancurkan dg alat-alat berat serta dijaga oleh panser-panser TNI dan Polri beserta ratusan personil mereka yg lengkap dengan senjata laras itu, entah mengungsi di mana... di bawah terik matahari dan dinginnya angin dan hujan. Belum lagi memikirkan anak-anak mereka,sekolah mereka, ketika bapak-bapak mereka kehilangan pekerjaannya...

Sementara para Taipan Cina Mafia hidup di istana-istana dan menguasai Keuangan, Perdagangan dan Industri, serta para Pejabat piaraan.mereka... Sangat mirip dg Orang-orang Palestina yg menjadi merasa asing di tanah-airnya sendiri akibat migrasi yg berubah menjadi agresi Yahudi Israel. Keadaan ini menimbulkan dendam kesumat yg mendalam yg tidak pernah terlintas di benak Jokowi... Yg pada waktu Pilpres 2014 selalu menjanjikan Angin Surga agar bisa dipilih...

Ribuan hektar, bahkan jutaan hektar tanah dan hutan Indonesia sudah dikuasai hanya oleh beberapa gelintir Mafia Cina dari kelompok imigran di masa lalu dan sejak masa Belanda. Mereka masih belum puas... maka dimunculkanlah pula Proyek Reklamasi dg membangun 17 pulau seluas lebih dari 4000 hektar di Pantai Utara Jakarta. Reklamasi ini, yg dibangun para Taipan Sedayu, Podomoro, Ciputra dan lain-lain, selain menghacurkan kehidupan ribuan keluarga nelayan, juga ditujukan untuk menampung para Imigran Cina dari RRC dan Cina-cina Hoakiauw Taipan dari mana saja... Pembangunan Kota Baru Meikarta seluas 80 ribu hektar di Kabupaten Bekasi yg dilewati Kereta Api Cepat Cina Jakarta-Bandung. Proyek Kota Cina Meikarta tanpa ijin oleh Taipan Kelompok Lippo ini, yg menggusur sawah pengairan dan ribuan para Kepala Keluarga Petaninya, adalah juga suatu bentuk kesewenang-wenangan terhadap Pribumi... Mirip dg Pribumi Cleansing, yg selangkah lagi menjadi spt yg terjadi di bekas Negara Yugoslavia terhadap warga Bosnia-Herzegovina, atau di Rachine terhadap suku Rohingya di Myanmar...

Tidak heran kalau orang menghubungkan Jokowi dg Oey Hong Liong yg menurut seorang Sejarawan Cina Tradisional, Tan Soe Djie, adalah nama asli Jokowi. Tuntutan masyarakat untuk memeriksa DNA Jokowi, tentu tidak terlepas dari keinginan membuktikan, bahwa bapak asli Jokowi adalah Orang Cina Asli yg berkiblat pada Negara Komunis RRC, dan bahwa Bapak angkatnya adalah tokoh komunis Boyolali... Sehingga menjadi terang semakin menggeloranya Gerakan Pro-Cina Anti-Pribumi di era Jokowi...

@SBP

No comments:

Post a Comment