Thursday 14 October 2010
Cerita Tentang 2 "Wanita"
Dari: "A Tale of Two Women", John Kaminski, Incog Man, 11 Oktober 2010
Ini cerita ironis tentang dua wanita. Seorang berbicara jujur dan hidupnya hancur. Sementara satunya lagi pembohong, namun justru "diangkat" menjadi wanita terhormat. Yang pertama adalah Helen Thomas, wartawati senior di Gedung Putih, yang kedua Elena Kagan, hakim Mahkamah Agung Amerika.
Selama 67 tahun, Helen Thomas mampu menciptakan standar konsistensi dan kejujuran yang tinggi di antara para jurnalis yang berada di Gedung Putih. Sedemikian tinggi sehingga sehingga selama bertahun-tahun terakhir, ia selalu mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan kepada Presiden dalam tiap acara jumpa pers. Bahkan ia mendapatkan jatah tempat duduk paling depan lengkap dengan papan namanya.
Namun dalam sekejab kariernya berantakan, hanya karena Helen mengatakan kebenaran. Seorang rabbi (pemuka agama yahudi) muda dengan camcorder di tangan, mencegatnya saat Helen berjalan menuju sebuah acara pertemuan di Washington. "Ada komentar tentang Israel?", tanya rabbi tersebut kepada Helen.
Dengan gaya bicaranya yang seadanya, Helen menjawab, "Katakan pada mereka untuk pergi dari Palestina."
Sang rabbi kaget mendengar jawaban lugas tersebut dan mengeluh, “Oooh!” Helen pun melanjutkan komentarnya. “Ingat, orang-orang (Palestina) itu dijajah (Israel).
“Jadi kemana selanjutnya orang-orang Israel harus pergi?", tanya sang rabbi.
"Polandia, Jerman, Amerika, atau tempat lainnya."
Rabbi David F. Nesenoff kemudian memposting video tersebut di dalam website rabbilive.com, ditambah pernyataan bahwa enam juga orang yahudi telah dibunuh di rumahnya serta mempertanyakan kredibilitas Helen Thomas.
Orang-orang yahudi di seluruh dunia pun berteriak-teriak marah atas pernyataan Helen. Akibatnya Helen pun terpaksa harus membuat pernyataan maaf dan harus kehilangan pekerjaannya.
Nasib yang berkebalikan terjadi pada Elena Kagan, bekas pengacara lesbian berdarah yahudi yang baru saja diangkat sebagai hakim agung meski terbukti telah melakukan kebohongan di hadapan Mahkamah Agung menyangkut isu aborsi. Kagan, bandit yahudi pembohong yang tidak mengerti nilai-nilai kemanusiaan karena hidupnya dipenuhi obsesi kebutuhan seks sesama jenis itu kini menjadi wanita terhormat. Sementara Helen yang telah mengatakan kebenaran justru tersingkir dari pekerjaannya.
Inilah ironi demokrasi barat. Demokrasi tidak lebih sebagai alat kepentingan orang-orang yahudi untuk meraih kekuasaan, dan setelah tujuannya tercapai, orang-orang yahudi itu mencampakkan demokrasi ke tong sampah untuk diganti menjadi fascisme atau komunisme.
Grassfire Nation, sebuah LSM telah menulis laporan dengan judul: “Bagaimana Kagan Memanipulasi Sains untuk Mempromosikan Aborsi". Isi laporan itu di antaranya menyebutkan sbb:
“We now know that Elena Kagan corrupted a scientific finding that was presented before the Supreme Court. Her corruption caused the Supreme Court to rely on faulty science and extend the brutal practice of partial-birth abortion for many years. Kagan’s corruption of evidence exposes her as a far-left political activist whom former Surgeon General C. Everett Koop says is unfit for the Supreme Court.”
Di hadapan para anggota Komisi Hukum Senat Kagan menyanggah peranannya dalam kasus manipulasi data sains untuk mendukung undang-undang legalisasi aborsi yang dipersoalkan. Menurutnya ia tidak memiliki kewenangan untuk mengubah data sains. Namun meski para anggota senat maupun pers korup Amerika "menyembunyikan" kasus ini dari perhatian publik. Bukti nyata berupa memo yang ditandatangani Kagan menunjukkan perintahnya untuk melakukan manipulasi.
Sedikit menyinggung masa lalu Kagan saat menjadi Dekan di Harvard Law School antara tahun 2003-2009, ia adalah aktifis penting dari gerakan homoseksual yang dilakukan melalui lembaga yang dipimpinnya. Ia gencar mengkampanyekan teori "queer legal” (perkawinan sesama jenis) serta mendirikan “Lesbian Gay Bi Transgender Law Clinic" yang kegiatan utamanya memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai polygamy, sadomasochism (seks dengan kekerasan) serta pedhopilia (seks dengan anak kecil).
Untuk menunjukkan betapa hancurnya moral dan ikatan sosial di Amerika, Kagan bukan satu-satunya pejabat publik yang memiliki "penyakit" penyimpangan orientasi seks. Masih ada hakim agung Sotomayor yang juga seorang lesbian, serta senator Barney Frank seorang gay dan pelaku pedhopilia dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, Presiden Obama dan kastaf Gedung Putih Rahm Emmanuel (mantan penari balet yang pernah menjadi tentara Israel) diduga kuat adalah pasangan gay. Dan jika Obama dianggap sebagai orang yahudi karena darah yang mengalir dari ibunya, semua pejabat publik itu adalah orang yahudi.
Edward Gibbon dalam bukunya yang terkenal, "Rise and Fall of the Roman Empire" mengatakan, kerajaan Romawi runtuh karena adanya "konspirasi" dan "dekadensi moral" rakyat yang menghancurkan ikatan-ikatan sosial hingga ke tingkat paling rendah, yaitu perkawinan. Tampaknya hal serupa tengah terjadi di Amerika.
No comments:
Post a Comment