Saturday, 24 March 2018

Politisi Swedia Mundur Setelah Kecam Dominasi Pers Yahudi

* Sekolah Agama akan Dihapuskan

Indonesian Free Press -- Sekali lagi sesuatu yang diangggap sebagai 'teori konspirasi' semata, muncul sebagai masalah nyata. Seorang politisi Swedia harus mengundurkan diri setelah mengungkapkan fakta bahwa 80% media massa di Swedia dimiliki oleh sebuah keluarga yahudi.

Seperti dilaporkan thetruthseeker.co.uk, Senin (19 Maret) dengan mengutip laporan The New Observer tanggal 13 Oktober 2016, anggota parlemen Swedia dari Partai Demokrat, Anna Hagwall, dipaksa mengundurkan diri dari semua jabatan publik dan politiknya, bahkan tidak boleh mengikuti pileg tahun 2018, setelah mengungkapkan kepada publik bahwa satu keluarga yahudi menguasai mayoritas media massa Swedia.

Dalam surat yang dikirim kepada koran Aftonbladet, Anna Hagwall mengatakan, 'faktor etnis harus dijadikan pertimbangan penting' dalam menentukan kepemilikan media massa Swedia dengan jumlah di atas 5%'. Ia merujuk pada keluarga yahudi Bonnier, penguasa dunia pers Swedia.

Bonnier Group memiliki 96 penerbitan buku, 42 koran bisnis dan perdagangan, 105 'digital news platforms', 9 rumah produksi film, 176 majalah, 23 koran berita utama, 33 stasiun TV, dan 33 media outlets lainnya sehingga secara praktis menguasai media massa Swedia.

Sebelumnya, Hagwall mengirimkan mosi kepada parlemen Swedia untuk memotong subsidi yang diberikan pemerintah kepada media massa. Meski ia tidak menyebutkan etnis tertentu, dalam penjelasannya kepada Aftonbladet ia mengatakan bahwa 'sebaiknya media-media massa Bonnier Group dibatasi' sehingga tidak ada satu keluarga, kelompok etnis, atau perusahaan yang menguasai lebih dari 5 persen media massa.

“Sebanyak 80 persen dari media massa dimiliki dan dikontrol oleh satu pemilik yang sama,” tulis Hagwell. 

“Ini tidak bisa dibiarkan. Kepemilikan media massa harus disebar ke banyak perusahaan dan masyarakat. Untuk itu, saya menyarankan penghapusan subsidi kepada media massa,” tam bahnya.

Sementara itu liberalisme yang 'kebablasan' terus menghancurkan entitas negara Swedia. Seperti dilansir Daily Mail, 13 Maret, partai penguasa kini mengusulkan penghapusan semua sekolah agama dengan dalih menghindarkan terjadinya segregasi akibat banyaknya warga imigran di negara itu.

Terkait hal itu, Menteri Administrasi Publik Ardalan Shekarabi mengatakan bahwa 'guru bukanlah pendeta atau imam yang mengajar di sekolah'.

Rencana itu masih belum mendapat dukungan parlemen, hal itu sesuai dengan suara-suara sejumlah partai yang mengeritik keberadaan sekolah-sekolah agama yang menimbulkan ekses berupa 'pemisahan jenis kelamin' di sejumlah sekolah agama.

"Kita harus menghapuskan segregasi untuk menjaga keutuhan Swedia. Untuk itu segregasi di sekolah-sekolah juga harus dihapuskan," kata Ardalan Shekarabi kepada wartawan di Stockholm.

Swedia adalah negara yang paling menderita karena arus imigran ilegal dari Timur Tengah dan Afrika, berupa peningkatan angka kriminalitas dan hancurnya tatanan dan infrastruktur sosial. Namun, lucunya pemerintah justru mengkampanyekan imigran ke negara itu dan menindak setiap upaya menghalang-halangi imigrasi yang dilakukan warganya. Selain itu, isyu anti-semit adalah sesuatu yang menakutkan bagi para politisi Swedia. Tahun 2003 Menlu Anna Lindh yang dikenal pro-Palestina dan anti-Israel, tewas ditikam oleh 'orang gila' di pusat perbelanjaan di Stockholm. (ca)

1 comment: