Ketika Presiden SBY mengambil alih kendali partai Demokrat dari ketua umumnya Anas Urbaningrum, sebagian besar pengamat politik berpendapat bahwa Anas sudah "habis" alias mati karier politiknya. Apalagi setelah beberapa hari kemudian SBY berhasil "memaksa" semua Ketua DPD dan pengurus teras Demokrat untuk menandatangani Pakta Integritas, Anas dianggap sudah masuk liang kubur.
Namun karena kekurang simpatisan saya pada kepemimpinan SBY membuat saya untuk yakin dan berharap bahwa Anas akan melawan pemakzulan dirinya oleh SBY. Hanya saja saya hanya bisa mengira-ngira langkah apa yang akan dilakukan Anas untuk melawan. Sebagaimana para pengamat politik lain, saya juga sudah mengira Anas sudah "habis". Satu-satunya hal yang membuat saya yakin bahwa Anas akan melawan adalah, ia tidak menghadiri penandatanganan Pakta Integritas di kediaman pribadi SBY.
Namun ternyata saya keliru. Pada hari Kamis, 14 Februari, Anas melakukan langkah kejutan. Ia dengan disertai sebagian pengurus pusat dan daerah partai Demokrat menandatangani Pakta Integritas di kantor DPP Partai Demokrat.
Yang menarik dari peristiwa itu adalah sbb:
1. Penandatanganan dilakukan di kantor DPP bersama para pengurus Partai Demokrat.
2. Isi dan format Pakta Integritas yang ditandatangani berbeda dengan yang ditandatangani di rumah pribadi SBY sebelumnya.
3. Secara tersirat Anas menyebut penandatanganan Pakta Integritas di kediaman pribadi SBY adalah tidak syah, karena tidak dilakukan di kantor partai serta tidak dihadiri oleh sebagian pengurus tertinggi (dirinya sendiri yang memang tidak hadir).
Langkah yang dilakukan Anas tersebut secara telak telah menghancurkan semua kemenangan politik yang telah diraih SBY dan menunjukkan bahwa Anas masih mengendalikan partai. Apa yang dilakukan SBY hanyalah kemenangan di atas kertas, sedang kemenangan sebenarnya berhasil diraih Anas.
Kekalahan SBY masih ditambah lagi dengan kesialan lain, yaitu mundurnya Edi Baskoro (Ibas) sebagai anggota DPR setelah ketahuan tertangkap basah oleh media massa melakukan kecurangan: menandatangani absensi sidang paripurna DPR namun tidak mengikuti sidangnya.
Meski membantah bahwa pengunduran diri tersebut bukan kerena ketahuan membolos, saya (blogger) meyakini pasti bahwa itulah alasan sebenarnya. Ketahuan berbuat curang sementara ia baru saja menandatangani Pakta Integritas, tentu sangat memalukan. Maka sebelum menjadi bulan-bulanan publik dan menghancurkan kredibilitas partai, Ibas pun "dipaksa" untuk mundur oleh SBY sendiri. Perlu diingat bahwa terungkapnya tindakan curang Ibas itu adalah ekspos berita TVOne dan Metro TV, 2 media milik parpol yang bakal menjadi lawan Demokrat dalam pemilu tahun 2014 mendatang.
Posisi Anas memang masih belum aman sebelum KPK menyatakan ketidak terlibatan dirinya dalam kasus Hambalang. Namun setidaknya hingga saat ini, Anas masih lebih kuat dibanding SBY. Saking "sakti"-nya, Anas bahkan bisa mementahkan surat "sprindik" KPK hingga membuat ketua KPK Abraham Samad kehilangan muka dan beberapa hari terakhir tidak pernah nampak di hadapan publik.
Saat ini juga telah beredar isyu tentang undangan Rapimnas Partai Demokrat yang tidak ditandatangani oleh Anas Urbaningrum. Lagi-lagi ini merupakan langkah cerdas Anas (menebarkan isyu) untuk membuat kubu SBY, yang berinisiatif mengadakan Rapimnas, untuk kehilangan inisiatifnya. Anaslah yang nantinya yang menentukan Rapimnas berikut seluruh agenda-agendanya.
ni aq ada hadiah kecil untuk Om
ReplyDeletehttp://bit.ly/XbJqfO
Terima ya :D
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTrims ya hadiahnya. Bagus bagus sekali.
ReplyDeleteSemoga Tan Ali (anak saya bernama Sultan dan Ali) bisa menjadi pohon mahoni itu.