Saturday, 11 November 2017

Warga Lebanon Percaya Perdana Menteri Mereka Ditahan Saudi Arabia

Indonesian Free Press -- Warga Lebanon, terutama keluarga dan koleganya percaya bahwa Perdana Menteri Saad Hariri tengah menjalani penahanan di Saudi Arabia setelah pengunduran dirinya akhir pekan lalu (4 November). Mereka pun meminta agar Hariri kembali ke Lebanon.

Seperti dilaporkan Reuters, Sabtu (9 November), setidaknya empat pejabat tinggi Lebanon yang tidak disebutkan identitasnya menyatakan keyakinannya bahwa Hariri telah ditahan oleh pemerintah Saudi Arabia.

"Lebanon percaya bahwa Saad al-Hariri tengah menjalani penahanan di Saudi Arabia, dimana ia menyatakan pengunduran diri sebagai Perdana Menteri Lebanon, dua pejabat tinggi di Beirut mengatakan, di tengah krisis yang mendalam yang mendorong Lebanon ke tengah-tengah medan perang dari perebutan pengaruh antara Saudi Arabia dan Iran," tulis kantor berita Inggris itu.


Reuters juga menyebutkan adanya kegelisahan di kalangan politisi kolega Hariri, dimana Partai Future Movement (Al Mustaqbal) yang dipimpin Hariri menginginkan kembalinya Hariri untuk menjaga sistem kenegaraan Lebanese tetap berjalan.

Awalnya, hingga hari Kamis (9 November) kolega-kolega Hariri masih tidak percaya bahwa Hariri ditahan di Saudi, meski desas-desus itu telah santer terdengar sejak hari pertama pengunduran Hariri. Namun setelah rapat Partai Future Movement yang digelar di rumah Hariri di Beirut pada hari Kamis, mantan Perdana Menteri Fouad Siniora mengatakan bahwa kembalinya Hariri sangat diperlukan untuk menjaga kehormatan dan keutuhan Lebanon.

Sepupu Hariri, Bahia, yang duduk di samping Siniora juga menyatakan keinginannya agar Hariri kembali.

"Lebanon akan meminta dunia internasional dan negara-negara Arab untuk menekan Saudi Arabia agar melepaskan Perdana Menteri Saad al-Hariri,” kata seorang pejabat Lebanon kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa Hariri masih tetap sebagai Perdana Menteri setelah pengunduran diri itu ditolak oleh Presiden Michael Aoun.

Seorang politisi senior yang dekat dengan Hariri mengatakan: “Setelah ia diminta datang ke Saudi Arabia, ia diperintahkan untuk tetap tinggal dan mengundurkan diri, dan sejak itu ia dikenakan tahanan rumah.”

Pidato pengunduran diri Hariri yang dibacakan langsung olehnya di Hotel Ritz Carlton, Riyadh, melalui televisi Saudi Arabia, sangat mengejutkan warga Lebanon yang tidak menduga hal itu bisa terjadi. Sehari sebelumnya, Hariri bahkan masih sempat bertemu dengan politisi senior Iran Ali Akbar Velayati di Beirut.

Pengunduran diri Hariri bagaikan menyiram kembali bara ketegangan sektarian di Lebanon dengan minyak. Terlebih setelah dalam pidatonya itu ia mengecam Hizbollah dan Iran yang disebutnya sebagai 'memecah belah bangsa-bangsa Arab' dan 'membajak Lebanon'. Ia juga mengklaim telah mendapatkan ancaman pembunuhan oleh Hizbollah. Padahal, Hariri terpilih sebagai Perdana Menteri atas dukungan Hizbollah sebagai kompromi terpilihnya Michael Aoun, sekutu Hizbollah, sebagai Presiden.

Saudi Arabia sendiri membantah telah menahan Hariri, meski keberadaan Hariri di negara itu tetap menjadi pertanyaan yang tidak terjawab. Untuk menguatkan bantahan itu Saudi pun merilis gambar yang memperlihatkan Hariri tengah bersantai di hotel Ritz Carlton.

"Menahan Hariri di Riyadh adalah serangan kepada kedaulatan Lebanon. Kami akan bekerja dengan masyarakat internasional untuk membawanya kembali ke Beirut,” kata pejabat senior Lebanon lainnya kepada Reuters.

Sementara itu Presiden Michael Aoun dan pemimpin Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah bereaksi keras atas pengunduran diri Hariri dan menolak langkah itu. Nasrallah menyebut tindakan pengunduran diri Hariri itu sebagai 'ilegal'. Sementara itu Michael Aoun juga menolak tegas pengunduran itu dan menuntut Arab Saudi untuk mengembalikan Hariri ke Lebanon.

Pemerintah Saudi Arabia pada hari Kamis (9 November) mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tidak pergi ke Lebanon dan meminta mereka yang sudah berada di Lebanon untuk pulang.

Pemimpin Kristen Maronite Lebanon, Patriarch Beshara al-Rai, dijadwalkan akan berkunjung ke Saudi Arabia minggu depan dan dikabarkan telah mendapat signal dari pemerintah Saudi untuk bisa bertemu Hariri. Namun kunjungan itu bukanlah bertujuan khusus untuk bertemu Hariri karena telah dijadwalkan jauh sebelum pengunduran diri Hariri.

Tidak bersedianya para pejabat Lebanon disebutkan namanya, atau Reuters yang sengaja menyembunyikan identitas mereka, bisa difahami karena Saudi Arabia adalah sekutu dekat warga Sunni Lebanon. Namun media terkemuka INggris lainnya, The Independent, cukup jujur menyikapi hal ini dengan menulis judul yang menyebutkan bahwa Hariri telah 'diculik' oleh pemerintah Saudi Arabia: 'Saad Hariri: Hezbollah and Lebanese government demand return of prime minister ‘kidnapped’ by Saudi Arabia'.

"Saudi kemungkinan telah menahan Perdana Menteri Lebanon sebagai tawanan. Namun rencana mereka untuk menggulingkan pemerintah Lebanon telah menjadi pukulan balik yang hebat. Bahkan para pemimpin Sunni Lebanon kini marah pada Saudi Arabia," tulis The Independent, Sabtu (11 November).(ca)

1 comment: