Twitterland, 19 Apr 12
Dulu kita dihebohkan dgn pemberitaan tentang Petral yang mau dibubarkan
MenBUMN Dahlan Iskan, tapi ternyata batal dan bahkan sekarang makin
eksis. Dari dulu Petral disebut2 sebagai sarang korupsi puluhan triliun
mulai dari jaman Orba/Suharto sd sekarang ini. Tak pernah bisa
disentuh.
Petral atau Pertamina Trading Energy Ltd adalah Perseroan Terbatas
anak perusahan Pertamina yang bergerak di bidang perdagangan minyak.
Saham Petral 99.83% dimiliki oleh PT. Pertamina dan 0.17% dimiliki oleh
Direktur utama Petral Nawazir sesuai dgn UU/CO Hongkong. Tugas utama
Petral adalah menjamin supply kebutuhan minyak yg dibutuhkan
Pertamina/Indonesia dgn cara membeli minyak dari luar negeri. Saat ini
Petral memiliki 55 perusahaan yg terdaftar sebagai mitra usaha
terseleksi. Pengadaan minyak oleh Petral dilakukan secara tender
terbuka. Namun Petral juga melakukan pengadaan minyak dgn pembelian
langsung. Alasannya : ada jenis minyak tertentu yg tdk dijual bebas atau
pembelian minyak secara langsung dapat lebih murah dibandingkan dgn
mekanisme tender terbuka.
Tahun 2011 Petral membeli 266,42 juta barrel minyak. Terdiri dari 65,74
juta barrel minyak mentah dan 200,68 juta barrel berupa produk. Harga
rata2 pembelian minyak oleh Petral adalah : USD 113,95 per barel utk
minyak mentah, USD 118,50 utk premium, USD 123,70 utk solar. Total
pembelian minyak Petral adalah : USD 7.4 milyar utk minyak mentah dan
USD 23.2 milyar utk bensin/solar. Total : USD 30.6 milyar.
US$ 30.6 milyar atau setara dengan Rp. 275.5 triliun per tahun. Itulah
jumlah uang yg dikeluarkan Pertamina/Negara utk Impor Minyak. Sekali
lagi...uang Pertamina/Negara yg dikeluarkan untuk membeli minyak impor
melalui Petral pada tahun 2011 = Rp. 275.5 triliun. Jumlah uang yg luar
biasa besar yg dikeluarkan Negara utk beli Minyak Impor melalui Petral
ini. Tentu saja TIDAK pernah luput dari MAFIA.
MAFIA minyak yg disebut2 menguasai dan mengendalikan Petral adalah
Muhammad Riza Chalid. Riza diduga kuasai Petral selama puluhan tahun.
Disamping Riza, dulu Tommy Suharto juga disebut2 sebagai salah satu
Mafia Minyak. Perusahaan Tommy diduga mark up atau titip US$ 1-3/barel.
Kita sudah tahu siapa Tomy Suharto, tapi siapakah Muhammad Riza Chalid?
Dia adalah WNI keturunan Arab yg dulu dikenal dekat dgn Cendana. Riza,
pria berusia 53 tahun ini disebut sebagai PENGUASA ABADI dalam bisnis
Impor Minyak RI. Dulu dia akrab dgn Suharto. Sekarang merapat ke SBY.
Riza disebut2 sebagai sosok yg rendah hati, tapi siapapun pejabat
Pertamina termasuk Dirut Pertamina akan gemetar dan tunduk jika ketemu
dia. Siapa pun pejabat Pertamina yg melawan kehendak Riza, akan lenyap
alias terpental. Termasuk Ari Soemarno Dirut Pertamina yg copot
jabtaannya.
Ari Soemarno dulu terpental dari jabatan Dirut Pertamina gara2 mau
pindahkan Petral dari Singapore ke Batam. Riza tdk setuju. Ari dipecat.
Jika Petral berkedudukan di Batam/Indonesia tentu Pemerintah dan
masyarakat luas lebih mudah awasi operasional Petral yg terkenal korup.
Rencana Ari Soemarno ini tentu bahaya. Bisa ganggu kenyamanan Mafia
Minyak yg sudah puluhan tahun menikmati legitnya bisnis minyak.
Para perusahaan minyak dan broker minyak internasional mengakui
kehebatan Riza sebagai God Father bisnis Impor Minyak Indonesia. Di
Singapore, Muh Riza Chalid dijuluki "Gasoline God Father". Lebih separoh
Impor Minyak RI dikuasai oleh Riza. Ga ada yg berani lawan. Tapi kasus
tersebut hilang tak berbekas dan para penyidiknya diam tak bersuara.
Kasus ditutup. Padahal itu diduga hanya sebagian kecil saja.
Dulu Global Energy Resources, perusahaan Riza pernah diusut karena
temuan penyimpangan laporan penawaran minyak impor ke Pertamina. Global
Energy Resources adalah milik Riza. Itu adalah induk dari 5 perusahan :
Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic
Petrolium yg berbasis di Spore & terdaftar di Virgin Island yang
bebas pajak. Ke 5 perusahaan ini mitra utama Pertamina.
Kelompok Riza Cs ini juga yg diduga selalu halangi pembangunan kilang
pengolahan BBM dan perbaikan kilang minyak di Indonesia. Bahkan
penyelesaian PT. TPPI yg menghebohkan itu karena rugikan Negara, juga
diduga tak terlepas dari intervensi kelompok Riza Cs ini.
Riza Cs ini mengatur sedemikian rupa agar RI tergantung oleh Impor
Bensin dan Solar. INGAT : Impor Bensin & Solar kita 200 juta
barel/tahun. Riza Cs ini sekarang berhasil mengalahkan Dahlan Iskan.
Skore 3 : 0 utk Mafia Minyak. Dahlan Iskan keok.
- Gagal Bubarkan Petral.
- Gagal Pindahkan Petral ke Indonesia.
- Gagal Cegah Orang2 yg jadi Boneka Riza Cs jadi direksi di Pertamina.
Dahlan Iskan mengalah. Janji Dahlan Iskan utk kalahkan BUMN Malaysia
apalagi Petronas dalam 2 tahun itu hanya mimpi. Di Pertamina saja Dahlan
takluk dgn Cikeas.
Siapa Riza cs itu? Disebut2 yang berada dibelakang Riza
adalah Bambang Trihadmodjo, Rosano Barrack dst. Keluarga dan Genk
Cendana. Sekarang Genk Cendana berhasil tundukan Cikeas dan Dahlan
Iskan. Semua Direksi Pertamina sekarang adalah PRO MAFIA MINYAK. PRO
PETRAL.
Sekarang bukan hanya Petral yg menjadi BONEKA Riza Cs, tapi juga Pertamina. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Ada info lebih "menyeramkan"!
Ingat "aksi jalan tol" Dahlan Iskan beberapa waktu yg lalu,
disebut teman2 saya sebagai Kompensasi Frustasi Dahlan menghadapi
Hegemoni Mafia ini. Sejak Dahlan Iskan teriakan : "Bubarkan Petral!"
Mafia minyak ini bergerak cepat. Konsolidasi. Masuk ke Cikeas, Istana
& Lapangan Banteng.
Bagaimana cara Riza Cs ini menusuk Istana, Cikeas dan Lapangan Banteng?
Sumber saya menyebutkan bahwa Riza dekat sama Purnomo Y dan Pramono
Edhie Wibowo, adik Ani SBY sejak Edhie masih di Kopassus. Purnomo yg
menteri ESDM & Edhie sebagai pintu masuk Riza cs ke Cikeas.
Riza Cs ini sering berkunjung ke Cikeas utk mengamankan Praktek Mafia di
Impor Minyak Pertamina. Tentu saja tak ada makan siang yg gratis.
Selain di jajaran Elit Politik, Riza Cs juga sangat dekat dgn Wakil
Dirut Perusahaan Hulu Migas dan Syamsu Alam yg General Managernya.
Purnomo Yusgiantoro sewaktu jabat MenESDM bertugas mengamankan kontrak2
pembelian Minyak Impor dari Mafia Minyak ini. Jero Watjik juga.
Dahlan Iskan yg minta Pertamina beli minyak secara langsung, malah
ditantang oleh Direksi Pertamina, bahwa Pertamina HARUS beli via broker.
Dahlan Iskan terbengong2, ga bisa ngomong dengar ucapan Direksi
Pertamina. Dia mau benahi Pertamina ternyata tok mentok tak iye hehehe..
Dahlan Iskan ternyata KO berhadapan dgn Mafia Minyak RI yg dikomandani
Riza. Ini bisnis Ratusan Triliun per tahun. Dahlan Iskan tak kuat.
Kembali ke Riza. Nama Riza tdk tercantum dalam Akte Global Energy
Resources. Holding perusahaan broker minyak milik Riza itu. Dalam Akte
Global, yang tercatat adalah Iwan Prakoso (WNI), Wong Fok Choy dan
Fernadez P. Charles. Tapi sesungguhnya Riza pemiliknya. Utk memperkuat
posisi Riza Cs di Pertamina, sebagian direksi Pertamina yg kurang setuju
dgn pembelian minyak via broker diganti kemaren. Sekarang semua direksi
Pertamina yg ada merupakan kelompok pendukung Riza sang Mafia Minyak
dengan dukungan penuh Istana, Cikeas, Menko. Bukan hanya Impor Minyak
saja Riza Cs berkuasa. Dalam pembelian atau penampungan Batubara Minyak
dari Pertamina Riza juga berkuasa. Pembelian Batubara Minyak dari
Pertamina dilakukan oleh Orion Oil dan Paramount Petroleum milik Riza
Cs. Riza adalah penguasa minyak RI.
Dulu ada broker besar lain ingin dapat jatah impor minyak dari
Petral/Pertamina. Dia bersama kakak tertua Ani SBY datang ke Spore.
Dirut Petral sambut kedatangan pengusaha itu. Intinya Petral siap
berikan "jatah" ke pengusaha itu. Tapi, kemudian Riza datangi Wiwiek.
Riza disebut2 berikan US$ 400,000 kepada Wiwiek utk tidak usah bantu
pengusaha itu. Wiwiek setuju. Selesai tuh barang. Ga jadi hehehehe...
Apa yg menjadi motif SBY sampai bisa di Kooptasi oleh Mafia Minyak? Apa dealnya?Bagaimana modusnya? Apa langkah Dahlan Iskan hadang mereka?
Sementara sekian dulu... Terima kasih telah membaca. Mari bebaskan Negeri ini dari Penjajahan Mafia. MERDEKAAAA !!!
KETERANGAN: ARTIKEL INI DICOPAS DARI BLOG "DAHLAN ISKAN" http://dahlaniskan88.blogspot.com/2012/07/menteri-bumn-dahlan-iskan-dan-dugaan.html
Om,saya calonin jadi Mentri BUMN mau gak Om ? Hihihi
ReplyDelete