Indonesian Free Press -- Rusia dikabarkan telah mengirimkan setidaknya sepasang pesawat jet siluman Su-57-nya ke Suriah dalam apa yang disebut para analis sebagai langkah serius Rusia untuk menghadapi bentrokan fisik melawan Amerika.
Rusia baru saja mengalami dua peristiwa menyakitkan berkaitan dengan keberadaan militernya di Suriah yang selama ini berhasil menggagalkana rencana Amerika untuk menumbangkan regim Bashar al Assad, sekaligus menyingkirkan Rusia sepenuhnya dari Timur Tengah. Yang pertama adalah jatuhnya pesawat pembom SU-25 setelah ditembak dengan rudal jinjing di Idlib. Kedua adalah tewasnya puluhan personil militer Rusia yang berbaju 'tentara bayaran' setelah dibombardir oleh pesawat-pesawat dan artileri Amerika dan koalisinya di Deir al-Zor.
Terlalu malu, para pejabat Rusia awalnya menyanggah kabar tersebut. Namun, setelah kabar tersebut tersebar luas dan keluarga korban pun ramai-ramai menuntut penjelasan, akhirnya Rusia mengakuinya dengan menyebut 'puluhan' warga Rusia tewas dalam insiden tersebut. Pengiriman pesawat Su-57 itu untuk memberi peringatan kepada Amerika bahwa Rusia siap untuk 'bermain keras', sekaligus meyakinkan rakyat Rusia bahwa pemerintah mereka masih mempunyai 'harga diri'.
Seperti dilaporkan sejumlah media internasional, termasuk News Corp Australia Network, 22 Februari, Rusia dan Suriah telah menunjukkan kedatangan dua pesawat paling canggih Rusia itu di pangkalan udara Khmeimim, Suriah. Kedua pesawat tempur generasi terakhir itu dikawal oleh empat pesawat tempur SU-35 dan empat pesawat SU-34 serta didukung oleh pesawat komando A-50U.
"#BREAKING - First footage of #Russia top stealth Su-57 fighter jet over #Syrian #Khmemeim air base. Total of 2 Su-57 stealth fighters were deployed with 4x Su-35, 4x Su-25 and 1 early warning plane A-50U. pic.twitter.com/IV4Yw6b9Gl," tulis NCAN dalam akun Twitter-nya.
"— SURA (@AlSuraEnglish) February 22, 2018 Moscow has been swept up in scandal as its citizens seek explanations for an alleged 200 Russian casualties in a clash with United States aircraft and artillery earlier this month," tulis seorang follower akun tersebut.
Media The National Interest pada hari yang sama (22 Februari) menulis bahwa langkah Rusia itu sebagai 'ujicoba perang yang sebenarnya' bagi pesawat-pesawat tempur Rusia itu.
"Russia's Su-57 Stealth Fighter in Syria: “This Is Testing in Actual War," tulis Dave Majumdar di The National Interest
Sampai saat ini dunia hanya mengetahui pesawat Su-57, atau disebut juga dengan nama T-50 PAK-FA, sebagai pesawat prototype, belum sampai tahap operasi tempur yang sesungguhnya. Sejak uji terbang pertama kali tahun 2010, Rusia dikabarkan hanya memiliki kurang dari 10 pesawat ini. Rusia mengklaim pesawat ini sebagai 'pembunuh F-22 Raptor' (pesawat tempur siluman Amerika). Namun, diperkirakan pesawat ini baru akan beroperasi penuh pada tahun 2019.
Yang menarik adalah kabar ini menyusul peringatan Menlu Rusia Sergei Lavrov kepada Amerika, Senin (19 Februari), untuk 'tidak bermain api' dengan Rusia di Suriah. Disusul kemudian dengan pernyataan Deputi Menhan Rusia Yuri Borisov kepada wartawan di pusat pembuatan pesawat SU-57 di Komsomolski-on-Amur, bahwa Su-57 akan segera melakukan operasi tempur'.
Di Suriah, sampai saat ini Rusia dan Amerika telah menyepakati 'garis demarkasi' antara keduanya. Angkatan udara Rusia hanya beroperasi di sebelah barat Sungai Eufrat, dan Amerika di sebelah timurnya. Keduanya juga telah membentuk 'saluran informasi khusus' untuk menghindari kesalah-fahaman. Namun demikian sejumlah insiden terjadi antara keduanya.
Berkali-kali Rusia mengklaim pesawat-pesawat Amerika menghalang-halangi misi udara Rusia. Dalam satu insiden, Rusia mengklaim pesawat SU-35-nya telah mengusir pergi pesawat F-22 Raptor Amerika yang mengganggu misi udara Rusia. Berulangkali pula pesawat-pesawat Amerika membom pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya tanpa menghiraukan peringatan Rusia. Hingga akhirnya serangan Amerika menewaskan puluhan personil militer Rusia dalam pertempuran di Deir al-Zor, bulan ini.
"Jumlah korbannya simpang siur. Namun, yang paling mengganggu Rusia adalah kabar tentang 200 'mercenaries' (tentara bayaran) yang dikirimkan oleh perusahaan keamanan Rusia tewas atau terluka oleh serangan mematikan yang dilancarkan pesawat-pesawat tempur dan artileri Amerika," tulis National Interest.
Menurut NCAN, tibanya pesawat-pesawat Su-57 ini menandakan perkembangan yang sangat serius di Suriah dan kawasan sekitarnya karena bisa memunculkan insiden-insiden serius berikutnya. Amerika sendiri telah mengirim pesawat-pesawat F-22 Raptor-nya ke Suriah sejak tahun lalu.(ca)
Battle proven bagi su 57 sekaligus menjaga harga diri Rusia dihadapan USa
ReplyDelete