* Di Hadapan Congress Pemerintah AS Gagal Buktikan Serangan Kimia di Douma
Indonesian Free Press -- Satu flotilla kapal-kapal perang Rusia tengah bergerak ke Suriah membawa peralatan perang. Sementara pemerintah AS gagal membuktikan adanya serangan kimia di Douma dalam dengar pendapat dengan Congress.
Seperti dilaporkan The Daily Mail hari ini (20 April), kapal-kapal pengangkut militer Rusia di bawah kawalan kapal perang terlihat melintas di Selat Bosporus dalam perjalanan menuju Suriah. Kapal-kapal itu mengangkut peralatan-peralatan tempur seperti tank-tank, mobil-mobil pengangkut kesehatan dan peralatan radar.
"Tambahan kekuatan Rusia bergerak ke Suriah: Kapal-kapal perang yang mengangkut tank-tank, truk-truk pengangkut militer dan kapal-kapal patroli bersenjata berlayar ke Timur Tengah pada saat dunia menunggu respon Putin atas serangan udara di Suriah," tulis alinea utama Daily Mail.
Disebutkan, kapal pengangkut 'Project 117 Alligator' mengangkut tank-tank, ambulan dan peralatan radar. Selain itu juga kapal ro-ro 'Alexandr Tkachenko' mengangkut kapal-kapal patroli cepat, peralatan pembuatan jembatan darurat dan truk-truk. Keduanya terlihat melintasi Selat Bosporus, Turki, pada hari Minggu (15 April), atau berselang dua hari dari serangan rudal Amerika, Inggris dan Perancis ke Suriah.
Menurut laporan itu, itu adalah pengiriman serupa ke-empat Rusia ke Suriah. Kapal-kapal itu dipastikan akan mendarat di pangkalan laut Rusia di Tartus, Suriah barat-laut. Namun tidak disebutkan apakah pengiriman itu termasuk rudal-rudal S-300 seperti disebutkan oleh Menlu Rusia Sergei Lavrov setelah terjadinya serangan rudal Amerika ke Suriah.
Sementara itu tuduhan Amerika tentang serangan kimia di Douma yang dilakukan pemerintah Suriah terbukti palsu, setelah pemerintah gagal membuktikan tuduhan itu dalam dengar pendapat dengan Congress, Kamis (19 April).
Seperti dilaporkan Sputnik News, Jumat (20 April), anggota Congress Thomas Massie menyatakan bahwa pemerintah Amerika, baik badan inteligen, kementrian pertahanan dan kementrian luar negeri tidak memiliki bukti apapun (provided zero evidence) tentang tuduhan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia di Douma.
“Dalam dengar pendapat bersama Congress (parlemen Amerika), DNI (badan inteligen pemerintah), SecDef (kemenhan), dan SecState (kemenlu) tidak bisa memberikan bukti apapun. Mereka hanya menyebutkan sumber dari media online," kata Massie.
Pada 13 April lalu Massie juga mengecam rencana serangan Amerika ke Suriah yang tidak memiliki dasar hukum karena tidak disetujui Congress. Hal yang sama dikatakan Senator Rand Paul dari negara bagian Kentucky yang menyebut tidak masuk akal bagi Bashar al Assad untuk menggunakan senjata kimia karena pasukannya telah menang perang. Sementara serangan kimia hanya mengundang intervensi asing yang justru bisa menggagalkan kemenangan.
"Saya masih berfikir tentang serangan kimia itu. Anda tahu, hanya diktator paling bodoh yang akan melakukan hal itu. Saya juga tidak melihat bukti-buktinya sampai saat ini," katanya kepada wartawan usai serangan rudal Amerika ke Suriah pekan lalu.
Profesor hubungan internasional Francis Boyle mengatakan kepada radio Sputnik’s Loud & Clear bahwa serangan rudal Amerika ke Suriah telah melanggar konstitusi Amerika serta melanggar resolusi PBB.
Sehari sebelum serangan udara itu, Menhan James Mattis mengatakan kepada wartawan: “Saya tidak bisa mengatakan apakah kami memiliki bukti, meskipun banyak indikator-indikatornya yang beredar di media online dan media sosial."(ca)
Ketahuan maksain bohong, di tanya bukti ngeles.. di Amerika banyak juga cebong yg berkuasa
ReplyDeleteIni kesematan menghajar amerika kesalahan akan di balas dengan menyakitkan sehingga tak sembrono ini suatu penghinaan yg terang terangan terhadap putin dan gegabah
ReplyDeleteSejak berapa lama us berbohong di mana saja ,Iraq,vietnam
ReplyDelete