Thursday 27 January 2011
Ketakutan Isreel, Kontroversi STL dan Masa Depan Lebanon
Bahkan sebelum Najib Mikati, tokoh suni dukungan Hizbollah dan blok oposisi, terpilih sebagai perdana menteri Lebanon yang baru Selasa kemarin (25/1), Israel telah merasa ketakutan. Ketakutan itu telah dinyatakan setelah bergabungnya partai Progressive Socialist Party yang dipimpin tokoh Druze (sebuah sekte agama campuran antara Islam dan Kristen, banyak pengikutnya tinggal di Lebanon) Walid Jumblatt ke kubu oposisi, Jumat (21/1). Hal ini setidaknya diekspresikan oleh wakil perdana menteri Israehell, Silvan Shalom.
“Ini bukan lagi tentang sebuah organisasi teroris yang didukung Iran, melainkan sebuah pemerintahan berdaulat," kata Shalom pada sebuah acara budaya di Bat Yam, Sabtu (22/1).
Shalom mengingatkan warga Israhell bahwa perkembangan baru di Lebanon saat ini membuat Israhell harus terus mengamati dengan lebih serius dan mempersiapkan diri menghadapi setiap kemungkinan yang bakal terjadi.
Perkembangan tersebut juga membuat ketua Dewan Pertahanan Israel, Shaul Mofaz pada hari Minggu (23/1), melakukan kunjungan mendadak ke markas pertahanan Israel Utara untuk mendiskusikan situasi Lebanon dengan para komandan setempat.
“Kekuatan militer dan politik Hezbollah akan semakin kuat sebagaimana pengaruh Iran atas Lebanon dan selanjutnya atas Syria dan Gaza,” kata Mofaz kepada wartawan usai pertemuan tersebut seraya menambahkan bahwa Israhell telah mempersiapkan diri menghadapi semua kemungkinan dan sanggup mempertahankan wilayahnya.
Sementara itu paska telah diserahkannya hasil penyidikan jaksa Pengadilan Khusus Lebanon (STL) untuk kasus pembunuhan mantan PM Rafiq Hariri kepada hakim STL minggu lalu, serta gagalnya beberapa inisiatif negara-negara Arab dan Turki untuk mencegah situasi Lebanon semakin memburuk, membuat situasi politik dan keamanan Lebanon memanas. Tentara telah digelar di jalan-jalan untuk mengamankan situasi. Para anggota milisi dan rakyat sipil juga mulai mempersiapkan senjatanya menyambut kemungkinan perang sipil yang bakal terjadi dan lebih banyak tinggal di rumah masing-masing dari biasanya. Sementara harga senjata di pasar gelap melambung tinggi sebagaimana bahan bakar dan gas.
Kakhawatiran kini melanda seluruh Lebanon paska penyidikan STL dan kini tengah menunggu sidang penuntutan dimulai, sementara bocoran hasil penyidikan telah merembes kemana-mana sejak berbulan-bulan lalu dimulai dengan berita di harian Jerman Der Spiegel. Sebagian bocoran informasi itu menyebutkan beberapa anggota Hizbollah yang bekerja tanpa koordinasi pimpinannya sebagai pelaku pembunuhan Rafiq Hariri tahun 2005. Namun informasi lainnya menyebutkan tuduhan yang sangat-sangat serius: pembunuhan Hariri dilakukan atas perintah pimpinan tertinggi Iran Ali Khamanei dengan dukungan presiden Syria Bashar Al Assad dan operasionalnya dilakukan oleh para komandan militer Hizbollah.
STL sendiri mengandung banyak kontroversi. Yang pertama tentu saja diabaikannya bukti-bukti keterlibatan Israel, pihak yang paling diuntungkan dalam kasus pembunuhan Hariri, yang telah diserahkan oleh Hizbollah kepada STL. Selanjutnya adalah tuduhan yang begitu mudah berubah-ubah. Tertuduh pertama adalah Syria, pihak yang paling dirugikan karena pembunuhan Hariri berupa hilangnya pengaruh politik dan militernya atas Lebanon. Dan kemudian tuduhan itu mengarah ke Hizbollah dan kemungkinan ditambah Iran dan Syria. Kontroversi selanjutnya adalah perselisihan antara ketua tim jaksa penuntut asal Kanada Daniel Bellemare dengan hakim STL asal Belgia Daniel Fransen.
