Kebesaran nama Lady Gaga telah dibuktikan di Indonesia baru-baru ini. Jika biasanya polisi diam-diam saja perihal pemberian ijin konser artis luar negeri, tiba-tiba saja seorang Kapolda harus repot-repot memberi pernyataan langsung tentang tidak diijinkannya konser Ladi Gaga di Indonesia. Dan seolah tidak mau kalah, bahkan kemudian Kapolri pun turut memberikan pernyataan mengenai rencana konser tersebut. Yang mengherankan adalah, mengapa seorang Kapolri “mementahkan” pernyataan bawahannya sendiri, Kapolda Jaya? Saya tidak akan kaget jika nanti Menkopolkam (saya terlambat, tidak lama sebelum tulisan ini selesai Menkopolkam keburu membuat pernyataan tentang konser Lady Gaga) atau bahkan Presiden SBY turut memberikan komentarnya tentang konser Ladi Gaga di Indonesia yang menuai kontroversi.
Dalam tulisan ini saya tidak ingin menulis tentang satanisme
(pemujaan setan) Ladi Gaga, hal yang sudah sangat gamblang segamblang matahari
di siang hari. Saya hanya ingin menulis sedikit tentang ke-yahudian Ladi Gaga,
hal yang justru terabaikan dalam pemberitaan di media massa Indonesia sebagaimana
terabaikan dalam perhatian masyarakat Indonesia.
Bagi orang yang biasa mengamati yahudisme dan pengaruhnya,
mereka tahu ada kekuatan yahudi internasional di balik fenoma karier music Ladi
Gaga yang luar biasa. Dan jangan lupa, yahudi pulalah yang menjadi induk semua
ajaran satanisme, ajaran-ajaran seks menyimpang, revolusi dan anarkisme,
ekonomi ribawi dan segala hal negatif lainnya (meski tidak semua orang yahudi
adalah jahat).
Namun tidak perlu repot-repot untuk mengetahui keyahudian Ladi
Gaga. Lihat saja wajahnya sebelum operasi sebagaimana gambar di atas. Sangat
khas yahudi dengan hidungnya yang besar dan bengkok. Apalagi jika melihat sepak
terjangnya.
Tentu saja Ladi Gaga adalah pendukung Israel. Dari sekian
banyak penyanyi terkenal di dunia hanya sedikit yang bisa mendapat “kehormatan”
untuk bisa konser di Israel, salah satunya adalah Ladi Gaga yang mengadakan
konser di sana bulan Agustus 2009. Selama berada di Israel ia berubah 180%
menjadi wanita “sholeh” yang berbicara dan bertingkah sopan. Selama berada di
Israel ia selalu mengenakan pakaian atau aksesoris bersimbol negara Israel
bintang Daud. Ia menyebut turnya ke Israel sebagai “perjalanan spiritual dan
emosional”. Tak lupa ia menyempatkan diri mengunjungi Jerussalem dan berenang
di Laut Mati, tempat-tempat yang disebutnya sebagai “suci dan mulia”.
PENDUKUNG SEKS MENYIMPANG
LGBT (lesbian, gay, beastianity
atau seks dengan binatang dan transgender atau bencong), dari
istilah-istilahnya saja orang yang sehat jiwanya akan jijik mendengarnya. Namun
tentu saja tidak bagi Ladi Gaga dan para pemimpin Amerika yang melegalkan seks-seks
menyimpang itu. Sebagai wanita yahudi yang “progressif” dan “modern”, tentu
saja Ladi Gaga bukan hanya menjadi pelaku seks menyimpang, namun juga aktifis
yang memperjuangkan keinginan-keinginan mereka. Bahkan bagi para pelaku seks
menyimpang Lady Gaga dianggap sebagai ikon. Sebaliknya Gaga mengaku juga telah
mendapatkan dukugan yang menguntungkan dari komunitas seks menyimpang yang
menjadi pemujanya.
Pada awal kariernya ia mangaku kesulitan untuk bisa menembus
stasiun-stasiun radio. “Kondisi berubah karena adanya komunitas orang-orang
gay. Saya memiliki banyak penggemar dari kalangan gay dan mereka sangat loyal
kepada saya hingga mampu mengangkat karier saya. Mereka selalu berada di
samping saya dan saya pun akan selalu berada di samping mereka.”
Ia berterima
kasih kepada “FlyLife” perusahaan marketing di New York yang mempromosikan
gerakan LGBT. Pada
album The Fame ia mengekspresikan terima kasihnya, “I love
you so much. You were the first heartbeat in this project, and your support and
brilliance means the world to me. I will always fight for the gay community
hand in hand with this incredible team."
Salah satu
penampilannya di televise adalah pada bulan Mei 2008 di “NewNowNext Awards”, sebuah acara penghargaan yang
diselenggarakan jaringan televisi LGBT “Logo”.
Sebulan kemudian ia menyanyi di hadapan peserta pawai tahunan kaum gay, “San
Francisco Pride”. Sekedar catatan
pawai ini sangat menjijikkan sehingga menjadikan tingkah laku orang-orang
yahudi di Sodom dan Gomoroh di jaman Nabi Luth dahulu sebagai “sangat ketinggalan
jaman”.
Setelah
peluncuran album The Fame ia mengaku bahwa lagu "Poker Face" adalah
tentang orientasi seksnya yang AC/DC. Saat tampil di acara televise kaum LGBT “The Ellen DeGeneres Show” pada bulan
Mei 2009, ia
memuji-muji DeGeneres sebagai “inspirasi bagi para gay dan lesbian. Pada tgl 11
Oktober 2009 berpidato di depan peserta “National
Equality March”, momen yang dianggapnya sebagai momen terpenting dalam
kariernya. Saat mengakiri pidatonya ia berkata, “Terpujilah Tuhan dan
terpujilah kaum gay!” Perkataan yang sama diulanginya dalam acara pemberian
penghargaan MTV Video Music Awards tahun 2009.
Kemudian
dalam acara makan malam Human Rights Campaign Dinner, ia menyanyikan lagu
Imagine yang telah diubah lyriknya demi menghargai Matthew Shepard, pelajar yang tewas dibunuh karena
orientasi seks menyimpangnya.
Tulisan ini
akan terlalu panjang jika mencantumkan semua tindakan Lady Gaga mempromosikan
“aspirasi” para penderita penyakit seks menyimpang, termasu kampanye tanpa
hentinya agar kaum gay dan lesbian tidak mendapat perbedaan dalam angkatan
perang Amerika. Namun ada satu moment penting yang menunjukkan Gaga sebagai pemuja
setan dari ribuan moment perihal keterkaitannya dengan aliran pemuja setan,
yaitu saat ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang sebagian bahannya adalah
daging binatang. Namun karena ia telah diangkat sebagai diva oleh penguasa
belakang layar, tindakan controversial tersebut malah mendapat berbagai pujian
dan penghargaan. Situs majalah fashion terkenal Vogue.com Inggris bahkan memberinya gelar “Best Dressed People of
2010” sedang majalah Time memberi penghargaan sebagai “Fashion Statement
of 2010”.
UJIAN BAGI
BANGSA INDONESIA
Rencana
kedatangan Lady Gaga di Indonesia merupakan ujian serius bagi bangsa Indonesia,
dan terlebih lagi bagi presiden SBY. Apakah Indonesia siap menjadi “negara
liberal” yang membiarkan berbagai penyimpangan dan penyakit sosial merajalela
sebagaimana terjadi di sebagian besar dunia saat ini? Apakah Presiden SBY
tergoda untuk mengijinkan konser Lady Gaga demi mendapat penghargaan Nobel
Perdamaian? Saya hanya bisa menunggu.
No comments:
Post a Comment