Membunuhi anak-anak tidak akan dilakukan oleh pihak yang memiliki keunggulan militer seperti pemerintah Syria, melainkan pihak yang berputus asa setelah kegagalan menggunakan kekuatan militer yaitu pemberontak.
"Kondisi yang menyebabkan terjadinya pembantaian tragis ini masih belum jelas," kata Mayjend Robert Mood, Ketua tim pemantau PBB di Syria perihal peristiwa pembantaian yang terjadi di Houla, Homas, Syria baru-baru ini.
Meski demikian bagaikan paduan suara para pejabat negara-negara barat, dengan menggunakan media massa, ramai-ramai menuduh pemerintah Syria sebagai pelaku pembantaian. Tidak hanya itu, mereka bahkan mengusir para diplomat Syria dari negara mereka. Pemerintah Indonesia sendiri, setelah beberapa waktu lalu mengekor barat dengan menarik dubesnya dari Syria (tidak dilakukan terhadap Inggris dan Amerika yang melakukan kejahatan perang di Irak dan Afghanistan), dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk ikut-ikutan mengusir para diplomat Syria dari Indonesia sekaligus meyakinkan zionisme internasional bahwa pemerintah Indonesia adalah ZOG (zionist occupied goverment) yang baik. Hal ini tentu berbeda sekali dengan sikap pemerintah Iran yang menuduh oposisi sebagai pelaku serangan, atau Rusia yang meminta dilakukan penyidikan yang fair.
Laporan-laporan yang muncul dari kesaksian para pengamat PBB sendiri masih menimbulkan tanda tanya. Sebagian korban tewas akibat serangan senjata berat seperti mortir dan artileri yang mengindikasikan keterlibatan pasukan pemerintah Syria dalam tragedi tersebut. Namun sebagian korban juga tewas akibat tembakan jarak dekat yang mengindikasikan mereka ditembak dari jarak dekat oleh pemberontak yang menguasai Houla. Itulah sebabnya Jendral Mood mengatakan sebagaimana tersebut di atas.
Wakil Syria di PBB Bashar Jaafari, menanggapi kecaman negara-negara barat terhadap pemerintahnya mengatakan berbagai tuduhan tersebut sebagai "gelombang tsunami kebohongan".
"Bukan saja Jendral Robert Mood ataupun anggota pemantau PBB lainnya yang tidak pernah memberikan laporan kepada PBB dengan menyalahkan pemerintah Syria sebagai pelaku pembantaian. ADalah sangat menyedihkan dan disesalkan bahwa sebagian anggota DK PBB melontarkan tuduhan hanya beberapa menit setelah Jendral Mood selesai mengadakan rapat, untuk membohongi Anda, mengatakan kepada Anda kebohongan tentang apa yang terjadi," kata Jaafari kepada pers, Senin (28/5).
Peristiwa pembantaian itu sendiri terjadi pada momen yang aneh, yaitu sehari setelah Sekjen PBB membuat laporan yang tidak menguntungkan gerakan penggulingan pemerintahan Syria yang dilakukan zionisme internasional. Sehari sebelum pembantaian, Jumat (18/5), Sekjen PBB Ban Ki Moon menyurati Dewan Keamanan PBB, mengatakan bahwa "kelompok-kelompok teroris yang mapan" berada di balik rangkaian serangan bom yang melanda Syria.
Ban Ki Moon mengatakan hal itu dalam suratnya setebal 12 halaman kepada Ketua Dewan Keamanan PBB yang saat ini dijabat dubes Azerbaijan untuk PBB, Agshin Mehdiyev, yang memimpin DK PBB melalui mekanisme rotasi reguler di antara negara-negara anggota DK PBB.
"Ada kenaikan signifikan serangan bom, terutama di Damascus, Hama, Aleppo, Idlib dan Deir-Ez-Zor,” tulis Ban. "Kecanggihan dan ukuran bom yang digunakan menunjukkan keterlibatan ahli yang terkait dengan organisasi-organisasi teroris mapan. Pemerintah Syria telah menyatakan bahwa organisasi-organisasi itu telah bergerak aktif di Syria sebagaimana kelompok-kelompok oposisi. Al-Nusra Front telah mengklaim bertanggungjawab atas setidaknya 6 serangan bom terakhir," tambah Ban.
Laporan Ban tentu saja sangat memukul pihak-pihak yang nyaris berputus asa dalam upaya menggulingkan pemerintahan Syria, yang selama setahun lebih upaya itu tidak menghasilkan apapun kecuali antipati rakyat Syria terhadap mereka. Dapat dikatakan pembantaian di Houla memberikan kekuatan baru bagi kelompok-kelompok ini. Maka wajar saja jika Iran, sekutu Syria, dengan tegas menuduh pemberontak dan pendukung-pendukungnya berada di balik pembantaian tersebut.
"Kami meyakini dengan pasti bahwa intervensi asing, serangan teroris dan berbagai langkah mencurigakan lain yang ditujukan untuk memecah belah rakyat Syria akan mengalami kegagalan. Serangan tersebut (Houla) ditujukan untuk menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan di Syria dan para pelakunya ingin menggagalkan upaya damai (yg tengah dilakukan oleh utusan PBB Kofi Annan)," kata jubir kemenlu Iran Ramin Mehmanparast, Senin (28/5).
kalo bgitu intelejen iran & syiria hrs melakukan operasi counter intelejen di houla dgn membuktikan bhw pelaku2 pembantaian tsb adalah tentara bayaran pemberontak yg 'ganti baju'. Memang ada bbrp kesatuan militer Al Assad yg membelot ke pemberontak krn tekanan atau motivasi uang, sapa tau peralatan mereka yg digunakan..
ReplyDeleteom... boleh di cantumkan sumber beritanya (artikelnya). agar tidak ada dusta
ReplyDeletetest..
ReplyDeleteOperasi inteligen tentu saja dilakukan oleh Syria. Beberapa waktu lalu e-mail seornag pemimpin pemberontak berhasil diterobos sehingga terbongkar beberapa kegiatan pemberontak termasuk rapat-rapat mereka dan perpecahan yang melanda mereka. Insiden meledaknya gudang-gudang senjata milik pemberontak juga salah satu tindakan inteligen pemerintah.
ReplyDeletereferensi ttg pemberontak sebagai pelaku pembantaian banyak ditulis di media-media independen, atau media-media yang terbebas dari kooptasi zionisme internasional.