Wednesday, 16 October 2019

George Soros: Teroris Billioner

Indonesian Free Press -- Baru-baru ini saya berdebat tentang pengaruh komunisme Cina di Indonesia dengan seorang analis politik internasional yang cukup dikenal di kalangan netizen. Analis tersebut menertawan saya yang mengatakan bahwa komunisme Cina sudah mati dan gerakan komunisme internasional kini berpusat pada sosok bernama George Soros.

Analis tersebut yang masih berfikir teoritis bahwa politik dunia terbagi ke dalam dua poros, kiri yaitu faham komunisme dan sosialisme dan kanan yaitu faham kapitalisme, menganggap pendapat saya tersebut melenceng jauh karena Soros adalah seorang kapitalis Amerika. Bagaimana mungkin seorang kapitalis menjadi patron gerakan komunisme? Demikian pikirnya.


Ia seperti para sarjana ekonomi yang baru lulus kuliah yang percaya dengan teori-teori ekonomi yang dipelajarinya. Padahal pada kenyataannya, hampir semua teori itu tidak berlaku sama sekali. George Soros, tidak hanya menjadi patron gerakan sosialis-komunis internasional, dia juga bertanggungjawab atas runtuhnya komunisme di Rusia dan negara-negara Eropa Timur serta gerakan-gerakan anarkhisme modern.

Seperti ditulis Ronald L. Ray di situs American Free Press 20 Juni 2016, Soros bahkan berperan jauh lebih besar lagi dalam percaturan politik global. Di satu sisi tampak sebagai anti-zionisme dan pendukung Palestina namun di sisi lainnya ia adalah kapitalis jahat yang menghancurkan negara-negara dan mendukung terorisme dan anarkisme.

Pengadilan Perancis menetapkannya sebagai seorang penjahat pasar modal dan Thailand menyebutnya sebagai 'penjahat perang ekonomi'. PM Malaysia Mahathir Mohammad menuduhnya sebagai penanggungjawab Krisis Moneter Asia Timur tahun 1997. Dalam satu aksinya ia meraup keuntungan $22 miliar setelah menghancurkan mata uang Inggris dan Malaysia, demikian tulis FrontPage Magazine.

"Dari perspektiF kami, sebagai perampok plutokratik inilah yang menjadi kehidupan Soros. Dan akhirnya ia menggunakan kekuatan politiknya untuk meraup keuntungan dengan menghancurkan tatanan sosial yang ia promosikan, dan upaya-upayanya membantu membentuk pemerintahan global yang terpusat ditujukannya untuk melindungi bisnisnya," tulis Ray.

JUrnalis investigatif Wayne Madsen telah membongkar hubungan Soros dengan berbagai gerakan internasional, termasuk kelompok2 teroris. Menurut Madsen, aksi Soros dimulai di negara kelahirannya, Hungaria tahun 1984 melalui yayasan yang didirikannya, The Soros Foundation di Budapest. Setelah meraup untung melalui krisis “crash of 1987” ia mulai menggelontorkan dana kepada kelompok anti komunis Czechoslovakia. Upayanya berhasil mendudukkan Vaclav Havel sebagai pemimpin Republik Cheko setelah menumbangkan komunisme dengan aksi-aksi kekerasan. Selanjutnya jejak Soros terlihat pada sebagian besar krisis politik dan ekonomi global. Hungaria, Serbia, Georgia, Kyrgyzstan, Kazakhstan juga Mesir, Syria, dan Iraq.

Viktor Orban, perdana menteri Hungaria yang awalnya didukung Soros namun kemudian membelot setelah mengetahui kejahatannya, telah bertahun-tahun terlibat perang politik melawan Soros. Orban menuduh Soros 'berusaha membuat kekacauan' dan melawan kehendak rakyat dengan mengkampanyekan arus imigran ke Eropa. 

“Soros menentang pemerintah dengan mendukung kelompok-kelompok LSM yang ingin memaksakan kehendaknya dalam soal imigrasi,” kata Orban.

Namun mungkin peran paling konterversi Soros adalah di Ukraina, ketika aksi-aksi vandalisme yang didukung Amerika dan Israel berhasil menumbangkan pemerintahan yang syah tahun 2014. Soros tidak menyembunyikan perannya itu. 

Aksi-aksi kekerasan di Amerika, terutama paska kemenangan Donald Trump atas boneka Soros, Hillary Clinton tahun 2016 juga melibatkan Soros. Soros diketahui sebagai penyandang dana gerakan Black Lives Matter untuk mengadu-domba warga kulit hitam dan kulit putih. Gerakan-gerakan liberalisme dan libertarian yang anti-agama juga menjadi permainan Soros yang lain.

"Soros is neither a philanthropist nor an entrepreneur. Based on his record, he is an international sponsor of terrorism, war, and genocide. He should be imprisoned and hanged for his crimes," tulis Ronald L. Ray.

Sementara itu Jordan James menulis di situs Politicalite, 6 Oktober lalu mengungkapkan bahwa George Soros, penyandang dana kelompok anti-Islam Antifa, bermaksud membuat kelompok itu sebagai teroris yang lebih keji dari ISIS. Mengutip keterangan Shayne Hunter, pendiri Antifa Australia, Soros ingin menciptakan perang sipil di semua negara di dunia.

“Soros menggunakan kami untuk memulai perang sipil di seluruh dunia,” kata Hunter.(ca)

1 comment: