6 kegagalan peluncuran satelit dalam 1,5 tahun terakhir dan ditambah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 secara misterius di Indonesia membuat Rusia yakin Amerika berada di belakang itu semua.
"Kami tahu bahwa mereka memiliki teknologi yang juga kami punyai, untuk mengacaukan saluran telekomunikasi dan instrumen-instrumen pembaca," kata seorang pejabat inteligen militer Rusia, GRU, sebagaimana dikutip media "Komsomolskaya Pravda", Jumat kemarin (25/5).
Dalam 1,5 tahu terakhir Rusia mengalami kegagalan peluncuran satelitnya, terakhir adalah kegagalan peluncuran satelit "MARS" tujuh bulan yang lalu. Rusia mencurigai Amerika menggunakan teknologi laser untuk melumpuhkan satelit-satelitnya. Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 secara misterius di Indonesia membuat Rusia semakin yakin bahwa Amerika berada di belakang tragedi tersebut.
Dalam headline-nya kemarin "Komsomolskaya Pravda" menulis judul, "Apakah Amerika Terlibat pada Jatuhnya Superjet?"
Kecurigaan Rusia semakin kuat karena mereka melihat kehadiran personil-personil militer Amerika di bandara Halim Perdanakusuma tempat pesawat Sukhoi Superjet 100 lepas landas tgl 9 Mei lalu. Di bandara ini pula-lah personil-personil militer Amerika pernah melatih personil AURI dalam hal "perang elektronik", terakhir latihan tersebut berupa simulasi perang cyber melawan AU Cina yang diperkuat oleh pesawat-pesawat Sukhoi buatan Rusia.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 merupakan megaproyek Rusia paska runtuhnya komunisme. Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya plus harga yang relatif murah dibanding pesaing-pesaingnya, Sukhoi Superjet 100 ditujukan untuk merebut pasar pesawat komersial dari dominasi Amerika dan Eropa.
Para pejabat Rusia berkukuh bahwa pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Indonesia tidak mengalami kesalahan teknis sebelum diketahui jatuh menabrak Gunung Salak.
Rusia memang belum memiliki bukti langsung perihal keterlibatan Amerika, namun berdasar analisa mereka yakin Amerika-lah yang menjadi penyebabnya. Paska gagalnya peluncuran satelit "MARS", pimpinan program luar angkasa Rusia Vladimir Popovkin mengingatkan, "Kami tidak ingin menuduh siapapun, namun kini telah terdapat alat yang sangat canggih yang bisa digunakan untuk melumpuhkan kendaraan luar angkasa. Kemungkinan Amerika menggunakan alat itu tidak bisa diabaikan begitu saja."
Selanjutnya ia menyatakan kegagalan-kegagalan peluncuran satelit Rusia terjadi saat satelit tersebut berada di bagian luar angkasa yang tidak termonitor oleh Rusia. Pejabat militer Rusia juga pernah menuduh Amerika terlibat dalam musibah tenggelamnya kapal selam nuklir Rusia "KURSK" tahun 2000 berdasarkan fakta kehadiran kapal-kapal Amerika di sekitar Laut Barents saat kapal selam tersebut mengalami bencana.
Ref:
"Undercover US agents brought down our new Superjet"; Will Stewart; Daily Mail; 24 Mei 2012
No comments:
Post a Comment