Thursday, 26 December 2019

Netanyahu Terbirit-birit Dengar Sirine Serangan Roket Palestina

Indonesian Free Press -- PM Israel Benjamin Netanyahu lari terbiri-birit setelah mendengar sirine serangan roket Palestina saat melakukan kampanye di kota Ashkelon. Demikian seperti dilaporkan The Guardian kemarin (26 Desember).

Netanyahu harus meninggalkan acara kampanye tersebut ketika roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza mendekati Ashkelon yang terletak 12 km dari perbatasan Gaza-Palestina. Roket tersebut diklaim Israel berhasil ditambak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome.

Televisi Israel menyiarkan saat-saat Netanyahu meninggalkan acara kampanye dengan kawalan petugas keamanan yang kemudian membawanya ke sebuah 'shelter'. Militer Israel mengklaim telah mengerahkan pesawat tempur dan helikopter untuak membom Gaza sebagai balasan. Israel menuduh Hamas sebagai penanggungjawab serangan tersebut.


Menurut The Guardian ini adalah insiden kedua yang dialami Netanyahu. Pada September lalu Netanyahu juga dilarikan ke tempat perlindungan di kota Ashdod setelah terdengar sirine serangan roket Palestina.

Israel memicu konflik dengan Palestina bulan lalu dengan membunuh Baha Abu Al-Atta, komandan kelompok Islamic Jihad setelah ia dituduh melakukan serangan ke kota Ashdod. 

“Ia (Al-Atta) tidak lagi berkeliaran,” kata Netanyahu dalam video yang beredar di media sosial setelah kematian al-Atta.

Berbeda dengan respon Netanyahu setelah serangan roket di Ashkelon. Dengan marah ia mengatakan, "Siapapun yang mencoba membuat suatu impresi seperti tadi, bersiaplah mengemasi tasnya," katanya.

Netanyahu patut marah. Serangan roket yang memaksanya lari terbirit-birit menjadi senjata ampuh bagi lawan-lawan politiknya untuk menyudutkannya menjelang pemilihan umum bulan Maret mendatang setelah sebelumnya ia dan istrinya didera masalah korupsi.

“Situasi dimana rakyat Israel hidup di bawah ancaman teroris dan PM Israel (Netanyahu) gagal melakukan kampanye di negara ini adalah sebuah aib atas kebijakan keamanannya dan juga hilangnya daya gertak yang tidak bisa diterima semua negara," kata Jendral Gantz, mantan panglima AB Israel yang menjadi pesaing Netanyahu.(ca)

1 comment: