Meski belum mendapat konfirmasi resmi dari pemerintah masing-masing, empat negara sekutu yaitu Rusia, Cina, Syria dan Iran dikabarkan tengah mempersiapkan latihan perang besar-besaran di Syria.
"90.000 personil militer dari 4 negara akan turut serta dalam latihan perang laut, udara dan darat yang akan digelar di kawasan pantai Syria," tulis media Lebanon, "Almanar", mengutip kantor berita Iran "FARS" negara, 19 Juni lalu. Laporan senada juga ditulis oleh media-media massa Arab seperti "al Arabiya".
Menurut laporan tersebut kakuatan darat, udara dan laut sebagaimana satuan pertahanan udara dan unit-unit peluru kendali dari ke-empat negara bakal turut serta dalam latihan. Menurut laporan tersebut saat ini otoritas pengelola terusan Suez telah mengijinkan 12 kapal perang Cina untuk lewat dan bergabung dengan kapal-kapal perang lainnya di lepas pantai Syria. Kapal-kapal ini diperkirakan akan sampai di Syria dalam 2 minggu.
Sementara itu satuan-satuan militer Rusia yang terlibat dalam latihan adalah termasuk kapal-kapal selam bertenaga nuklir, kapal induk dan kapal-kapal destroyer penyapu ranjau. Adapun Iran akan mengirimkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal selamnya.
Laporan tersebut menyebutkan kekuatan udara dan darat yang terlibat dalam latihan mencapai 400 pesawat tempur dan 1.000 tank yang akan menjadikan latihan itu sebagai latihan perang terbesar di kawasan Timur Tengah. Latihan ini secara telak menjadi tantangan bagi blok Amerika Cs yang kini terlibat dalam upaya penggulingan pemerintahan Syria.
PUTIN: TIDAK ADA YANG BERHAK MENDIKTE PEMERINTAHAN SYRIA
Sementara itu presiden Rusia Vladimir Putin kembali mengungkapkan sikap tegasnya menentang intervensi Amerika Cs di Syria pada akhir pertemuan G20 di Mexico.
"Kami percaya bahwa tidak ada yang berhak untuk menentukan siapa yang berkuasa dan siapa yang tidak atas suatu negara," kata Putin setelah berakhirnya pertemuan G20 di Los Cabos, Mexico, kemarin. Pernyataan ini bertentangan dengan tuntutan Amerika dan sekutu-sekutunya agar Presiden Syria Bashar al Assad mengundurkan diri.
Menurut Putin masalah pergantian kekuasaan di Syria tidaklah penting, melainkan kondisi paska pergantian kekuasaan yang jauh lebih penting. Ia merujuk pada kasus di Libya paska tergulingnya regim Khadaffi yang sampai saat ini hanya membuat Libya menjadi ladang kekacauan.
Pernyataan Putin ini hanya berselang sehari setelah ia membuat pernyataan bersama presiden Amerika Barak Obama tentang Syria. Keduanya mendesak diakhirinya tindak kekerasan di Syria.
Sumber:
"Biggest Iranian, Russian, Chinese, Syrian War Games in ME Soon"; Al-Manar News; 19 Juni 2012
"No One Has Right to Decide Who Rules Syria"; almanar.com.lb; 20 Juni 2012
No comments:
Post a Comment