Tidak ada pemimpin Arab atau Islam saat ini yang berani berani berbicara tentang "pembebasan Palestina" kecuali pemimpin-pemimpin Hizbollah dan Iran. Terlebih lagi berbicara tentang "pembebasan Dataran Golan", wilayah Arab Syria yang diduduki Israel sejak tahun 1967, kecuali pemimpin-pemimpin Hizbollah dan Iran.
Seorang pejabat tinggi militer Iran baru-baru ini menyebutkan bahwa pembebasan Dataran Golan dari Israel bukanlah hal yang mustahil dan bahwa perubahan fundamental akan segera terjadi di kawasan Timur Tengah.
"Dari perspektif politik dan militer, harus saya katakan bahwa pembebasan Dataran Golan bukanlah hal yang mustahil. Itu bisa terjadi," kata Wakil Panglima Tentara Iran Major General Massoud Jazayeri dalam wawancara dengan media televisi Lebanon Al-Manar baru-baru ini.
"Tampaknya kita bakal menyaksikan perubahan fundamental di kawasan dalam beberapa bulan ke depan dimana kita akan menyaksikan Syria yang baru," tambahnya.
Menurut Jazayeri "Syria Baru" akan memulai gerakan perlawanan baru terhadap musuh-musuh dan akan membawa kestabilan baru di seluruh kawasan. Ia mengisyaratkan bahwa "Syria Baru" adalah Syria dengan Dataran Golan di dalam kekuasaannya. Pernyataan tersebut merupakan penguatan dari pernyataan pemimpin Hizbollah sebelumnya yang menyebutkan bahwa "persiapan tengah dilakukan" untuk membebaskan Dataran Golan dari pendudukan Israel.
Israel menduduki Dataran Golan dari Syria melalui operasi militer yang dikenal sebagai Perang 6 Hari tahun 1967. Bersama Golan, Israel juga menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat termasuk Jerussalem Timur, yang merupakan wilayah Palestina. Pada tahun 1981 Israel mengumumkan pengambilalihan resmi Dataran Golan meski tidak diakui PBB karena terang-terangan melanggar hukum internasional.
Akhir-akhir ini Israel telah meningkatkan kekuatan militernya di Golan dan sejak Januari lalu telah 3 kali melakukan serangan udara melalui Golan dalam rangka memecah perhatian militer Syria dari pemberontak dan mengurangi tekanan yang tengah dialami pemberontak. Namun seperti kata pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah baru-baru ini bahwa Syria telah memiliki "senjata pengubah permainan". Jika dikaitkan dengan perkembangan terakhir, ternyata adalah pengiriman sistem pertahanan udara S-300, pembentukan kembali Armada Laut Tengah Rusia serta rudal-rudal anti-kapal Yakhont Rusia ke Syria yang semuanya itu benar-benar bisa menjadikan perimbangan kekuatan di kawasan Timur Tengah khususnya Syria berubah 180 derajat.
Kita bisa bayangkan Israel tanpa kekuatan udara, maka negara itu relatif menjadi lumpuh dan tidak lagi memiliki "daya gentar" yang selama ini menjadi andalan mereka. Dengan S-300 yang dimiliki Syria maka pesawat-pesawat tempur Israel tidak akan bisa aman bahkan di atas udara sendiri karena S-300 mampu menembak jatuh beberapa pesawat dan rudal musuh sekaligus pada jarak hingga 200 km. Dalam kondisi ini kekuatan "perlawanan" anti-Israel (poros Iran-Syria-Hizbollah) hanya perlu menghadapi AD Israel yang terbukti beberapa kali bisa dikalahkan oleh milisi Hizbollah yang hanya diperkuat dengan senjata ringan.
RUSIA KIRIM YAKHONT KE SYRIA
Media berpengaruh Amerika New York Times baru saja melaporkan bahwa Russia telah mengirimkan rudal-rudal anti kapal canggih "Yakhont" ke Syria. Dengan rudal-rudal itu diyakini Syria bakal mampu mencegah Amerika dan NATO menerapkan blokade laut atas Syria sekaligus memberikan ancaman serius bagi pergerakan kapal-kapal musuh di Laut Tengah terutama kapal-kapal pengirim senjata untuk pemberontak.
Bersama dengan rudal-rudal S-300, "Yakhont" benar-benar akan menjadi senjata "pengubah permainan" dalam krisis Syria.
Seorang pejabat militer Amerika yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa Rusia telah mengirimkan "rudal-rudal dengan sistem pengendali yang jauh lebih canggih" daripada rudal-rudal yang pernah dikirimkan Rusia ke Syria.
Sementara itu media berpengaruh Israel Haaretz secara tidak langsung juga telah mengungkapkan kekhawatiran Israel terhadap perkembangan terakhir ini, terutama terkait pengiriman "Yakhont". Menurut Haaretz rudal-rudal "Yakhont" mampu membuat Syria mampu memecahkan blokade laut yang mungkin akan diterapkan Amerika sekaligus mencegah penyelundupan senjata untuk para pemberontak melalui laut.
Haaretz mengutip MK Tzachi Hanegbi, anggota komisi pertahanan dan hubungan luar negeri parlemen Israel, yang mengatakan, "saya harap Rusia menyadari bahwa pengiriman rudal-rudal ke area paling membahayakan di bumi adalah bukan penyelesaian."
Menurut laporan Haaretz Syria telah meminta pengiriman "Yakhont" sejak tahun 2007 dan pada tahun 2011 batere pertama rudal tersebut telah dikirim ke Syria. Pada tahap awal Syria meminta dikirimkan sebanyak 72 rudal dengan 36 peluncur serta perangkap kerasnya. "Yakhont" dengan seluruh perangkat peluncurnya mudah dipindah-pindahkan sehingga sulit untuk dihancurkan oleh Israel.
Menurut Haaretz "Yakhont" memiliki dimensi panjang 6,7 meter dan mampu menjangkau sasaran pada jarak 290 km.
"Daya jangkau radar yang jauh mampu mengendalikan rudal ke sasaran, dan sementara itu saat rudal mendekati sasaran rudal itu mampu mengelakkan diri dari sistem pertahanan musuh," tambah "Haaretz".
REF:
"Syria’s Golan Heights can be liberated: Iran cmdr."; Press TV; 18 Mei 2013
"Russia’s Advanced Missiles Protect Syria from Naval Blockade"; almanar.com.lb; 17 Mei 2013
Saya bingung mas adi,kenapa russia membatalkan pengiriman S-300 ke iran.ke syria saja bisa negara yang sedang menghadapi konflik internal,kenapa Iran tidak bisa mendapatkan perangkat Rudal canggih S-300 tersebut?
ReplyDeletesyiria sangat strategis bagi rusia karena akses rusia untuk ke laut meditarnia melewati wilayah syria makanya rusia punya pangkalan di taktus syiria menjaga jalur aksesnya karena kalau syiria jatuh ke amerika jelas akan mempersulit rusia yang saat ini dalam incaran yahudi internasional kita lihat amerika memasang rudal patiot di polandia .dan turky dalam rangka melemahkan rusia sebenarnya rusia jarang mau konfrontasi langsung dengan amerika dan nato.dan ini sudah menyangkut kepentingan strategis bagi kepentingan rusia tanpa minta bantuan pun rusia pasti membantu terbukti waktu bresnev memimpin sovyet,syiria perang lawan israil ,syiria terdesak israil terus melakukan serangansudah meduduki dataran tinggi golan terus melakukan serangan terhadap syiria bresnev marah dan mengaktipkan arsenal nuklirnya kalau tak mau berhenti israil akan menghadapi perang nuklir dan waktu hafes asad presiden syiria ada perjanjian pakta pertahanan dengan sovyet selama dua puluh tahun saya yakin ini ujian bagi syiria untuk berbenah mencontoh iran dan hisbullah
ReplyDeleteTo Taufik
ReplyDeleteBagi Rusia, kondisi Iran belum begitu mengkhawatirkan sehingga rela menunda pengiriman S-300. Namun Syria sudah sangat genting, apalagi dgn terlibatnya serangan udara Israel.