Indonesian Free Press -- Parlemen Amerika (House of Representatives atau Congress) mengeluarkan keputusan untuk mengakhiri dukungan Amerika pada Saudi Arabia dalam kampanye militernya di Yaman. Sementara itu kelompok milisi Houthi pecah kongsi dengan mantan presiden Abdullah Saleh, dan dikabarkan telah menahan Saleh.
Seperti dilaporkan Sputnik News, Jumat (13 Oktober), komisi bipartisan House of Representatives menyerukan militer Amerika untuk menghentikan dukungannya pada operasi militer Saudi di Yaman. Undang-undang baru tersebut, House Congressional Resolution 81, melarang segala bentuk partisipasi militer Amerika dalam operasi di Yaman yang dilancarkan Saudi Arabia dan koalisinya.
Menjadi catatan gelap Saudi Arabia yang banyak dikecam masyarakat internasional, kampanye militer yang digelar di Yaman telah menewaskan ribuan warga sipil tak berdosa Yaman. Adapun partisipasi utama Amerika dalam kampanye buruk itu adalah menyediakan pengisian bahan bakar di udara bagi pesawat-pesawat tempur Saudi. Dukungan data inteligen dan senjata juga diberikan Amerika untuk Saudi.
Militer Amerika hanya boleh melakukan kampanye anti-Al Qaida Yaman (AQAP).
"Seluruh undang-undang ini secara mendasar mengatakan bahwa kita tidak boleh lagi mendukung Saudi Arabia di Yaman," kata Ro Khanna, anggota parlemen dari Demokrat-California, kepada Military.com.
Ini merupakan pukulan baru bagi Saudi Arabia setelah PBB menyebut Saudi telah melakukan pembunuhan terhadap anak-anak Yaman, selama kampanyenya itu.
Meski pertempuran masih terus berlangsung, kampanye militer Saudi di Yaman mengalami kebuntuan. Saudi dan koalisinya telah mengepung dan membombardir ibukota Yaman, Sana'a selama lebih dari dua tahun. Namun tidak ada tanda-tanda para pejuang Houthi menyerah, meski mereka harus menghadapi situasi yang sangat sulit bersama warga. Diperkirakan lebih dari 14.000 warga telah tewas selama pertempuran. Pengepungan itu juga telah mengakibatkan munculnya wabah kolera yang sejauh ini telah menjangkiti ratusan ribu warga dan menewaskan sekitar 2.100 orang.
Dalam sebuah artikel di New York Times, Selasa (10 Oktober) Khanna bersama dua rekannya sesama anggota Congress menulis: "Realitas menyedihkan di negara paling miskin di Timur Tengah di tangan negara paling kaya, Saudi Arabia, dengan dukungan tanpa guna dari militer Amerika yang tidak diijinkan oleh Congress dan karenanya melanggar konstitusi."
"Kami percaya bahwa rakyat Amerika, bila ditunjukkan fakta-fakta dalam konflik (Yaman) ini, akan menentang penggunaan pajak yang mereka bayar untuk membom dan membuat kelaparan warga sipil (Yaman)," tambahnya.
Amerika telah melakukan 2.363 penerbangan 'refueling sorties' di Afrika Timur dan Timur Tengah dalam operasi militer berkode 'Operation Enduring Freedom — Horn of Africa', sebuah misi dukungan kepada negara-negara sekutu Amerika untuk memerangi kelompok-kelompok militan ISIS, al-Shabaab, dan al-Qaeda. Dalam operasi ini Amerika telah menyalurkan 40.000 ton bahan bakar ke 10.400 pesawat sejak April 2015.
Amerika setidaknya sudah dua kali melakukan operasi inteligen anti-terorisme yang melibatkan pasukan khusus di Yaman. Pada bulan Januari dalam operasi di Yakla, seorang personil pasukan khusus Amerika tewas bersama puluhan warga sipil tak berdosa, tanpa memberikan dampak apapun bagi Amerika. Disusul kemudian operasi serupa di Al Hathla pada bulan Mei, sukses menewaskan tujuh anggota AQAP.
Houthi Tahan Abdullah Saleh
Sementara itu Sputnik News juga melaporkan bulan lalu bahwa kelompok Houthi telah menahan mantan presiden Ali Abdullah Saleh, yang sebelumnya adalah sekutu dekatnya melawan Saudi. Ali Abdullah Saleh telah ditahan di sebuah rumah di kota Saada, demikian Sputnik News mengutip laporan media-media lokal.
Ini merupakan buntut dari memburuknya hubungan Houthi dengan Ali Abdullah Saleh. Pada 27 Agustus terjadi bentrokan bersenjata antara milisi HOuthi dengan para pendukung Saleh di Sana'a. Dalam insiden itu empat orang tewas dan belasan terluka.(ca)
Yaman kelak akan nenuntut balas pd Saudi..
ReplyDelete