Friday 6 March 2009

Che dan Pelukan Maut Komunisme


Dunia tidak mungkin melepaskan diri dari kehancuran selama masih "memeluk" komunisme dengan segala "tetek bengek"-nya. Salah satu tanda dari "tetek bengek" komunisme adalah masih beredarnya buku-buku komunisme di perpustakaan-perpustakaan, beredarnya kaos-kaos, buku-buku, dan film-film mengenai Che Guevara.

Kalau di Indonesia adalah masih dihormatinya sosok seperti Pramoedya Ananta Toer dan Tan Malaka. Saya pernah membaca biografi Che Guevara yang dimuat di majalah Matra dan edisi khusus Tan Malaka di majalah Tempo. Kini saya tahu kaitan antara Matra-Tempo dengan Che-Tan Malaka, yaitu melalui para eksekutif kedua majalah tersebut dengan Eric Samola, melewati taipan Ciputra dan berakhir di konglomerasi media massa global milik Yahudi.

Tetek bengek komunisme itu kini tengah mencapai kulminasi dengan diproduksinya sebuah film biografi Che Guevara berdurasi 4 jam 17 menit. Bukan oleh orang-orang komunis China, Kuba atau mantan komunis Uni Sovyet, melainkan oleh orang-orang "kapitalis" Hollywood Amerika. Tepatnya sutradara peraih Oscar Steven Soderbergh.

Bagi orang-orang liberal itu (pemuja kapitalis dan komunis sekaligus), rupanya Che lebih berharga dibandingkan para founding father Amerika sendiri. Demi Tuhan, bangsa Amerika bahkan memberi penghargaan sangat tinggi kepada sosok komunis yang lain, Marthin Luther King, dengan menjadikan hari kelahirannya sebagai hari libur nasional. Arwah para founding father pasti iri para arwah Marthin Luther.

Mick LaSalle, seorang kritikus film dari San Francisco pun dibuat bingung oleh sutradara Steven Soderbergh yang membuat film ini. "Jika saja Soderberg membuat film tentang George Washington dan Abraham Lincoln. Dengan membuat film tentang kepahlawanan Che Guevara, Soderberg menganggap kita semua setuju dengan pandangan dalam filmnya," katanya.

"Film itu merupakan versi gerilya komunis dari film Stations of the Cross, dimana kita melihat sosok Guevara dalam berbagai periode yang penuh kekerasan. Film ini tidak mengajak orang untuk berfikir, namun untuk memuji, bahkan mungkin memuja."

Ini bukan film pertama buatan Hollywood tentang Che, seorang pembunuh (tidak ada komunisme tanpa pembunuhan-pembunuhan massal yang keji) yang digambarkan sebagai "orang suci". Pada tahun 1969 Hollywood membuat film serupa dengan Omar Sharif berperan sebagai Che dan Jack Palance sebagai Fidel Castro. Selain itu pada tahun 2004 lalu juga diproduksi film sejenis dengan judul "The Motorcycle Diaries" (Che dikabarkan menggunakan motor trail selama menjalankan missi gerilyanya di Amerika Selatan), dan belasan film sejenis yang dibuat oleh stasion-stasion televisi.

Kaum komunis mengklaim perjuangannya adalah demi melayani rakyat. Mengejutkannya, masih cukup banyak orang bodoh yang mempercayainya, membaca dan melihat film-film Che dengan berlinangan air mata. Namun mengapa para pemuja Che juga melibatkan para sineas kapitalis Hollywood?

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa media massa dan dunia hiburan Amerika bahkan global, dikuasai oleh kapitalis Yahudi. Namun tidak banyak yang tahu bahwa para kapitalis Yahudi itulah yang menjadi "bapak komunisme" dunia.

Peristiwa-peristiwa besar dunia, hampir semuanya merupakan hasil skenario mereka untuk mengubah bentuk monopoli kekuasaan penciptaan uang dan kredit menjadi monopoli politik, bisnis, budaya dan agama. Mereka menciptakan kedua paham kapitalisme dan komunisme untuk membuat dunia sibuk menghabiskan energi, mengalihkan perhatian massa sekaligus menangguk untung dari bisnis peperangan komunisme versus kapitalisme.

Pada tahun 1953 Ketua Ford Foundation Howard Gaither mengakui kepada tim penyidik Congress bahwa kebijakan lembaganya adalah "menggunakan dana-dana sumbangan untuk merubah kehidupan kita di Amerika sehingga dapat bergabung dengan nyaman dengan Uni Sovyet."

Bangsa Amerika mempunyai ingatan sejarah yang sempit sehingga lupa bahwa agen-agen komunis nyaris berhasil merubah Amerika menjadi negara komunis, kalau saja tidak ada beberapa patriot dipimpin oleh anggota Congress McCarthy, yang melawan dan menggagalkan rencana tersebut. Akibat kegagalan tersebut maka rencanya besarnya diubah, yaitu mengganti Uni Sovyet menjadi kapitalis. Maka runtuhlah Uni Sovyet karena pengkhianatan Gorbachev dan Boris Yeltsin. Inilah sebabnya mengapa jargon komunisme "political corectness" kini menjadi jargon politik Amerika.

Mengapa yayasan-yayasan dan media massa mempromosikan feminisme, homoseksualisme, dan pornografi untuk menghancurkan masyarakat? Mengapa mereka mensponsori "liberalisme" dan "keberagaman" untuk menghancurkan identitas bangsa. Mengapa industri hiburan dan informasi berubah menjadi berorientasi sek, kekerasan, dan penyimpangan-penyimpangan sosial. Kita tidak sadar bahwa sebuah "mesin budaya" tengah mengendalikan kita menuju kehancuran masyarakat.

