Indonesian Free Press -- Suasana di Irak semakin tegang paska terbunuhnya Jendral Soleimani di Baghdad akibat serangan udara AS. Reuters melaporkan pada Sabtu petang (4 Jan) sebuah roket meledak di kawasan Green Zone dekat Kedubes AS berada. Sebuah roket lain jatuh di wilayah Jadriya dan dua roket lainnya lagi ditembakkan ke pangkalan udara Balad di utara Baghdad. Tidak ada korban jiwa dan belum ada pihak yang mengklaim bertanggungjawab. Demikian seperti dilaporkan Reuters mengutip keterangan pejabat keamanan Irak.
Sementara itu milisi Kataib Hezbollah yang merupakan bagian dari kelompok milisi pro-Iran PMU mengingatkan aparat keamanan Irak untuk menjauh dari Kedubes AS dan pangkalan-pangkalan militer AS dalam jarak minimal 1000 meter dimulai sejak Ahad petang (5 Jan). Demikian seperti dilaporkan media Lebanon al-Mayadeen TV.
Sebelumnya Muqtaba al Sadr ulama muda dan politisi kharismatik Irak yang sangat anti-AS telah memerintahkan organisasi militernya, Badr Force, untuk bersiaga menghadapi AS setelah serangan yang menewaskan Suleimani.
Dengan situasi keamanan yang semakin tidak stabil NATO dan AS menghentikan sementara program pelatihan kepada personil militer Irak, tulis MidEast Monitor, media yang berbasis di AS, juga dilaporkan oleh media-media utama lainnya mengutip keterangan pejabat keamanan Irak. Di sisi lain Press TV melaporkan bahwa AS telah menarik sejumlah besar personil militernya di kawasan Timteng.
"Sejumlah sumber mengatakan bahwa AS telah menarik pasukan tempurnya di Kuwait sementara pesawat-pesawat pengangkut militer C-5 dan C-17 telah menerbangkan sekitar 700 pasukan penjaga untuk memperkuat keamanan misi-misi diplomatik AS," tulis Press TV, Ahad (5 Jan).
Laporan tersebut bertolak belakang dengan pernyataan para pejabat AS tentang pengiriman sejumlah besar pasukan ke Timteng.
Seperti dilaporkan Reuters seorang pejabat Kemenhan AS mengatakan bahwa AS telah menambah 3.000 hingga 3.500 personil militernya ke Timteng. Pasukan itu berasal dari satuan 82nd Airborne Division's Global Response Force.
"Brigade ini akan dikerahkan ke Kuwait sebagai langkah keamanan dan kesiagaan untuk melakukan aksi sehubungan dengan meningkatnya ancaman terhadap fasilitas dan personil AS," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada Reuters.
Sebelumnya seorang pejabat lainnya juga mengatakan kepada Reuters bahwa AS akan mengerahkan ribuan pasukan tambahan ke Timteng. Saat ini AS telah memiliki 14 ribu personil yang ditempatkan di Timteng.
Sementara itu di tengah ketegangan Presiden AS Donald Trump membanggakan kekuatan militer AS dan mengancam akan menyerang 52 situs penting di Iran. Hal ini mendorong pejabat militer Iran menyebut Trump sebagai 'pengecut' dengan ancamannya atas situs-situs bersejarah Iran.
“AS telah menghabiskan $2 triliun untuk belanja peralatan militer. Kami adalah militer terbesar dan terbaik di dunia," kicau Trump di akun Twitter-nya, Ahad (5 Jan).
“Jika Iran menyerang pangkalan AS, atau setiap kepentingan AS, kami akan mengirim sejumlah peralatan-peralatan militer baru yang canggih ke sana (Iran).... tanpa ragu-ragu!”
Trump menyebut AS memiliki 52 situs penting di Iran untuk diserang 'dengan cepat dan keras' jika Iran menyerang AS. Angka 52 sama dengan jumlah diplomat AS yang disandera Iran dalam krisis tahun 1979 setelah peristiwa Revolusi Iran. Inilah awal dari permusuhan antara AS dan Iran yang sebelumnya adalah sekutu dekat AS di kawasan.
Sementara itu Middle East Monitor (Memo) melaporkan jenasah Soleimani dan Muhandis (Wakil panglima milisi pro-Iran) dan 8 jenasah lainnya (4 warga Iran dan 4 warga Irak) menjalani prosesi penghormatan yang digelar oleh milisi PMU melalui kawasan Green Zone di Baghdad. Ribuan orang memberikan penghormatan dengan mengenakan seragam kebesaran militer dan milisi sembari meneriakkan kata-kata “Matilah Amerika” dan “Tidak Tidak Israel”.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi hadir dalam upacara sebagaimana juga mantan PM Nouri Al Maliki dan para pejabat tinggi Irak lainnya. Kantor Perdana Menteri kemudian mengatakan kepada pers bahwa Putra Mahkota Saudi MBS telah menelepon Mahdi untuk membicarakan 'situasi di Irak dan kawasan.”
Jenasah-jenasah kemudian dibawa ke kota suci Shiah Kerbala di selatan Baghdad, kemudian dibawa ke kota suci Najaf, dimana keluarga Grand Ayatollah Ali al-Sistani, ulama paling berpengaruh di Irak memberikan penghormatan dan jenasah-jenasah asal Irak dikebumikan.
Jenasah Soleimani sendiri kemudian dibawa ke Provinsi Khuzestan yang berbatasan dengan Irak untuk kemudian dibawa ke kota suci Mashhad di Iran. Dari saja jenasah dibawa ke Tehran untuk mendapatkan penghormatan kenegaraan, dan kemudian ke kota kelahiran Suleimania di Kerman di tenggaran Iran. Jenasah akan dikebumikan hari Selasa, sebut media resmi Iran.
Pengaruh Soleimani tidak hanya dirasakan di Iran dan Irak, namun juga di sejumlah negara lainnya. Di Gaza, Palestina, ratusan orang menghadiri upacara penghormatan kepada Suleimani. Seperti dilaporkan Reuters warga Gaza dan para pemimpin kelompok perlawanan Hamas dan JIhad Islam menggelar upacara penghormatan pada hari Sabtu di Gaza City. Bendera AS dan Israel diletakkan di bawah untuk diinjak-injak oleh warga sebelum dibakar.
“Kami setia kepada mereka yang berdiri teguh di samping kami sebagai pejuang perlawanan dan kami menganggap pemerintah AS dan Zionist (Israel) bertanggungjawab penuh atas kejahatan ini,” kata Ismail Radwan, pejabat tinggi Hamas yang hadir dalam upacara.
Penghormatan kepada Suleimani juga diberikan oleh warga Lebanon, Suriah, Yaman, hingga Afghanistan, Pakistan, dan India.(ca)
No comments:
Post a Comment