Indonesian Free Press -- Hari Selasa lalu (28 Jan) dunia dikejutkan dengan pernyataan kelompok Taliban yang mengklaim telah menembak jatuh pesawat mata-mata militer Amerika. Apalagi setelah dilaporkan bahwa beberapa korban dalam insiden itu adalah pejabat tinggi inteligen Amerika.
Kabar ini seolah menegaskan bahwa Taliban telah berhasil mengubah permainan dalam konflik bersenjata di Afghanistan dengan memiliki senjata pertahanan udara yang cukup canggih, mengingat bahwa pesawat yang ditembak jatuh, USAF Bombardier Global 6000 / E-11A "BACN" (Battlefield Airborne Communications Node) adalah pesawat mata-mata canggih yang terbang di ketinggian yang tidak bisa dijangkau oleh senjata pertahanan udara biasa.
Hal ini masih ditambah lagi dengan fakta baru bahwa dalam sebulan terakhir Taliban juga berhasil menembak jatuh empat helikopter Amerika, sebagaimana dilaporkan oleh Sputnik News.
Para pejuang Taliban mungkin sekedar beruntung senjata RPG atau rudal jinjing usang mereka berhasil menembak helikopter-helikopter Amerika. Namun menembak Global 6000 / E-11A "BACN" tidak mungkin bisa dilakukan dengan rudal jinjing yang daya jengkaunya hanya pada ketinggian 3,5 km, apalagi RPG yang hanya dirancang untuk menembak tank. Taliban sendiri tidak menyebutkan bagaimana mereka menembak jatuh pesawat tersebut. Namun, yang pasti senjata yang digunakan Taliban termasuk canggih.
Lagu, senjata apakah itu dan siapa yang memasoknya untuk Taliban?
Ada beberapa kemungkinannya. Rusia, China dan Pakistan adalah tiga di antara negara yang memiliki kemampuan untuk memasok senjata canggih bagi Taliban untuk dipergunakan melawan Amerika dan kepentingan regionalnya tergantung pada Afghanistan. Terlebih Pakistan, yang telah lama menjalin hubungan dekat dengan Taliban. Namun ketiganya pasti akan berfikir seribu kali untuk memicu perang melawan Amerika. Israel? Mungkin saja, karena bagi Israel yang penting adalah bisnis. Selama senjatanya laku tidak peduli akan digunakan untuk menyerang negara sahabat sendiri. Namun hal ini hanya mungkin jika Israel yakin betul tidak akan diketahui Amerika. Dan dalam konflik Afghanistan dimana kehadiran inteligen Amerika sangat intensif, hal itu tidak mungkin bagi Israel.
Kemungkinan terakhir tentu saja adalah Iran. Secara idiologis Iran memang bermusuhan dengan Taliban yang berfaham wahabi. Namun ketika kepentingan keduanya 'bertemu', yaitu sama-sama musuh Amerika, hal itu sangat mungkin saja terjadi. Iran memang sangat agresif membangun kekuatan untuk melawan Amerika setelah penarikan Amerika dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran serta perpanjangan sanksi ekonomi oleh Amerika. Dan puncaknya adalah pembunuhan Jendral Soleimani oleh Amerika, Iran akan melakukan apapun untuk membalas dendam.
Hal yang sama dirasakan oleh Taliban. Dalam beberapa tahun terakhir Amerika semakin intensif melancarkan serangan udaranya di Afghanistan. Tahun lalu Amerika bahkan mencatat rekor baru serangan udaranya yang diikuti dengan korban yang meningkat tajam termasuk warga sipil tak berdosa.
Menurut data dari Combined Forces Air Component Commander (CFACC) 2013-2019 Airpower Statistics yang dirilis bulan lalu dan dikutip oleh Sputnik News, sebanyak 7,423 misi udara dilakukan Amerika di Afghanistan tahun 2019. Rekor sebelumnya adalah sebanyak 7,362 yang dilakukan selama tahun 2018. Dan selama dua tahun terakhir jumlah bom yang dijatuhkan Amerika di Afghanistan lebih besar dari bom yang dijatuhkan selama tahun 2012 hingga 2017. Angka itu berarti rata-rata serangan udara Amerika sebanyak 20 kali dalam sehari.(ca)
tersangka terkuat jelas antara S300 atau S400 Rusia..
ReplyDelete