Ratusan orang melakukan aksi demonstrasi menuntut pengunduran PM Erdogan di kota Rayhanli, Turki, Sabtu (11/5) menyusul terjadinya pemboman yang menewaskan puluhan orang di kota perbatasan dengan Syria tersebut pada hari yang sama.
Menurut para demonstran pemboman tersebut merupakan akibat langsung dari sikap pemerintahan Erdogan yang telah campur tangan dalam krisis di Syria. Demonstrasi yang sama juga digelar di ibukota Ankara dimana para demonstran mengecam Erdogan dan menlu Ahmet Davutoglu.
Sikap Erdogan dan Davotoglu atas Syria dianggap membahayakan negara Turki, dan hal itu membuat partai-partai oposisi berkali-kali mengecam pemerintahan Erdogan. Bulan Juli tahun lalu misalnya, pimpinan partai Republican People’s Party mengecam Erdogan karena dianggap telah mendorong Turki dalam "bencana Timur Tengah" akibat sikap agresifnya terhadap Syria.
“Langkah-langkah Erdogan yang menunjukkan kebencian pada Assad serta provokasinya terhadap pemerintahan Syria kini telah memantul kepada kita dalam bentuk serangan-serangan dan provokasi-provokasi," kata Devlet Bahceli, pimpinan partai oposisi nasionalis.
SYRIA KAMBING HITAM, SYRIA MEMBANTAH
Sama seperti kasus penembakan pesawat tempur Turki yang menerobos wilayah Syria tahun lalu, peristiwa pemboman di Rayhanli juga dijadikan alasan untuk meningkatkan tekanan Turki atas Syria dengan menuduh Syria sebagai pelaku pemboman.
Deputi PM Besir Atalay menyebut "militer dan inteligen negara tetangga" terlibat dalam insiden tersebut. Meski tidak menunjuk langsung, namun istilah tersebut dapat diartikan merujuk pada Syria.
"Kami masih harus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengidentifikasi pelaku. Kami menyimpulkan bahwa pelaku memiliki hubungan dengan organisasi inteligen pemerintahan satu negara."
Sebelumnya deputi PM yang lain, Bulent Arinc, menyatakan hal yang sama dengan menyatakan militer dan intelegen satu negara adalah tersangkanya sebagaimana dalam insiden-insiden sebelumnya.
Meski belum ada hasil akhir penyidikan, Besir Atalay menyatakan motif pemboman adalah untuk menimbulkan perselisihan antara pemeerintah Turki dengan para pengungsi Syria di Turki.
Ketika disebutkan nama Syria, Arinc menyatakan bahwa jika benar Syria sebagai pelakunya, maka Turki akan melakukan "segala tindakan yang perlu".
Tuduhan langsung pada Syria bahkan dinyatakan oleh mendagri Turki Moammar Guler dalam wawancara dengan televisi TRT, Sabtu (11/5), atau hanya beberapa jam setelah terjadinya serangan.
"Kami telah menyimpulkan bahwa serangan itu terkait dengan kelompok-kelompok pendukung pemerintah Syria dan inteligennya," kata Guler.
Aksi pemboman di Reyhanli hari Sabtu (11/5) terjadi 2 kali dengan selang waktu 15 menit. Pemboman yang terjadi di kawasan sibuk itu menewaskan 43 orang dan melukai puluhan korban lainnya. Bom pertama meledak di luar balaikota sementara satunya lagi meledak di depan kantor pos. Menurut informasi yang bocor dari tim penyidik bom yang meledak berupa bom plastik yang diledakkan dengan menggunakan "remote control".
Sudah sejak lama Turki biasa menjadi tempat perlindungan tokoh-tokoh oposisi Syria yang melarikan diri dari negaranya. Dan peran itu semakin besar sejak terjadinya krisis di Syria bulan Maret 2011. Memiliki perbatasan bersama dengan Syria sepanjang 800 km, Turki leluasa memberikan bantuannya kepada para pemberontak Syria.
Pemboman tersebut dipastikan akan semakin mendorong "semangat" Amerika dan Turki untuk meningkatkan aksinya terhadap Syria. Hal itu akan menjadi pembicaraan dalam pertemuan antara Erdogan dengan Presiden Amerika Barack Obama beberapa hari mendatang.
"Pemboman itu akan meningkatkan tekanan pada Amerika untuk meningkatkan dukungannya kepada Turki. Amerika terpaksa akan melakukan langkah lebih aktif dalam isu Syria, setidaknya secara retorika," kata Soner Cagaptay, ahli politik Turki pada Washington Institute.
Sementara Salman Shaikh, Direktur Brookings Doha Center, mengatakan bahwa pemboman tersebut akan memaksa Turki untuk melakukan tindakan.
“Ini akan menjadi momen menentukan bagi Turki. Turki telah banyak membantu para pemberontak, dan telah ada pernyataan-pernyataan keras (pejabat Turki). Namun ini akan menjadi saat dimana Turki harus melakukan langkah lebih nyata," kata Salman.
Sejauh ini baik pemerintah Turki, Amerika maupun pemberontak Syria seia-sekata mengisyaratkan tuduhan pada pemerintah Syria meski penyidikan belum selesai dilakukan. Menlu Turki menuduh "kekuatan asing" sebagai pelakunya dan mengancam akan melakukan balasan setimpal.
"Mereka yang dengan alasan apapun mencoba membawa kekacauan internalnya ke wilayah Turki, akan mendapatkan balasan," katanya.
Sedangkan kedubes Amerika di Turki mengeluarkan pernyataan yang mengutuk aksi yang disebut sebagai "serangan yang membunuh". Adapun kelompok pemberontak Syria Syrian National Coalition (SNC) mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai "aksi balasan terhadap rakyat Turki yang telah membantu rakyat Syria (pemberontak".
Sementara itu pemerintah Syria membantah tuduhan yang ditujukan kepada mereka atas aksi pemboman di Turki. Turki balik menuduh pemerintah Turki berada di balik serangan tersebut.
"Syria tidak dan tidak akan pernah melakukan tindakan seperti itu karena nilai-nilai etika di negara kami tidak mengijinkannya," kata Menteri Informasi Syria Omran al-Zoabi dalam konperensi pers di Damaskus, Minggu (12/5).
"Adalah PM Turki Erdogan yang harus ditanyai mengenai aksi ini. Ia dan partainya yang bertanggungjawab langsung," tambah Omran.
REF:
"Protesters tell Erdogan to resign"; Press TV; 12 Mei 2013
"Syria-linked group blamed in Turkey blasts; 43 die"; Suzan Frazer & Mehmet Guzel; Associated Press; 12 Mei 2013
"Syria Denies Responsibility for Reyhanli Blasts"; almanar.com.lb; 12 Mei 2013
No comments:
Post a Comment