Friday, 20 December 2019

Kapal Induk Kedua Cina Diresmikan

Indonesian Free Press -- Cina meresmikan kapal induk keduanya di tengah ketegangan terkait klaim Cina atas wilayah Laut Cina yang ditolak AS dan negara-negara tetangga.

Seperti dilaporkan oleh kantor berita Perancis AFP, 17 Desember, kapal berbobot 50.000 ton ini diresmikan oleh President Xi di pangkalan laut Sanya yang terletak di Provinsi Hainan, Cina selatan. Kapal yang diberi nama Shangdon (nama salah satu provinsi di Cina) ini sepenuhnya buatan Cina. Berbeda dengan pendahulunya, Liaoning, yang merupakan perombakan dari kapal bekas milik eks. Uni Sovyet. Liaoning diresmikan tahun 2012 lalu. Selain itu Cina diketahui juga tengah membangun kapal induk ketiganya yang dilengkapi dengan peluncur pesawat elektromagnetik dan landasan pacu datar.


Dari gambar yang diedarkan kantor berita Cina CCTV tampak Presiden Xi memberikan penghormatan kepada kapten kapal, Lai Yijun sebelum melakukan inspeksi ke seluruh kapal. Xi juga terlihat memasuki salah satu pesawat tempur yang berada di atas kapal. 

Provinsi Hainan berbatasan dengan Vietnam, sesama negara komunis pesaing Cina di kawasan dan Laut Cina Selatan dimana Cina terlibat konflik perbatasan dengan Malaysia,  Philippines, Taiwan dan Brunei.

Pada bulan November lalu kapal ini dikonfirmasi Cina telah melakukan pelayaran ujicoba melalui Selat Taiwan yang membuat Taiwan dan AS marah karena menganggap Cina melakukan provokasi.

Cina menyebut kapal ini sebagai 'pangkalan laut besar yang dibuat Cina' yang dapat menampung 'berbagai peralatan berat'. Jubir Kemenhan Cina Geng Yansheng, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Cina wajar untuk menjaga dan memperkuat fasilitas militernya, merujuk pada pembangunan Shangdon.

Kapal induk ini akan membawa 24 pesawat tempur Shenyang J-15 dan 12 helikopter dan sebelumnya telah sembilan kali melakukan pelayaran ujicoba. Kantor berita Xinhua pada November lalu juga menyebut Cina tengah membangun kapal induk ketiga yang akan selesai tahun 2021.(ca)

1 comment:

  1. Agrevitas China sudah sangat membahayakan kawasan, terutama Indonesia yang berhasil di jajah secara nir militer..

    ReplyDelete