Indonesian Free Press -- Rusia dikabarkan telah menggelar sistem pertahanan udara canggih S-400 di Cuba sebagai respons atas penggelaran senjata besar-besaran Amerika di perbatasan Rusia di Eropa timur. Demikian tulis Veterans Today Selasa (4 Feb).
"Sebagai respon atas penggelaran sistem pertahanan udara Amerika di dekat perbatasan Rusia, yaitu Polandia, Rumania, dan negara-negara Baltic, Moscow memutuskan untuk merespons dengan cara yang sama, mengirim setidaknya satu batallion S-400 di perbatasan Amerika. Lebih spesifiknya di Cuba," tulis Veterans Today.
Panggelaran satu unit sistem S-400 di Cuba memang tidak terlalu mengancam keamanan Amerika karena senjata ini memang bukan untuk menyerang dan hanya untuk keperluan pertahanan. Namun konteks simbolisnya sansgatlah penting.
"Untuk pertama kalinya, tidak hanya sejarah modern saat ini namun juga sejak masa Uni Sovyet, Moscow bisa melakukan langkah seperti ini. Biarkan kami mengingatkan, selama masa krisis rudal Cuba, penggelaran senjata strategis di Cuba kala itu tidak pernah disetujui oleh Washington: dengan imbalan tidak menggelar rudal di Turki.
Media dan politisi AS bereaksi di luar kontrol. Menyebut S-400 hanya mengancam pesawat sipil AS dan sama sekali tidak mempengaruhi keamanan militer AS. Sebenarnya, S-400 di Cuba setidaknya mengangkangi dua pangkalan militer AS terdekat: Homestead Air Base dan Key West Naval Station yang berada di negara bagian Florida. Homestead adalah rumah bagi sekitar 50 pesawat tempur F-15 dan F-16 yang hanya menjadi sasaran empuk bagi S-400 yang dirancang untuk merontokkan pesawat-pesawat generasi ke-5 dan rudal-rudal hipersonik.
Selain itu, kehadiaran S-400 di Cuba menunjukkan kembalinya pengaruh Rusia di kawasan Amerika. Sebelumnya, Rusia sudah menjalin hubungan militer dengan Venezuela. Sebuah pabarik senjata Kalashnikov sudah dibangun di Venezuela. Jauh lebih murah namun memiliki kualitas tidak kalah dengan senjata-senjata NATO yang lebih modern, Kalashnikov akan menyebar pesat di seluruh kawasan Amerika Latin. Rusia juga sudah mengirimkan sejumlah peralatan militer modern-nya ke Venezuela: helikopter Mi-17 dan Mi-35, pesawat MiG-29 dan Su-30, senjata lapis baja T-72, BTR-80, BMP-3, serta rudal-rudal S-300, Buk-M2, dll.
Selanjutnya adalah Nicaragua. Negara ini baru saja mulai menjalin hubungan militer dengan Rusia. Negara ini telah mengundang Rusia untuk membangun pangkalan militer di negara itu untuk menghadapi ancaman Amerika.
Dan dengan masuknya Rusia ke Amerika Latin sudah barang tentu dibarengi dengan kepentingan ekonomi. Amerika Latin bisa menjadi pasar baru yang menjanjikan bagi Industri Rusia yang tengah tumbuh pesat sebagai 'hikmah' dari sanksi ekonomi Amerika dan Uni Eropa paska aneksasi Krimea ke Rusia.(ca)
"Ekspansi Rusia" begitu terstruktur dan sistematis.. tidak terlalu agresif seperti Tiongkok sehingga mendapat welcome dari negara2 ketiga..
ReplyDelete