Thursday, 7 December 2017

Mantan Presiden Yaman Tewas, Saudi Masih Harus Terus Menelan Kepahitan

Indonesian Free Press -- Gagal sudah rencana Saudi Arabia menguasai Yaman melalui upaya terakhirnya, menyuap mantan Presiden Abdullah Saleh, menempatkannya sebagai penguasa dan bersama-sama mendepak kelompok Houthi/Ansarullah dari ibukota Sanaa. Setelah gagal merebut Sanaa dari kelompok Houthi, Abdullah Saleh tewas dalam sebuah penyergapan

Kematian Saleh dikonfirmasi oleh pemerintahan Ansarullah/Houthi melalui kementrian dalam negeri, Senin (5 Desember). Namun tidak disebutkan secara rinci tentang bagaimana Saleh terbunuh. Sejumlah sumber menyebutkan Saleh tengah berusaha melarikan diri dari Sanaa setelah para pendukungnya kalah bertempur melawan milisi Houthi.


"Kementrian Dalam Negeri mengumumkan berakhirnya krisis yang disebabkan oleh para milisi dan tewasnya pemimpin mereka dan sejumlah pendukungnya," kata host televisi Al-Masirah merujuk pada Abdullah Saleh dan para pendukungnya.

Pengumuman disertai gambar video yang menunjukkan jenasah Abdullah Saleh serta keterangan yang menyebutkan Saleh sebagai pengakhianat, dimana para pendukungnya telah memblokir jalan-jalan dan menembaki warga sipil.

Sehari sebelumnya, Minggu (4 Desember) regim Ansarullah/Houthi mengumumkan keberhasilan memulihkan keamanan ibukota Sanaa setelah mengalahkan milisi pendukung Saleh dan menangkap puluhan orang dari mereka.

Setelah pengumuman kematian Saleh, pada hari Selasa (6 Desember), milisi HOuthi dan militer yang setia pada regim Ansarullah melancarkan sejumlah operasi militer dan berhasil menewaskan sejumlah besar personil militer Saudi Arabia, demikian seperti dilaporkan Press TV.

"Dalam konteks ini, sebuah sumber militer Yaman melaporkan bahwa pasukan Yaman dan milisi sipil (Houthi) menembak mati empat prajurit Saudi dan membombardir pangkalan mereka dengan artileri dan rudal-rudal, mengakibatkan kerugian besar pada mereka," tulis Press TV dalam laporannya.

Militer Yaman dan milisi juga menewaskan sejumlah 'besar' prajurit Saudi dan tentara bayaran koalisi Saudi dalam pertempuran di pos militer Al-Shabka, tambah laporan itu. Sementara di Marib, 6 anggota milisi pro-Saleh tewas setelah kendaraan mereka dihantam rudal anti-tank.


Mengapa Saleh Gagal Mengusir Houthi

Minggu lalu, ketika Abdullah Saleh memulai petualangan barunya dengan membelot ke Saudi Arabia dan menyerukan para pendukungnya untuk mengusir kelompok Houthi dari Sanaa, ia merasa sangat percaya diri. Ia memiliki pasukan loyalis yang menjadi pengawalnya saat berkuasa selama 34 tahun. Sementara kota Sanaa dan sekitarnya adalah basis kabilah-kabilah pendukung Saleh selama ia berkuasa.

Selama beberapa hari pertama pertempuran memperebutkan Sanaa, para pendukung Saleh berhasil menguasai keadaan dengan merebut sebagian besar posisi strategis. Namun setelah beberapa hari pertempuran dan bantuan untuk kelompok Houthi telah berdatangan, terutama dari wilayah basis Houthi di utara Yaman, para pendukung Saleh pun terdesak. Sementara bantuan yang diharaplan Saleh dari kabilah-kabilah di sekitar Sanaa tidak juga muncul.

Tewasnya Saleh merupakan pukulan keras bagi Saudi, yang sempat melihat peluang emas untuk keluar dari krisis Yaman yang menghabiskan energinya sebagai pemenang. Rencananya, setelah berkuasanya Saleh dan terusirnya Houthi dari Sanaa, Saudi akan mengumumkan selesainya Perang Yaman dan mengklaim sebagai pemenang. Namun, harapan itu kini hancur berantakan, dan Saudi masih harus merasakan pahitnya petualangan di Yaman sampai waktu yang tidak bisa dipastikan.(ca)

2 comments:

  1. Houthi kembali kompak,1000pengawal mantan president kembali menyokong ansarullah

    ReplyDelete
  2. Houthi kembali kompak,1000pengawal mantan president kembali menyokong ansarullah

    ReplyDelete