Monday, 25 December 2017

Pengamat Militer Senior Sebut Jokowi Intervensi TNI

Indonesian Free Press -- Pengamat militer senior Indonesia, DR. Salim Said, menuduh Presiden Jokowi telah melakukan intervensi dalam urusan internal TNI, di balik kontroversi keputusan Panglima TNI baru Marsekal Hadi Tjahjanto yang menganulir keputusan Panglima TNI sebelumnya Jendral Gatot Nurmantyo.

Hal itu disampaikan Salim Said kepada wartawan, Kamis (21 Desember), saat diminta komentarnya atas keputusan kontroversial Panglima TNI Hadi Tjahjanto soal penganuliran mutasi 16 perwira tinggi TNI.

"Saya nyaris yakin keputusan yang mendadak dan kontoriversial oleh panglima TNI Hadi bukan inisiatif dia. Saya sudah banyak bicara dengan banyak perwiara TNI AU yang kenal pribadi dan tau karir panglima TNI Hadi. Dia bukan tipe orang yang berani ambil keputusan berani kayak gini," kata Salim kepada wartawan, seperti dilaporkan Garuda Net.


Bahkan, Guru Besar Universitas Pertahanan (Unhan) itu mengatakan keputusan mendadak oleh Panglima TNI adalah tidak lazim. Apalagi kata Salim, Hadi merupakan orang kedua yang berhasil jadi panglima TNI dari matra AU.

"Buat saya ini aneh, panglima TNI baru dilantik, ditambah dia ini adalah orang AU kedua yang jadi panglima. Ini jelas menjadi tanda tanya besar," kata Salim.

Untuk itu, Salim pun mengaku sudah melakukan sejumlah komunikasi dengan beberapa perwira tinggi dan petinggi politik atas keputusan panglima TNI tersebut. Dia pun mendapat kesimpulan jika pembatalan merupakan petunjuk dari atasan panglima TNI.

"Ini petunjuk dan perintah dari atasannya, dalam hal ini Presiden Joko Widodo. Pertanyannya kenapa presiden beri perintahkan pembatalan? Padahal kan Jenderal Gatot masih aktif. Kalau ada apa-apa kan mestinya dari awal peringatkan Gatot dong. Makanya saya yakin ini ada unsur politis," tegas Salim.

Lebih lanjut, Salim pun menganalisa keputusan politis dibalik kepentingan Presiden Jokowi. Menurut hemat Salim, ada dua dugaan yang bisa menguatkan. Pertama Presiden memang tidak suka dengan Gatot Nurmantyo dan kedua ada beberepa kelompok kepentingan yang berhasil menekan Presiden Jokowi.

"Jadi salah satu teori mengatakan Presiden enggak begitu happy dan merasa menurut sumber saya merasa dilampaui. Artinya dia perintahkan Hadi ubah saja deh. Dugaan lain ada tekanan dan kepentingan disekelilingnya. Jadi ada kekesalan presiden kepada Gatot Nurmantyo yang melakukan mutasi jelang pensiun," kata Salim.

Salim pun memberikan contoh soal adanya kepentingan luar yang menekan Presiden Jokowi. Salah satunya dalam kasus pembatalan pensiun dini terhadap Pangkonstrad Edy Rahmayadi.

"Edy Rahmayadi kan mendaftarkan diri sebagai gubernur. Kalau dia dibatalkan dia kehilangan kesempatan. Jadi ada yang menilai kalau ada kepentingan yang ingin menjegal Edy. Tapi siapa yang diuntungkan kalau dia tidak maju. Ini masih pertanyaan," demikian Salim.

Sementara itu terkait dengan masalah ini, pengamat politik UI DR. Rocky Gerung dalam kicauannya yang beredar luas di media sosial menyebut Presiden Jokowi telah membuat preseden baru yang kurang baik, yaitu 'Dwi Fungsi TNI'.(ca)

2 comments:

  1. Hanya TNI yang belum dikendalikan total oleh kekuatan di belakang Sang Presiden..

    ReplyDelete