Awal tahun ini Daniel Fransen mengecam Daniel Bellemare terkait kasus Jamil Sayyed. Sayyed adalah satu dari empat jendral Lebanon pro Syria yang ditahan selama empat tahun dengan dakwaan terlibat dalam pembunuhan Hariri berdasar keterangan saksi palsu Zuhair Siddiq. Sayyed dan rekan-rekannya kemudian mengajukan tuntutan keadilan setelah dibebaskan. Tuntutan itu disetujui oleh Daniel Frensen, mengabaikan keberatan Bellemare, dan tengah dilakukan penyidikan dalam sidang STL terpisah.
Namun kontroversi terbesar tentu saja tentang bagaimana menghadirkan para terdakwa dalam persidangan yang sebagaimana telah disebutkan menyangkut nama-nama figur-figur penting dan berpengaruh. STL memang telah diberi mandat untuk mengadakan sidang secara in abentia. Tapi justru di situlah masalahnya, karena tidak ada preseden sebelumnya sidang semacam itu dilakukan secara in absentia, dan hal itu masih terus menjadi perdebatan para ahli hukum internasional.
Bagaimana Selanjutnya?
Bocoran informasi STL menyebutkan dakwaan yang dibawa oleh jaksa penuntut STL. Dakwaan tersebut menyebut pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebagai pihak yang mengeluarkan perintah pembunuhan atas Rafiq Hariri dengan alasan yang bersangkutan dianggap telah menjadi ancaman kepentingan Iran dan Syria di Lebanon karena telah menjalin persekutuan dengan, Saudi Arabia, Perancis, Amerika dan Israel.
Perintah tersebut selanjutnya dikirimkan kepada Hizbollah melalui Komandan pasukan Pengawal Revolusi Iran, Qassem Suleymani. Selanjutnya Komandan militer Hizbollah Imad Mughniyeh dan saudara iparnya, Mustapha Badr al-Dine membentuk tim eksekusi yang menjalankan aksi pembunuhan atas Hariri. Lebih jauh bocoran itu menyebutkan peranan presiden Syria Bashar al-Aassad dan saudara iparnya yang juga kepala dinas inteligen Syria Assef Shawkat, yang turut membantu operasi pembunuhan Hariri.
Amerika tentu saja menganggap pemerintahan Lebanon yang "dikuasai" blok Hizbollah sebagai ancaman strategis mereka. Itulah sebabnya Amerika dan Israel akan mengawal habis-habisan STL untuk tetap berada di garis yang dikehendakinya, yaitu menghancurkan, setidaknya kredibilitas kalau bukan kekuatan militer, Hisbollah dan negara-negara pendukungnya, Iran dan Syria.
Namun semoga saja rakyat Lebanon mau belajar dari masa lalu, masa perang sipil yang telah menghancurleburkan segalanya di Lebanon. Perang tersebut terjadi karena mereka termakan "umpan" kepentingan-kepentingan asing, khususnya Israel dan Amerika yang tidak menginginkan apapun dari Lebanon kecuali menjadi pelayan mereka. Adapun Hizbollah, Iran dan Syria, sebagaimana Hamas di Palestina, mereka hanya mencoba untuk mempertahankan diri dari ekspansi kepentingan jahat Amerika-Israel atas Lebanon.
Ref:
1. almanar.com.lb; 24 Januari 2011
2. Franklin Lamb "Fatal Detraction? The Volatile Pre-Trial Phase of STL"; almanar.com.lb; 23 Januari 2011
3. Franklin Lamb "What now for Lebanon?"; almanar.com.lb; 16 Januari 2011
No comments:
Post a Comment