Tiga dekade yang lalu Iran pernah menutup Selat Hormuz sebagai bentuk perlawanan atas invasi yang dilakukan Irak dan Amerika terhadap negeri yang baru saja meraih kemerdekaan dari penindasan regim Shah Pahlevi. Meski hanya dengan menggunakan ranjau laut dan dengan kekuatan laut yang minim, perlawanan Iran terhadap kekuatan laut Amerika membuat beberapa kapal perang Amerika mengalami rusak berat dan Amerika membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membersihkan ranjau laut yang ditebar Iran.
Kini Iran, sebagaimana pernyataan pemimpin tertingginya Ayatollah Ali Khamenei baru-baru ini, 100 kali lebih kuat dari kekuatan 3 dekade lalu. Tidak hanya ranjau-ranjau pintar yang bisa bergerak sendiri menuju sasaran, Iran kini memiliki ribuan rudal anti-kapal baik jenis portabel (jinjing), penjelajah, hingga ballistik (hanya sedikit negara yang memiliki senjata jenis terakhir ini, apalagi yang bisa mengembangkannya sendiri seperti Iran). Iran juga memiliki kapal-kapal selam, pesawat-pesawat dan helikopter torpedo hingga ribuan kapal cepat berpeluru kendali. Tidaklah berlebihan jika para pejabat militer Iran sangat optimis kekuatan laut Iran mampu menutup dan menguasai Selat Hormuz, jalur minyak paling utama di dunia.
"Banyak pakar militer yang percaya bahwa jika Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz, maka tidak ada satu negara pun yang bisa mencegahnya," kata Deputi Panglima AB Iran Brigjen Massoud Jazayeri dalam wawancaranya dengan televisi berbahasa Arab milik Iran, "Al Alam", Minggu (1/8).
Menurut Jazayeri menekankan bahwa kebijakan Iran adalah tetap membuka jalur pelayaran Selat Hormuz bagi kapal-kapal internasional selama hal itu tidak membahayakan kepentingan Iran. (Sebagian dari jalur laut Selat Hormuz berada di wilayah teritori Iran).
"Namun jika situasinya berbeda, sikap kamipun akan sangat berbeda," tambah Jazayeri.
Pada tgl 2 Juli lalu lembaga legislatif Iran menandatangani UU yang memberi kewenangan kepada militer Iran untuk melakukan penutupan atas Selat Hormuz.
Jazayeri menganggap ancaman-ancaman militer yang dikeluarkan Amerika maupun Israel selama ini sebagai “gertakan politik" dan "perang psikologis" belaka.
"Baik Amerika maupun Israel tidak mungkin menyerang Iran," kata Jazayeri mengingatkan konsekwensi yang ditanggung kedua negara jika berperang melawan Iran.
SUKSES UJI COBA RUDAL BALISTIK FATEH 110
Iran kembali sukses melakukan ujicoba penembakan rudal ballistiknya. Setelah sukses menembakkan rudal balistik anti kapal Khalij Fars, pada hari Sabtu lalu (4/8) Iran berhasil menembakkan rudal Fateh 110, demikian pernyataan menhan Iran Ahmad Vahidi.
"Dengan kemampuan generasi keempat rudal Fateh 110, angkatan perang Iran mampu menghancurkan sasaran-sasaran di darat dan laut, markas komando, peluncur-peluncur rudal, arsenal senjata, fasilitas radar musuh dan sasaran-sasaran lainnya," kata Vahidi kepada kantor berita Iran "IRNA".
Rudal Fateh 110 memiliki daya jangkau sejauh 300 km, yang berarti bisa menjangkau hampir semua sasaran di negara-negara tetangga yang dianggap musuh. Rudal ini dilengkapi alat pemandu (seeker) canggih yang mampu menuntun rudal ke sasaran dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi. Hal ini sebenarnya telah dikonfirmasi oleh dephan Amerika, yang dalam laporannya kepada Congress Amerika baru-baru ini menyebutkan bahwa Iran telah memiliki kemampuan membuat rudal dengan daya hancur dan ketepatan sangat tinggi.
Menurut Vahidi di masa mendatang seluruh rudal Iran akan dilengkapi sistem pemandu tersebut.
PATROLI DI ATLANTIK
Sementara itu panglima AL Iran Habibullah Sayyari, baru-baru ini mengumumkan bahwa kapal-kapal perang Iran tidak lama lagi akan melakukan patroli hingga Samudra Atlantik.
"Kehadiran AL Iran di lautan lepas membuktikan kekuatan kami," kata Sayyari kepada "IRNA" akhir bulan lalu.
Ketika kapal-kapal perang Iran berlayar melintasi Terusan Suez menuju Syria tahun lalu, dunia dibuat terkejut karenanya, mengingat selama ini Iran tidak pernah mengirimkan kapal-kapal perangnya ke lautan lepas. Selain itu kehadiran kapal-kapal perang tersebut dianggap sebagai unjuk kekuatan Iran terhadap Israel, mengingat kapal-kapal tersebut berlayar di "halaman" Israel di Laut Merah.
"Memanfaatkan potensi Laut Oman dan Samudra Hindia adalah salah satu hal terpenting untuk mempromosikan pembangunan berkesinambungan Iran," tambah Sayyari.
Di lain sisi "IRNA" juga melaporkan akhir bulan lalu bahwa Iran telah tergabung dalam kelompok negara-negara produsen kapal tanker raksasa, setelah berhasil meluncurkan kapal tanker buatannya yang berbobot 21.000 ton, Aframax.
Kapal berdimensi panjang 250 meter dan lebar 44 meter itu adalah salah satu dari empat kapal sejenis yang dipesan oleh perusahaan minyak Venezuela. Kapal tersebut dibangun di sebuah galangan kapal di Bushehr’s Sadra selama 24 bulan. Kapal ini mampu memuat 750.000 barrel minyak dengan kecepatan mencapai 16 knots.
Aframax adalah kapal terbesar yang pernah dibuat di seluruh kawasan Timur Tengah.
Ref:
"No country can prevent closure of Hormuz Strait: Iran cmdr."; Press TV; 30 Juli 2012
"Iran test fires short-range missile with new guidance system"; Reuters; 4 Agustus 2012
"Iran Commander: Navy Ships to Deploy in Atlantic Soon"; Press TV; 24 Juli 2012
No comments:
Post a Comment