* Diklaim sebagai aksi balasan atas pembunuhan Jendral Soleimani
Indonesian Free Press -- Setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka akibat serangan rudal dan drone milisi Houthi atas pangkalan militer milisi pro-Saudi di Mari, Yaman, Sabtu (18 Jan). Media-media barat seperti BBC, Guardians, AFP bahkan melaporkan jumlah korban lebih dari 80 dan media Iran Press TV menyebut angka 'lebih dari 100'. Ini adalah serangan paling mematikan kelompok Houthi terhadap koalisi Saudi di Yaman yang diklaim sebagai aksi balasan atas pembunuhan Jendral Soleimani.
Seperti dilaporkan media Saudi Al Arabiya, Ahad (19 Jan), pemerintahan Mansour Hadi yang didukung Saudi Arabia dan berbasis di Aden mengumumkan kesiap-siagaan militer yang tinggi untuk menghadapi pertempuran selanjutnya setelah serangan tersebut.
"Serangan ini membuktikan bahwa Houthi tidak memiliki keinginan untuk berdamai," kata Hadi seperti dilansir kantor berita SABA.
Serangan tersebut menghancurkan sebuah gudang senjata dan masjid yang tengah dipenuhi oleh orang-orang yang melakukan ibadah subuh, sebut Al Arabiya dalam laporannya. Korban terbanyak berasal dari satuan Brigade ke-4 pengawal presiden Mansour Hadi dan dari angkatan udara. Tidak ada laporan berapa jumlah korban dari koalisi non-Yaman seperti Saudi Arabia, Mesir dan Sudan.
Al Arabiya menyebut serangan ini adalah yang paling mematikan. Sebelumnya pada bulan Agustus 2019 lalu serangan serupa juga telah menewaskan 32 orang pasukan koalisi Saudi Arabia.
Aksi Pembalasan untuk Qassem Soleimani?
Meski belum ada pernyataan dari kelompok Houthi pemerintahan Mansour Hadi langsung menuduh Iran berada di balik serangan tersebut sebagai aksi balas dendam atas pembunuhan Jendral Soleimani.
Menteri Penerangan Rejim Mansour Hadi, Moammar al-Eryani dalam kicauannya di Twitter, Ahad, mengatakan, “Serangan dilakukan oleh tentara bayaran (mercenaries) Iran, kelompok milisi Houthi, dengan rudal Iran … sebagai aksi pembalasan kematian Soleimani, ini adalah tindakan kejahatan terorisme.”
Eryani mengecam PBB yang dianggap diam membisu atas aksi 'terorisme' Iran yang 'mengancam upaya-upaya untuk menghentikan perang'.
“Kami menyerukan kepada utusan khusus PBB Martin Griffiths untuk mengutuk serangan keji ini karena diam berarti memberi lampu hijau untuk aksi kejahatan-kejahatan selanjutnya," tulis Eryani.(ca)
Arab Saudi seharusnya segera keluar dari wilayah kedaulatan Yaman
ReplyDelete