Eustace Mullins, seorang penulis murid sastrawan besar Ezra Pound, menulis buku tentang konspsirasi Bank Sentral Amerika. Tulisan tersebut diilhami oleh Ezra Pound yang terobsesi untuk membongkar kejahatan di balik pembentukan Bank Sentral. Para penerbit mengatakan kepadanya, mengapa ia melawan mereka dan mengabaikan tawaran menjadikannya sastrawan besar pemenang Nobel seperti Hemingway, Steinbeck, dan Faulkner (semuanya murid Ezra Pound).

Maka Mullins tetap menjadi sastrawan kelas bawah. Namanya mungkin baru akan dihormati nanti setelah masyarakat sadar bahwa apa yang ditulisnya dalam buku "Secret of The Federal Reserve (The London Connection)" adalah benar. Sementara Ezra Pound harus menghabiskan hidupnya di klinik kejiwaan setelah pemerintah tidak memiliki alasan untuk mengadilinya.

Rupert Murdoch, yang korporasi media massanya didanai oleh keluarga bankir Yahudi Rothschilds, mengatakan baru-baru ini, "Kita berada di tengah-tengah sejarah dunia dimana bangsa-bangsa akan didefinisikan kembali (redifined) dan masa depan akan berubah secara fundamental."

Murdoch benar bahwa orang-orang seperti keluarga Rothchild lah yang bisa menentukan masa depan bangsa-bangsa di dunia.


Che, Castro, dan Revolusi Kuba

Sampai beberapa hari lalu saya masih tidak bisa mengetahui dengan pasti, mengapa Amerika memiliki sebuah pangkalan militer di Kuba, tepatnya di Guantanamo. Sampai saat itu saya juga tidak memahami mengapa regim Batista dukungan Amerika, kalah dengan mudah melawan Castro, di negeri yang sangat dekat dengan Amerika.

Fidel Catro berhasil mengalahkan Batista berkat bantuan para kapitalis Amerika yang bekerja di birokrasi, militer dan media massa. Mereka menghentikan bantuan kepada Batista dan membiarkan Castro mendapat bantuan senjata besar-besaran dari Uni Sovyet. Ini membuat para pendukung Batista sadar bahwa "angin tidak lagi berhembus ke arah yang benar" dan mereka pun berubah haluan dengan mendukung Castro.

Hal ini tertulis di buku karangan Nataniel Weyl berjudul "Red Star Over Cuba". Weyl adalah seorang tokoh komunis Amerika tahun 1930-an, dan kenal dekat dengan tokoh-tokoh komunis Kuba. Saat itu ia sebenarnya bekerja untuk bankir Amerika dengan "menyamar" sebagai peneliti Federal Reserve (bank sentral AS) untuk wilayah Amerika Selatan. Weyl adalah seorang yahudi yang sadar dengan kejahatan komunisme dan kemudian mendedikasikan hidupnya untuk membongkar kejahatan komunisme di Amerika Latin.

Menurut Weyl baik Che Guevara dan Fidel Castro dididik oleh agen-agen komunis Sovyet sejak masih remaja. Guevara, kelahiran Argentina, menjadi penghubungan antara agen-agen rahasia Sovyet dengan kelompok Castro yang menyamar sebagai penduduk asli.

"Senjata rahasia Castro adalah uang --- jutaan dolar dengannya ia membeli kemenangan. Ia membeli semua tentara Batista, dan dalam satu kesempatan membayar $650 ribu tunai untuk satu batalion tentara dengan perlengkapannya.

Dubes Amerika di Kuba Earl Smith mengaku bahwa militer Kuba pimpinan Batista tidak pernah bertempur dengan sungguh-sungguh. Alasan utamanya, menurut Earl adalah perubahan politik Amerika yang meruntuhkan moral pasukan Batista.

Alasan lainnya adalah maraknya gerakan freemason bentukan Rothschild di Kuba. Baik Castro maupun Che adalah anggota mason. Saking besarnya gerakan ini, di ibukota Havana terdapat markas Grand Lodge berlantai 15.

Menurut Humberto Fantova yang menulis buku "Che! Hollywood's Favorite Tyrant", Guevara terlibat dalam pembantaian 10,000 warga Kuba setelah revolusi. Fantova menulis tentang Che, "pembunuh haus darah, pengecut, hipokrit. Tidaklah berlebihan mengatakan Che adalah godfather dari terorisme modern. Dan kini para penganutnya dengan naif memuji-mujinya terus menerus. Mereka adalah orang-orang yang oleh Stalin disebut sebagai "para idiot yang menyenangkan."

Segera setelah revolusi Kuba yang mendudukkan komunis di kursi kekuasaan Kuba, seorang wartawan menanyakan kepada Che, "Apakah Anda melihat dalam waktu dekat akan ada sebuah pemilu yang demokratis di Kuba." Che hanya tertawa mendengar pertanyaan naif tersebut. Hingga kini Kuba adalah kerajaan diktator dengan Castro sebagai rajanya. Komunisme yang melayani rakyat? Itu hanya sebuah alat untuk menggapai kekuasaan mutlak.

Kalau begitu sebenarnya yang terjadi, lalu bagaimana dengan insiden Invasi Teluk Babi oleh Amerika (invasi Amerika ke Kuba yang gagal)? Itu hanya operasi intelegen Amerika yang sengaja dibuat gagal untuk menaikkan image Castro.

Lalu bagaimana dengan pembunuhan Che oleh agen-agen Cia? Baik. Ia telah melaksanakan tugasnya dan tidak diperlukan lagi. Sebagaimana komunisme, ia hanyalah alat.

No comments:

Post a Comment