Beberapa hari lalu saya menyaksikan sebuah film yang ditayangkan oleh satu stasiun televisi swasta pada tengah malam. Film tersebut sangat inspiratif. Namun sayang tersingkir oleh sinetron-sinetron yang semakin hari semakin tak bermutu yang menguasai jam-jam sibuk, sehingga baru mendapat tempat di saat sebagian besar orang telah tertidur.
Film berjudul "Flash of Genius" ini menceritakan tentang perjuangan seorang ilmuwan penemu pembersih kaca (wiper) "berkedip" bernama DR Robert Kearns, melawan produsen mobil raksasa Ford Motor Company yang telah mencuri teknologi temuannya. Kontan saja film ini mengingatkan saya pada kasus serupa, yaitu pencurian teknologi mobil listrik milik Pak Danet oleh meneg BUMN Dahlan Iskan baru-baru ini.
Diawali dengan penemuan gemilang sang ilmuwan tahun 1963, DR. Kearns dan keluarganya segera membangun impian untuk menjadi jutawan. Ia segera mendaftarkan hak paten penemuannya, membentuk perusahaan pembuat wiper pintar, dan selanjutnya menawarkan produk temuannya ke perusahaan-perusahaan otomotif besar di Amerika.
Segalanya tampak berjalan lancar setelah Ford Motor Company (perusahaan pertama yang dengan bantuan modal keluarga Rockefeller memperkenalkan sistem produksi massal mobil berbahan bakar minyak sehingga mobil-mobil ini bisa diproduksi dengan jauh lebih murah dan secara efektif menggeser mobil-mobil listrik yang telah eksis lebih dahulu) menyatakan minatnya untuk membeli produk temuan DR Kearns. Namun dalam sekejap impian itu menjadi suram setelah Ford dengan tiba-tiba membatalkan pembelian. DR. Kearns sadar, Ford telah mencuri teknologinya setelah kemudian produk terbaru Ford, sedan Mustang, dilengkapi dengan peralatan temuannya.
DR. Kearns pun melawan. Namun ia dikhianati mitra bisnis, pengacara dan teman sesama ilmuan yang selama ini menjadi mitranya. Pada titik ini DR. Kearns mengalami tekanan jiwa yang tidak tertahan dan nyaris menjadi gila karenanya. Dengan obsesi tinggi untuk mendapatkan keadilan, ia pergi ke Washington untuk mengadukan nasibnya ke presiden, namun di tengah jalan ia jatuh kolaps dan harus menjalani perawatan mental. Kemudian setelah menjalani perawatan intensif, ia dinyatakan sembuh dan diijinkan pulang.
Dengan bersusah payah, akhirnya ia menemukan pengacara yang rela tidak dibayar, namun juga menyerah kalah setelah Ford mengiming-imingi imbalan $250 ribu. Dalam perdebatannya dengan DR. Kearns, sang pengacara memberikan penjelasan kepada DR. Kearns bahwa semua itu adalah hasil maksimal yang bisa didapat dari Ford, perusahaan raksasa berpengaruh yang memiliki sumber daya tak terhingga. DR. Kearns sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan jumlah yang diberikan, apalagi istrinya yang juga telah lelah, menyetujui solusi tersebut. Namun DR. Kearns menolak, karena dalam kesepakatan Ford tidak mengakui temuan teknologi DR. Kearns.
Tidak bisa lagi mendapatkan pengacara, DR. Kearns pun memutuskan untuk melawan sendirian dengan dukungan anak-anaknya. Sementara sang istri, meninggalkannya. Meski tidak memiliki pengalaman dan kualifikasi sebagai pengacara, DR. Kearns berhasil menggunakan kejeniusannya untuk mematahkan argumen-argumen pengacara dan saksi ahli Ford.
Di tengah-tengah masa persidangan, seorang pejabat Ford menemui DR. Kearns dan menawarkan perdamaian dengan imbalan ganti rugi senilai $30 juta. Namun DR. Kearns kembali menolak tawaran menggiurkan itu karena Ford tetap tidak mengakui telah mencuri teknologi temuannya.
Akhirnya pengadilan berakhir setelah dewan juri memutuskan Ford bersalah telah mencuri teknologi temuan DR. Kearns dan memaksa Ford memberikan ganti rugi senilai $10 juta. Beberapa waktu kemudian pengadilan juga memerintahkan perusahaan otomotif Chrysler untuk membayar ganti rugi kepada DR. Kearns sebesar $18 juta. DR. Kearns pun tercatat dalam sejarah Amerika sebagai seorang yang berhasil memenangkan haknya melawan perusahaan-perusahaan raksasa.
DR. Kearns dan produser film "Flash of Genius", merupakan contoh tipikal warga Amerika yang mempunyai integritas tinggi, pekerja keras dan bersiplin. Meski masyarakat Amerika telah terkooptasi oleh pengaruh kotor orang-orang yahudi penyembah berhala, figur-figur seperti DR. Kearns dan karya film seperti "Flash of Genius" sesekali masih memancarkan cahaya keindahan di tengah-tengah masyarakat yang dekaden.
Terimakasih sharingnya, Pak Cahyono.
ReplyDeleteInspiring movie, i think, sebab berani melawan raksasa korporasi. Semoga keberaniannya menjadi teladan bagi lainnya dalam memperjuangkan haknya.
Saya masukin daftar yang wajib ditonton.
Trims juga mas Iwan atas kunjungannya.
ReplyDelete