(Saudi Rilis Film Propaganda Invasi Iran)
Indonesian Free Press -- Tahun 2017 ini menjadi momen yang sangat menarik dalam konflik Yaman, setelah Saudi Arabia dan koalisinya menginvasi Yaman sejak Maret 2015. Ini adalah tahun perlawanan rakyat Yaman dan sekaligus kegagalan Saudi Arabia.
Setidaknya, inilah pendapat warga Yaman yang merasa takjub dengan keteguhan bangsanya menghadapi agresi Saudi Arabia dan koalisi internasional Arab-Zionis.
"Selama 33 bulan terakhir ini rakyat Yaman mengalami kehidupan seperti dalam neraka, namun secara ajaib pula mampu bertahan. Tidak sekedar bertahan dari agresi sekitar 20 negara, isolasi politik dan blokade ekonomi, namun juga dari senjata biologi dalam bentuk wabah kolera, media massa yang bungkam dan Dewan Keamanan PBB yang bias terhadap pelanggaran yang terjadi," tulis seorang warga Yaman berpendidikan Inggris yang tinggal di Sanaa, seperti dilaporkan blog DR. Henry Makow, 26 Desember lalu.
Atas pengakuan warga Yaman itu, DR. Henry Makow yang terkenal sebagai pembuka tabir 'teori konspirasi' itupun mengatakan, "Ia adalah contoh dari fakta bahwa kaum Muslim adalah sekutu kita dalam menghadapi pemerintahan zionis (Zionist Occupational Government) di Barat. Para zionis adalah penanggungjawab semua peperangan, terorisme, ISIS dan Islamophobia."
"Di tengah semua penderitaan itu, rakyat Yaman mampu melakukan yang tidak dilakukan semua negara Arab lain sebelumnya. Militer Yaman mampu memodifikasi rudal-rudal kuno Scud dan Toschka sehingga mampu menjangkau Riyadh (1.200 km) dan Abu Dhabi (1.500 km). Sasaran-sasaran terakhir adalah Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, fasilitas nuklir di Abu Dhabi serta Istana Kerajaan di Riyadh.
Meski para pejabat dan media massa Arab dan Amerika beramai-ramai mengecilkan serangan-serangan itu dengan menyebut keberhasilan sistem pertahanan udara Saudi menembak jatuh rudal-rudal itu, bukti-bukti lain mengatakan sebaliknya.
Dalam serangan ke Bandara King Khalid, ada sejumlah video di Youtube! yang mengkonfirmasi kebenaran tembakan rudal ballistik yang mengenainya. Bahkan koran besar New York Times juga mengakui hal itu, beberapa hari setelah penembakan terjadi. Kemudian, dalam penembakan Istana Kerajaan tanggal 19 Desember Dephan Amerika secara tersirat mengakuinya melalui kicauan di Twitter, meski sebelumnya membantah.
Dengan semua keberhasilan perlawanan rakyat Yaman itu, Saudi Arabia juga gagal dengan rencana terakhirnya menggunakan 'kartu' Ali Abdullah Saleh, mantan diktator Yaman yang sempat berjuang bersama melawan agresi Saudi, namun terkalu korup untuk menjadi pahlawan bagi Yaman. Setelah menerima tawaran Saudi, pada 3 Desember lalu Saleh mengumumkan perceraian dengan kelompok pejuang Yaman dan berusaha menguasasi ibukota Yaman, Sanaa. Namun, hanya berselang dua hari ia tewas mengenaskan di luar kota Sanaa saat berusaha melarikan diri ke Saudi.
MBS Panik dan Bermimpi Kalahkan Iran
Semua kegagalan itu pun membuat Pangeran Mohammad bin Sultan (MBS), pemimpin 'de facto' Saudi Arabia dan sekutu terdekat Presiden Amerika Donald Trump, panik. Dalam kepanikan itu ia pun bermimpi memimpin operasi serangan besar-besaran ke Iran. Dalam mimpinya itu digambarkan, setelah kapal-kapal boat Iran menyerang kapal kemanusiaan Saudi yang membawa bantuan ke Yaman dan kemudian kapal-kapal perang Saudi mengalahkan angkatan laut Iran dalam pertempuran laut di Teluk Parsi.
Pada babak yang menentukan, kapal-kapal pengangkut Saudi mendarat di pantai Iran dan pesawat-pesawat pengangkut Saudi menerjunkan pasukan terjun payung ke tanah Iran. Selanjutnya, setelah perang darat yang relatif mudah, pasukan Saudi pun berhasil menguasai Teheran, menggulingkan regim para Mullah dan menggantinya dengan regim baru yang disukai Saudi dan mayoritas rakyat Iran. Pangeran MBS pun berhasil mewujudkan perdamaian di kawasan.
Itu adalah sebuah film animasi yang baru saja dibuat oleh Saudi Arabia. Sebuah film yang buruk. Ceritanya saja sangat tidak realistis. Saudi ditambah pasukan koalisinya gagal mengalahkan Yaman yang kecil dan miskin setelah berperang hampir tiga tahun. Apalagi melawan Iran, yang mampu bertahan dari gempuran Irak plus Amerika dan negara-negara Arab, dalam perang Iran-Irak tahun 1980-1988. Sementara proksi Iran, Hizbollah, mampu mengusir Israel dari Lebanon dan regim Bashar al Assad di Suriah yang dibantu Iran mampu mengalahkan koalisi ISIS-Amerika-NATO-Israel-Turki-Saudi-Qatar-Yordania dan negara-negara Arab lain. Di sisi sinematografi film itu jauh lebih buruk lagi. Entah mengapa MBS tidak mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar Stephen Spielberg atau Mel Gibson membuat film yang jauh lebih baik.
Untuk selengkapnya tentang film ini silakan lihat di sini: https://www.mintpressnews.com/watch-saudi-arabias-cartoonish-propaganda-film-showing-an-invasion-of-iran/235697/
Padalah MBS baru saja mendapatkan lebih dari $100 miliar, hasil pemerasan dari sejumlah pangeran dan pejabat tinggi yang ditahan di Hotel Ritz Riyadh. Setelah menerima sedikit siksaan dari tentara-tentara bayaran asal Amerika yang disewa MBS untuk memaksa mereka menyerah, seorang di antaranya, Mayjend Ali Alqahtani, tewas dengan tubuh dipenuhi bekas luka lebam dan setruman. Yang selamat, di antaranya Pangeran Waleed bin Talal yang harus merelakan $6 miliar kekayaannya dirampas MBS, langsung terbang ke Lebanon, Amerika dan Eropa untuk berlibur di rumah-rumah bordil.
Kemudian, untuk menutupi kegalauannya karena kegagalan di Yaman, MBS pun mengumbar hawa nafsunya dengan membeli benda-benda super-mahal yang tak berguna bagi rakyatnya. Seperti dilaporkan banyak media, MBS baru saja membeli lukisan paling mahal di dunia seharga $450 juta, kapal pesiar senilai $400 juta dan sebuah kastil (istana) di Perancis dengan harga yang tidak kalah mahal. Ini dilakukannya pada saat keuangan negara dalam kondisi paling buruk karena rendahnya harga minyak dunia.(ca)
Kerajaan Saudi semakin dekat dg keruntuhan sistem monarki nya..
ReplyDelete