Sunday 6 June 2010
Bila Orang Amerika Belajar ke Iran
Anda tentu sudah tahu apa kata media-media massa Amerika tentang Iran: negeri terbelakang, totaliter, tidak demokratis, dihuni orang-orang yang kejam dan lain sebagainya. Bagi orang-orang yang telah belajar tentang Iran dan pernah berkunjung ke Iran hal tersebut tentu sangat bertolak belakang. Iran adalah negara Islam paling maju, paling makmur, juga paling demokratis. Bandingkan dengan negara-negara Arab kesayangan Amerika seperti Saudi Arabia (negerinya keluarga Saud yang tidak jelas asal-usulnya), Mesir (yang menuruti perintah Isrel untuk turut serta memblokade jalur Gaza) dan Yordania (yang telah menghadiahkan Jerussalem kepada Israel), Anda akan menemukan perbedaan yang sangat kontras. Hal ini pun disadari oleh masyarakat delta Mississippi Amerika Serikat yang belajar bagaimana mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat kepada Iran.
Sebelum revolusi Iran tahun 1979 dan Iran masih dikuasi oleh regim boneka Amerika, kota-kota Amerika di delta sungai Mississippi relatif lebih baik dalam pelayanan kesehatan masyarakat dibandingkan kota-kota di Iran. Namun setelah tahun 1980, kondisinya berbalik. Pemerintah Iran mampu menyediakan rumah-rumah sakit dan klinik-klinik hingga ke pelosok negeri. Pusat pelayanan kesehatan semacam posyandu yang berfungsi permanen didirikan di setiap kelompok masyarakat. Konsern utama sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Iran adalah pencegahan penyakit, bukan pengobatan.
Dengan sistem pelayaan kesehatan yang baru itulah Iran mencapai kemajuan yang mencengangkan yang diperlihatkan oleh turunnya angka kematian bayi dari 200 per 1.000 kelahiran menjadi 26 per 1.000 kelahiran sementara angka kematian bayi di delta Mississippi 10 x lipat angka kematian bayi di Iran. Hal itulah yang mendorong sekelompok pekerja sukarela Amerika bulan ini terbang ke Iran untuk belajar tentang penerapan sistem kesehatan masyarakat yang baik untuk diterapkan di daerah delta Mississippi.
"Kenapa tidak mencobanya (cara Iran)?" kata Dr. Aaron Shirley yang telah bekerja di delta Mississippi selama 40 tahun dan kini mengepalai upaya untuk mengakhiri sistem layanan kesehatan yang buruk di wilayah ini dimana hampir 3 dari 10 bayi yang lahir harus meninggal dunia dan masyarakatnya dihinggapi berbagai penyakit massal seperti diabetes, sakit jantung dan hanya sedikit dari masyarakatnya yang memiliki asuransi kesehatan, kondisi yang sangat jauh berbeda dengan "impian Amerika" yang ditayangkan di film-film dan "Voice of America".
Sebuah proyek kerjasama kini tengah dijalankan yang melibatkan Jackson State University (Amerika), Shiraz University of Medical Sciences (Iran), perusahaan konsultan kesehatan Oxford International Development Group, serta Jackson Medical Mall, dengan tujuan menyediakan layanan kesehatan masyarakat yang baik di kota-kota delta Mississippi. Dr. Aaron Shirley adalah ketua dari proyek ini. Lima orang dokter dari Iran telah mengikuti sebuah konperensi kesehatan yang diadakan akhir tahun lalu dan mengunjungi kasawan-kawasan delta Mississippi mengalami masalah kesehatan masyarakat yang akut.
"Kami berharap proyek ini dapat menciptakan saling percaya antara kedua negara," kata Mohammed Shahbazi, seorang profesor kelahiran Iran yang mengajar di Jackson State University.
Yang masih menjadi kendala adalah bagaimana mendapatkan dana bagi proyek ini. Dr. Shirley telah terbang ke Washington dan melobi beberapa politisi untuk mendapatkan bantuan dana yang diperkirakan sebesar $250,000 per-tahun. Namun hal itu membutuhkan upaya yang kuat karena bekerjasama dengan sebuah negara seperti Iran sama sekali kurang menarik perhatian para politisi di ibukota.
"We're hoping to get somebody's attention eventually. In the meantime, everything is being scrounged," kata Shirley.
Dalam proyek ini pasien yang dirawat dibebaskan dari biaya, namun bagi para pekerja kesehatan masih belum jelas apakah akan mendapatkan gaji atau tidak mengingat kurangnya dana. Dengan proyek ini warga yang sakit bisa mendapatkan layanan kesehatan dan pengobatan di posyandu yang disediakan dimana para pekerja kesehatan yang telah dilatih (bukan dokter) memberikan layanannya kesehatan dasar seperti diagnostik awal dan tes tekanan darah sebelum diputuskan apakah pasien harus mendapatkan layanan lebih serius di klinik atau rumah sakit.
James Miller, managing director Oxford International Development Group yang terlibat dalam proyek, berharap UU kesehatan yang baru disahkan presiden Obama bisa mengakomodasi proyek ini. UU baru tersebut telah mengamanatkan dana program pencegahan penyakit senilai $15 miliar selama 10 tahun. Meski demikian ia tidak terlalu optimis mengingat proyek yang dijalankannya itu tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah pusat. "Mereka mendanai program-program seperti edukasi penyakit diabetis dan bukan implementasi sistem kesehatan yang kini tengah usahakan dengan program ini," tambah Miller.
Jubir departemen kesehatan AS Tara Broido menolak berkomentar tentang program seperti yang tengah diupayakan Dr. Shirley namun berargumen bahwa program yang dilakukan pemerintah bersama Delta Health Alliance senilai $110 juta telah menunjukkan hasil positif, termasuk pendirian klinik-klinik gratis di Greenville. Namun Miller dan Shirley menolaknya dengan mengatakan bahwa program mereka bisa menghemat dana jutaan dolar dana masyarakat tidak perlu menjalani perawatan yang tidak perlu disamping dampak tidak langsung dari pencegahan penyakit.
Pos-posyandu juga bisa mengurangi tingkat pengobatan yang berulang, tambah Shirley. Pasien seringkali mengabaikan perawatan jalan setelah meninggalkan rumah sakit. Dengan adanya posyandu yang dekat dengan pemukiman, pasien dapat meneruskan pengobatannya tanpa harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun terlebih lagi posyandu yang beroperasi secara reguler itu mampu menekan angka kematian karena penyakit ataupun kecelakaan.
Sebanyak 11 county (setingkat kecamatan) di daerah delta Mississippi, terutama di kawasan yang dominan dihuni oleh warga kulit hitam, tingkat kematian bayi mencapai 281 per 1.000 kelahiran. Sebanyak 13% dari penduduk kawasan delta menderita penyakit diabetes. Di Leflore County sebanyak 42,4% dari 35.000 penduduknya dikategorikan miskin. Sebanyak 33% penduduk menderita kegemukan dan 11 persen menderita diabetes. Selain itu terdapat 9% populasi yang menderita penyakit cardiovascular disease.(Associated Press 2 Juni 2010)
No comments:
Post a Comment