Wednesday, 11 March 2020

Idlib-Suriah Kembali Memanas, Suriah Serang Posisi Turki

Indonesian Free Press -- Gencatan senjata yang ditandatangani Presiden Rusia dan Turki tanggal 5 Maret lalu untuk meredakan konflik bersenjata di Idlib-Suriah, ternyata hanya mampu bertahan tiga hari. Pada hari keempat, Senin (9 Maret) gencatan sejata pecah setelah pasukan Suriah menyerang posisi pasukan Turki dan kelompok militan dukungannya di Iblib. 

"Sumber lapangan mengatakan kepada North-Press (media Suriah): “Pasukan Suriah mentargetkan pos pengamat Turki di dekat kota al-Mastumah di selatan Idlib dengan bom-bom artileri,” tulis laporan situs Bulgarian Military.

Menurut laporan itu, setelah serangan itu kelompok militan dukungan Turki melakukan serangan balasan dan terjadi tembak-menembak artileri di wilayah Idlib dan sebagian Aleppo.


Pasukan Suriah menyerang wilayah al-Muqbila, Qaminas, al-Nairab dan Sarmin di selatan dan timur Idlib serta Darat Izza di barat Aleppo, dengan meriam dan roket. Serangan ini memicu serangan balasan. Namun tidak ada laporan tentang jumlah korban di kedua pihak.

Menyusul tembak-menembak itu Turki dilaporkan mengirim konvoi militer berkekuatan sekitar 50 kendaraan militer dan tank. Konvoi melewati pintu perbatasan Kafr Lossin di utara Idlib, dan bergerak ke arah pos-pos pengamatan Turki.


Ancaman Turki dan Dukungan AS
Menyusul tembak-menembak itu Turki pun mengeluarkan ancamannya. Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, hari Selasa mengatakan bahwa Turki akan 'melanjutkan langkah sebelumnya' di Suriah, alias menyerang Suriah.

"Kami akan melakukan langkah yang sama sebelum kunjungan terakhir pemimpin Turki (Erdogan) ke Rusia," kata Cavusoglu berkaitan dengan perkembangan terakhir di Idlib.

Sementara itu AS menyatakan kesiapan untuk memberikan bantuan militer kepada Turki menghadapi konflik di Suriah. Hal itu dikatakan Utusan Khusus AS untuk Suriah James Jeffrey.

“Dalam hal ini kami sedang mengkaji bagaimana NATO bisa memberikan bantuan militer,” kata Jeffrey kepada para reporter dalam konpers bersama Dubes AS untuk Turki David Satterfield. 

Namun ia menegaskan bahwa NATO tidak akan menerjunkan pasukan di Idlib. Selain itu ia juga mempertanyakan kepastian Turki untuk membeli rudal S-400 Rusia yang ditentang AS.

Hal itu dinyatakan setelah sebelumnya pada hari Selasa (10 Maret) Presiden Erdogan meminta NATO memberikan bantuan kepada Turki berkaitan konflik di Suriah dengan dalih konflik ini juga menjadi masalah bagi Eropa. Ia mengklaim keberadaan pasukan di Turki adalah untuk menjaga integritas Suriah, meski hal itu ditolak mentah-mentah oleh 

Suriah yang melihat Turki sebagai pelindung para pemberontak teroris dan pencuri minyak Suriah.(ca)

1 comment: