Tgl 30 April yang lalu rakyat Vietnam memperingati hari kemenangan mereka atas Amerika. Tgl itu, tahun 1975 pasukan Vietnam Utara dan gerilyawan Vietcong (gerilyawan komunis Vietnam Selatan) memasuki kota Saigon (kini Ho Chi Mint) dan sekaligus mengakhiri pendudukan Amerika atas negeri tersebut. Inilah kekalahan militer pertama yang dialami Amerika. Dan sejak saat itu kekalahan-kekalahan demi kekalahan terus diterima negara ini. Sayangnya Amerika tidak pernah belajar dari sejarah.
Setelah kekalahan penjajah Perancis dari para pejuang Vietnam, ditandatanganilah Perjanjian Geneva tahun 1954 yang isinya memisahkan untuk sementara Vietnam menjadi dua, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, dan selanjutnya akan diadakan pemilihan umum dua tahun kemudian untuk memilih pemerintahan yang sah bagi semua rakyat Vietnam. Namun Amerika mengkhianati perjanjian ini karena kekhawatiran komunis di bawah kepemimpinan Ho Chi Minh, akan memenangkan pemilihan umum.
Untuk itu Amerika membentuk pemerintahan boneka yang korup di Vietnam Selatan. Selanjutnya untuk mengamankana kepentingannya, Amerika mengerahkan pasukannya untuk mendukung regim bonekanya. Untuk mendapat alasan pengerahan pasukan, Amerika merancang "Insiden Teluk Tonkin". Amerika, dengan menggunakan media massa, menyebarkan berita tentang diserangnya kapal perang Amerika di Teluk Tonkin oleh pasukan Vietcong, meski kemudian terbukti berita tersebut bohong. Sama seperti ketika pemerintah Amerika dan media massanya gembar-gembor tentang senjata pemusnah Irak yang dijadikan alasan penyerbuan Irak tahun 2003 yang terbukti kemudian sebagai kebohongan.
Ketika perang memuncak, presiden Lyndon Johnson memerintahkan penambahan pasukan Amerika di Vietnam hingga mencapai 500,000 pasukan pada tahun 1968. Kala itu tidak ada ahli militer yang berfikir Amerika akan bisa kalah. Dengan jumlah pasukan yang beberapa kali lipat tentara Amerika di Afghanistan saat ini, plus persenjataan yang jauh lebih superior, para pemimpin Amerika tidak pernah membayangkan negara kecil seperti Vietnam bisa mengalahkan mereka. Jika Anda melihat film "Apocalypse Now" pada adegan penyerangan pasukan kavaleri udara Amerika, Anda tidak akan pernah membayangkan Amerika bisa kalah.
Namun demikian beberapa pejabat inteligen Amerika memberikan peringatan bahaya yang dihadapi Amerika di Vietnam, termasuk resiko mengalami kekalahan. Pada bulan September 1967, Direktur CIA Richard Helms menulis laporan kepada presiden Johnson berjudul “Implications of an Unfavourable Outcome in Vietnam” yang menyimpulkan bahwa kemungkinan kegagalan Amerika di Vietnam tidak berarti akan menjadi pintu masuk berkuasanya komunisme di seluruh kawasan Asia Timur. Dokumen tersebut membantah argumen para pejabat Amerika yang menjadikan ancaman serbuan komunisme di Asia Timur melalui Vietnam sebagai alasan perang.
Dokumen tersebut justru mengingatkan bahwa kegagalan Amerika di Vietnam akan menunjukkan kelemahan Amerika, hal yang justru akan meningkatkan moral musuh-musuh Amerika. Di atas segalanya dokumen tersebut mengingatkan bahwa kegagalan Amerika akan menunjukkan bahwa "Amerika tidak akan sanggup menghancurkan sebuah gerakan revolusi besar yang digerakkan oleh kelompok yang berdedikasi, kompeten dan mendapat dukungan rakyat."
Namun laporan tersebut tidak bisa mengurangi keyakinan para pemimpin Amerika tentang hasil akhir perang. Pada tahun 1968 jumlah pasukan Amerika di Vietnam bahkan mencapai 530.000. Bersama 800.000 pasukan Vietnam Selatan mereka berhadapan dengan 600.000 pasukan Vietnam Utara dan Vietcong. Dari jumlah tersebut tampak pihak Amerika memiliki keunggulan kuantitas. Ditambah keunggulan udara dan laut yang dimiliki, tampak Amerika memiliki keunggulan mutlak dibanding musuhnya.
Namun pasukan Vietnam Utara dan Vietnam berhasil menerapkan strategi yang jitu untuk menghadapi Amerika dan sekutu-sekutunya. Mereka menghindari pertempuran langsung skala besar, melainkan menerapkan perang gerilya yang menyerang sasaran-sasaran tertentu pada waktu-waktu tertentu. Strategi ini berhasil menempatkan Amerika sebagai buruan yang membuat pasukan Amerika terikat dengan pertahanan pangkalan-pangkalan mereka di Vietnam. Keunggulan Amerika menjadi tidak berarti.
Keuntungan terbesar gerilyawan komunis Vietnam adalah mereka mendapat dukungan luas dari rakyat Vietnam yang tidak saja menyediakan kader pasukan namun juga logistik dan data-data inteligen. Di banyak tempat tidak bisa lagi dibedakan antara gerilyawan dan rakyat jelata, memaksa Amerika melakukan tindakan-tindakan yang tidak populer seperti membunuhi rakyat sipil. Amerika juga memaksa 1/3 penduduk Vietnam Selatan untuk pindah ke tempat-tempat relokasi untuk memisahkan mereka dari gerilyawan.
(Bersambung)
hahahaha,
ReplyDeletenegara pembohong, negara pecundang dan negara perampok...
HIDUP GERILYA !!